Aku
bertanya kepada Tuhan,
Apa
yang sebenarnya ia persiapkan untukku?
Mengapa
sangat sulit menemui kebahagiaan itu?
“Ka,
kamu belum siap? Kita berangkat jam 12 loh, kamu mau ikut nggak sih?” tanya
mama ketika melihatku masih terduduk dengan kaos belel dan celana tanggung di
depan laptop. Dan belum mandi sama sekali, bahkan aku belum menggosok gigiku
dari pagi.
Bibirku
masih terkatup rapat. Kalut. Ketakutan kehabisan waktu.
Dengan
langkah gontai aku berjalan ke lemari, mengambil beberapa potong kaos dan celana,
lalu memasukannya ke dalam tas. Sesekali aku melempar pandang ke luar jendela,
menatap cahaya matahari, menyusun kepingan kekuatan.
Apa
aku kalah?
Aku
masih belum bisa menangis. Mulutku masih terkatup, tak bisa bicara atau
tersenyum, seakan seluruh perasaan itu membungkam mulutku. Aku pasti sangat
terpukul. Tidak pernah aku merasakan perasaan ini sebelumnya. berkejaran dengan
waktu.
Lagi-lagi
aku melirik jam dinding, lalu ponselku yang masih mati. Tidak ada tanda-tanda
ia akan segera menghubungiku. Bodoh, aku gadis terbodoh. Dengan hati kebas aku
mengambil ponselku, menghapus nomornya untuk keseian kalinya, agar aku bisa
berhenti mengirimi pesan konyol kepadanya. Agar aku bisa melupakannya, atau
setidaknya itu adalah harapan terbesarku.
Pukul
11 siang, aku sudah siap dengan barang bawaanku, meskipun aku tidak tau apa
yang sudah aku masukan ke dalam koper. Aku sama sekali tidak bisa berpikir
jernih. Otakku terbelah dalam kegalauan.
Muhammad Rayyan : Maaf yang, aku baru bangun.
Muhammad Rayyan : Kamu mau anter aku ke bandara? Aku sampai
sana jam 4.
Muhammad Rayyan : Aku buatin lagu buat kamu, buat kita,
semoga kamu suka yah…
Muhammad Rayyan : Audio
Aku
memutar lagu itu, rasanya seperti meminum air yang sangat sejuk di tengah
kemarau panjang.
Jam
4? Aku berangkat jam 12 siang!
Untuk
pertama kalinya setelah 48 jam aku menangis. Aku jatuh terduduk di samping
ranjang sambil menggenggam erat ponselku, rasanya sangat menyakitkan. Seperti
aku akan mati. Air mataku tidak bisa berhenti menetes, melodi yang ia buat
begitu indah, dan sangat menyakitkan di hatiku.
Aku
kehilangan arah. Emosiku pecah berantakan. Bendungan rasa sakit itu terurai
tanpa diminta.
Sabilla Amira : Aku suka lagunya.
Sabilla Amira : Aku mau banget anter kamu ke bandara, tapi aku berangkat jam 12 yang.
Maaf.
Muhammad Rayyan : Maafin aku yah yang, aku banyak salah
banget sama kamu. Tapi aku pulang lagi bulan agustus ada tugas dinas ke
Jakarta, dan lebaran iedul Adha juga aku pulang.
Aku
tidak yakin apakah aku bisa berharap lagi.
Aku
kehilangan seluruh mimpi dan kepercayaanku, meskipun tentu saja sosok bodoh di
dalam diriku tidak akan pernah membiarkan dongeng padam di dalam benakku.
Entah
lihat saja nanti sejauh apa angin akan menerbangkan lukaku.
0 komentar:
Posting Komentar