ZAHRA
Aku membanting pintu di belakangku dengan kasar,
namun tidak cukup keras untuk menarik perhatian siapapun. Lagi pula semua
perhatian saat ini tengah berpusat pada mereka, bukan aku. Atau mungkin kini
orang-orang tengah mencoba untuk menghindari kenyataan yang tengah hadir di
hadapan mereka? Menghindariku?
Aku tidak ingin berburuk sangka pada siapapun,
pada apapun. Tapi yang kini hadir dalam benakku adalah pernyataan-pernyataan
buruk yang akhirnya membuatku enggan kembali berdiri. Aku lelah ya Allah… aku
lelah…
***
Pelangi
itu… pelangi terindah yang pernah ku lihat. Muncul tiba-tiba setelah
berhentinya tetesan hujan terakhir.
Pelangi
itu… pelangi teristimewa yang pernah muncul, melengkung sempurna, membuat
bentuk setengah lingkaran yang menawan, menemani dinginnya senja, menceriakan
hari setelah hujan kemarin…
Tapi
pelangi itu bukan milikku, bukan untuk ku sentuh, hanya ku kagumi dalam diam,
duduk menanti di balik temaram cahaya petang, duduk menanti… lalu mati.
Zahra
***
“Aku baik-baik saja…” ujarku ketika Anna membuka
pintu kamarku yang tak terkunci. Ia berdiri beberapa saat di sana, menggenggam
pegangan pintu dengan cukup erat. Kemudian menundukkan wajahnya. Aku mendesah
sarkastis ketika mendengar isakan pelan dari belakangku. Ku genggam erat-erat
pulpen di tanganku, mencoba meredam kemarahan pada diriku sendiri. “Pergi Ann…
aku baik-baik saja. Pergilah.” Pintaku lirih. Namun Anna sama sekali tidak bergerak.
Aku menggebrak mejaku dengan keras, kemudian
berjalan mendekati Anna, menariknya masuk ke dalam kamarku, dan menutup pintu
di belakangnya. Aku membimbingnya untuk duduk di tepi ranjangku dengan kasar,
membiarkannya menangis seperti itu untuk sesaat. “Hentikan tangisanmu sekarang.
Aku tidak ingin Amy sampai melihat air matamu.” bentakku dingin.
“Zahra… maafkan aku..”
“Maaf??!” tanyaku tidak percaya. “Maaf untuk
apa?!” teriakku. “Maaf untuk apa Anna??!! Kau tidak melakukan satu kesalahan
pun kepadaku, tidak pernah. Tidak ada yang salah, kecuali diriku sendiri yang
dengan bodohnya bersedia kembali diperdaya oleh cinta.”
“Zahra…”
“Cukup Ann… jika kau terus meminta maaf, itu
malah akan menyakitiku. Tidak bisakah kau cukup bersikap tidak peduli? Bersikap
seolah-olah kau tidak tau bagaimana perihnya hatiku? Bersikap seolah-olah tidak
pernah ada masalah ini?” aku jatuh terduduk di hadapannya, menggenggam erat
tangannya yang gemetar. “Ini memang sakit Ann, tapi aku sudah biasa. Aku bahkan
hampir tidak merasakan perih itu, semuanya terasa kebas. Dan aku akan baik-baik
saja. Bukankah itu yang akan terjadi setiap kali ada pertemuan? Sebuah
perpisahan…
“Aku pernah merasakan luka yang paling
menyakitkan. Ketika Ayah dan bundaku pergi hari itu. ketika aku harus memastikan
bahwa kedua jasad kaku yang hangus itu adalah kedua orang tuaku. Kau tau betapa
sakitnya hatiku saat itu? pada detik pertama, seluruh tubuhku langsung
menyangkal, aku menutup mataku pada kenyataan itu, berharap jika itu memang
bukan mereka. Tapi setengah detik kemudian, hatiku menyerah. Mataku terus
menangisi kedua jasad itu, membuatku muak pada diriku sendiri yang merasa kalah
dibodohi oleh ilusi dan polisi itu. mereka bukan ayah bundaku… bukan…
“Itu masa lalu… dan sejujurnya seluruh kejadian
yang telah ku lewati sudah membuat hatiku hancur sedemikian rupa. Kebas, tak
lagi memiliki rasa. Jadi kau tenang saja, kisah ini… Raihan… dan Amy, mereka
tidak akan mampu melukaiku… Raihan tidak akan bisa melukai hatiku yang sudah
hancur.”
“Aku-“
“Berhentilah mengasihaniku, aku akan baik-baik
saja.” Ujarku dengan sebuah senyuman yang tidak menyentuh mataku. Anna meraih
tubuhku, memelukku dengan sangat erat, membuatku sejenak terbuai, dan mulai
merasakan perih itu. namun getaran ponsel di saku gamisku membuyarkan semua
rasa yang hadir. Aku melepaskan pelukan Anna dan meraih ponselku.
Telepon dari tante Luna. Anna mengangguk ketika
aku menoleh kepadanya, meminta persetujuannya. “Assalamualaikum…” salamku
setenang mungkin.
“Walaikum salam Sayang… bagaimana keadaanmu? Kau
baik-baik saja nak? Tante sedang dalam perjalanan ke panti. Kau tenanglah di
sana. Tante akan segera sampai.” Aku tertunduk dalam ketika merasakan sebuah
jarum kecil menusuk jantungku. Perih itu begitu samar, namun tetap tidak bisa
diabaikan. Aku tidak tau apa yang harus ku katakan, aku tidak baik-baik saja,
namun aku mencoba untuk baik-baik saja, atau mungkin berpura-pura? Aku tidak
ingin membohongi diriku sendiri, tapi aku tidak bisa menerima kenyataan bahwa
aku memang terluka. “Zahra bicaralah… baru saja Raihan menelepon, dia bilang
ada masalah yang sangat gawat.”
Aku tersenyum sarkastis, jadi sekarang masalah Amy adalah masalah yang sangat gawat??
“Ada apa sebenarnya sayang?” Tanya tante Luna
cemas. Aku menguatkan hatiku, menarik nafas dalam-dalam, menyiapkan sebuah antisipasi
akan masalah yang mungkin sebentar lagi ditimbulkan oleh kata-kataku.
“Tidak ada masalah yang terlalu serius tante…
hanya kedatangan kembali Amy, Amanda Sarah… maksudku Amanda Christine…” ralatku
ketika mengingat bagaimana Raihan memanggil Amy di ruang tamu. Untuk sepersekian
detik aku tidak mendengar apapun dari sebrang sana, bahkan rasanya aku tidak
bisa mendengar hembusan nafas tante Luna, dan itu membuatku khawatir apakah ia
baik-baik saja atau tidak.
“Bagaimana bisa ia kembali menemukannya?” tanya tante
Luna, aku mengernyit, tidak memiliki jawaban. Tapi pada akhirnya aku tau
pertanyaan itu bukan di tujukan padaku, melainkan pada dirinya sendiri.
“Tante mengenalnya?” tanyaku lagi. Kemudian tante
Luna terdiam lama. Sebuah fakta kontra dari pernyataan tidaknya beberapa detik
kemudian. “Tante… aku lelah menjadi satu-satunya orang yang tidak memiliki
bayangan apapun dalam masalah ini.”
“Tidak Zahra, kau tenanglah, itu bukanlah
masalah besar. Kau akan tetap baik-baik saja, tante akan terus mendukungmu.”
“Tante, aku sedang tidak mencari pendukung. Aku
hanya ingin tau apa yang tengah terjadi, itu saja…” bisikku lirih. Anna
merangkul pundakku ketika tetesan air mata itu menghampiri kelopak mataku.
“Christine adalah mantan kekasih Raihan.”
Aku tau
itu…
“Mereka bertemu ketika sama-sama kuliah di
Belanda beberapa tahun yang lalu. Raihan sangat tergila-gila padanya. Ia bahkan
sampai dua kali membawa Christine pulang bersamanya, menemui kakek, tante dan
Alan. Kami semua menyukainya, ia adalah gadis yang sangat mudah dicintai…”
Aku juga tau hal itu…
“Tapi ketika mengetahui bahwa ia beragama
kristiani kakek menentangnya dengan sangat keras. Tante sendiri tidak memiliki
pilihan lain. Raihan adalah putra kandung tante satu-satunya. Saat itu tante
sangat takut, tante takut akan siksa neraka jika tante membiarkan putra tante
mengingkari agamanya. Tante takut… dan mulai melarang mereka bertemu. Tante
mengancam Raihan untuk menghentikan seluruh dana perkuliahannya jika ia tetap
bersama dengan Christine. Namun kau tau anak itu, dia sama sekali tidak
bergeming, malah semakin keras pada keputusannya. Entah bagaimana ia bisa
mendapatkan pekerjaan dengan mudah di Belanda, kemudian meneruskan hubungannya
dengan gadis itu.
“Tante meminta Alan untuk mengawasinya. Tapi pada
akhirnya tante tetap terkalahkan oleh kisah mereka. Pada minggu terakhir di
bulan desember, Raihan kembali pulang setelah satu tahun lamanya, dan
mengatakan bahwa ia akan menikahi Christine yang saat itu tengah hamil
putranya. Hati tante benar-benar sakit, hancur berkeping, ia sudah berzina, ia
sudah mengecewakan tante, melukai tante dengan seperih-perihnya. Tapi sebagai
seorang ibu, lagi-lagi tante tidak bisa melakukan apa-apa, karena baru kali itu
tante melihat binar bahagia yang teramat indah di kedua matanya.”
Aku tau…
“Kakek marah besar, terlebih ketika mendengar
bahwa Raihan akan meninggalkan Islam, ia bahkan mengganti namanya menjadi
Christopher Reynaldi. Saat itu, Alan menyarankan agar kami berbicara pada
keluarga besar Christine untuk meminta putri mereka masuk ke agama Islam. Tapi kau
tau, tentu saja itu adalah hal yang mustahil. Setelah perseteruan yang begitu
panjang dan alot, akhirnya kami memutuskan untuk memisahkan mereka. Merencanakan
pemalsuan kematian mereka masing-masing…”
Astagfirullah… aku
menutup mulutku yang ternganga dengan kedua tanganku. Mencoba menahan isakan
itu agar tidak terdengar, meski air mataku sudah sedari tadi menetes.
“Tante tau hal itu teramat buruk, namun tante
sudah kehabisan akal untuk memisahkan mereka. Meski pada akhirnya, hasilnya tidak
sesuai dengan yang kami harapkan. Sampai dia bertemu denganmu, ia banyak
berubah karenamu Zahra. Kau membuat Raihan kembali menemukan jalannya, kau
membuatnya tersadar. Kau mengembalikan putra tante. Tante bahkan tidak tau
harus bagaimana mengucapkan terima kasih kepadamu. Kepada cintamu…”
Aku meringis perih ketika mendengar perkataan
terakhirnya.
“Setelah kejadian itu apakah tante tau apa yang
terjadi pada gadis bernama Christine itu?”
Tante Luna terdiam sejenak. “Tidak,” katanya
pelan. “Tante tidak tau apapun, tapi yang tante tau keluarga besarnya sama
sekali tidak keberatan dengan kehamilan putri mereka, asakan ia tidak sampai
berpindah agama. Selebihnya tante tidak tau…”
“Aku tau…” potongku cepat, dan sebelum tante
Luna kembali berbicara aku sudah kembali membuka mulutku. “Gadis bernama
Christine itu hampir gila karena frustasi dan terluka. Ia menggugurkan
kandungannya dengan cara yang tragis, hingga membuat dokter harus mengangkat
rahimnya, menghilangkan kesempatan untuknya memiliki seorang bayi
selama-lamanya. mematahkan sayap harapannya untuk menjadi seorang wanita
seutuhnya. Dan sekarang, setelah berlalunya tahun-tahun yang memilukan itu,
ketika akhirnya ia kembali jatuh cinta pada seorang pria, ia terpaksa kembali
berhenti di sana. Menyerah pada adat dan peraturan yang tertera pada keluarga
pria itu lagi…
“Keluarga pria itu tidak menerimanya karena tau
ia tidak sempurna, mencibir masa lalunya yang kelam, yang mengakibatkan
keadaannya saat ini, menghinanya bagai sampah. Ia kembali terluka, bahkan
semakin dalam. Bahkan mungkin ia pernah berharap bahwa ia benar-benar mati agar
bisa meninggalkan semua luka itu di belakangnya. Tapi ia tidak memiliki
kekuatan untuk mencabut nyawanya sendiri. Seperih apapun lukanya, ia tetap
harus berdiri di sana, bersikap seolah-olah ia bisa mengatasinya, setegar itu.
“Dan lagi-lagi ia harus menyerah pada cintanya. Mengatakan
tidak pada sosok yang paling dicintainya…”
“Zahra…”
“Tante… aku hanya ingin bertanya satu hal…
ketika pada akhirnya gadis itu kembali menemukan cinta masa lalu yang
menerimanya dengan tulus dan apa adanya, tepat ketika ia tengah terpuruk
seperih itu, pantaskah aku menghancurkan harapnya?? Pantaskah gadis sepertiku
yang dalam satu sisi lebih beruntung karena masih memiliki rahim itu
menyakitinya??”
“Zahra… tante minta maaf…”
“Bukan… bukan kepadaku permintaan maaf itu harus
diajukan, tapi kepadanya. Kepada gadis yang beberapa tahun yang lalu tante palsukan
kematiannya di hadapan putra tante. sendiri, Kepada Christine.” Aku terdiam
sejenak, merasa sesak oleh isak tangis yang entah bagaimana tidak bisa tertahan
lagi itu. “Restuilah mereka tante, ku mohon…” bisikku lirih.
“Tapi dia…”
“Dia sudah melakukan seperti yang tante
inginkan. Gadis itu sudah memeluk agama Islam, dan tersingkirkan sepenuhnya
dari keluarga besarnya. Dia sendirian dan terluka… Jadi ku mohon tante… untuk
kali ini restuilah mereka berdua… biarkan Amy kembali memperoleh pelangi
kebahagiaannya… ku mohon tante…. Ku mohon…”
Kemudian tanpa mengucapkan salam, aku menutup
sambungan teleponku dengan tante Luna. Tubuhku lemas karena isakan tangis yang
tiba-tiba menerobos keluar dari mulutku. Anna memerluk erat tubuhku yang
bergetar, berusaha menenangkanku. Namun kali itu, meski aku pun ingin kembali
segera tenang, tapi aku tidak bisa. Untuk pertama kalinya aku terisak
sedemikian kerasnya, air mataku menetes sedimikian derasnya, bahkan hatiku
terpilin sedemikian sedihnya. Aku tidak mengerti ada apa dengan diriku. Mungkin
aku hanya sedikit lelah, lelah pada kenyataan hidup yang pada akhirnya tidak
pernah berpihak kepadaku.
Ambilah
Tuhan! Ambilah orang-orang yang ku sayangi jika itu membuatmu puas menyakitiku…
ambilah Tuhan!
13 komentar:
untuk bab yg selanjutnya, mohon maaf... mungkin aga sedikit lama, udh harus siap2 sidang lagi... :))
terimakasih atas kunjungannya,
dan komentarnya... bener2 pusat semangatku buat terus menulis...
kritik dan sarannya sangat dinanti... :))))
xoxo
cherry
makasih cherry
ceritanya keren banget
semoga sidangnya lancar dan bisa lanjutin lagi kisah zahra dan raihan.. :*
(ˇ▼ˇ)-c<ˇ_ˇ) Zia...
Zahra baik bgt... Kasihan Zahra ƪ(-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩__-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩)ʃ
Jangan biarin Zahra sedih lagi dong Zia...
°·♡·♥τнänkчöü♥·♡·° ya sayang...
Mmmmuuuuuaaaaccccchhhh (˘⌣˘)ε˘`)
sukses ya mbak sidangnya padahal lagi paling klimaks ceritanya :-D, untuk cuma berarti ngga lama banget kan uploadnya hhe,
duh tambah kasian sama Zahra. Semuanya terkuat tp saya belum ngerti bukannya Amy sama Ray sering ketemu di panti ya *apa belum ya* kok baru skg terkuak, Amy bener ngga sih skg masih cinta Ray :O
oya yang i found you in london kok ngga nongol nongol?
kshan zahra,.,zia jgn bwt zahra sdih trus
Wahhh makasiih doa nya semuanya... ini udh iket kepala buat belajar... gambate!!!
Mba ara... belum... ray sama amy blm pernah ktmu... pernah jg wktu ngnter raka ke bandara... duluuuuuuu bgt tp cm sekilas liatnya (bab terakhir CC)... dan penulisnya emng sngja buat mmereka g prnh ktmu... plak!!! *digetok amy* hehe
Klo soal I flund You in london kita demo mba fathy elliyasari yuk.. hihihihi piiissss
Selalu nyesek bacanya....
Thks cerry
oh kirain udah ketemu hehe
wah itu orangnya ada di atas ya, ayo dong mbak fath di lanjut :-D
hiks hiks knp sh ni cerita sedih trz.
kacian zahra.
selalu jadi silent reader. tp kali ini harus bilang "kasihan bgt si zahra kak, berkali kali ditinggal org yg disayang " :(
This part makes me wanna cry.. It feels so hard to breath..
Ga nyangka si Luna jhat bgt smpe sgituny.. Ckckck.. Zahra ksian bgt.. Dlu dia khilangan Raka, di saat dia udah mau bangkit lgi dan mnrima cinta yg bru, dia trsakiti lgi krn rupanya, cinta masa lalu org yg bru dicintainy kmbali dan itu mrupakan sahabatny sndri...
Zia.. Jgn bwt Zahra nangis trus.. Udah saatny dia bahagia stelah skian lma trsakiti..
(-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩__-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩) (-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩__-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩) sedih bgt smpe nangis... Kasian sma Amy kasian sma Zahra jga... Makasih mba Cherry.
Zahra....kasian banget, kpan kebahagiaannya dtg..hiks...hiks...
Jadi galau bacanya
Posting Komentar