RAIHAN
Ku pandang rembulan itu tanpa berkedip, mencoba
mencari titik pusat pada keindahan itu. Berharap aku bisa meraihnya dan memberikannya
pada sosok indah yang tidak pernah bisa hilang dari benakku walau sekejap. Aku
menoleh pada David yang sedari tadi berdiri di belakang kursi rodaku. Wajahnya
yang datar begitu pandai menyembunyikan kerutan cemas di antara kedua matanya.
Namun aku sudah terlalu lama bekerja bersamanya, hingga aku bisa merasakan
kecemasan itu, bukan melihatnya. Aku menoleh pada sosok lain berkaca mata yang
berumur dua kali lipat dari umurku. Ia membetulkan letak kaca matanya dengan
gelisah. Menggenggam erat tablet pc di dekapannya.
“Bagaimana mungkin saham kita bisa jatuh separah
ini?” tanyaku datar. Pria tua yang dipanggil Beni itu kembali membetulkan
posisi kaca matanya, yang bahkan tidak bergerak satu senti pun dari pangkal
hidungnya, seakan memang sudah ditempel di sana, sesuai dengan wajahnya yang
selalu terlihat cemas.
“Mr.Chad menarik investasinya, dan menggagalkan
tender kita.” Ujar Beni gugup. Aku mulai merasa marah ketika mendengar nama
itu. “Dia sepertinya tau tentang proyek pembangunan hotel di Paris itu, dan
memutuskan untuk ikut terjun dalam pihak oposisi.”
Aku melirik Lucky yang berdiri dengan kedua
tangan di dalam saku jeansnya, matanya menatap langit malam yang kelam, menatap
rembulan, menatap kesunyian. Wajahnya yang kaku tak berekspresi terus tengadah
meneliti gelapnya langit malam itu. membuatku enggan berbicara banyak.
“Kau tau apa yang dia inginkan.” Ujar Lucky
tiba-tiba. Aku menggeram kesal. ia menoleh kepadaku, wajahnya tetap datar,
namun aku bisa melihat kilatan amarah di matanya. “Kau tau.” Bisiknya dingin.
“Dia tidak akan melepaskanmu.”
“Aku tidak bisa melakukannya.”
“Jangan membahayakan dirimu sendiri!” bentak
Lucky keras. Aku bisa melihat Beni tua yang malang tersentak kaget mendengar
teriakannya. “Dia tidak pernah main-main.”
“Tapi aku tetap tidak bisa melakukannya.”
“Seharusnya kau memikirkan hal itu sebelum
memutuskan untuk berhubungan dengan mafia bejat itu!” ujar Lucky geram kemudian
berlalu pergi dari ruanganku dengan langkah kasar.
“Haruskah kita menghubungi tuan Darmawan?” Tanya
David. Aku ingin mencibir pada kata-katanya, namun pada akhirnya aku hanya
menggeleng tanpa memandang wajahnya. “Tuan… telepon dari Mr. Chad.” David
mengulurkan ponselnya kepadaku. Aku menyipitkan mataku, sekeras mungkin mencoba
menahan emosiku, kemudian meraih ponselnya.
“Christopher Reynaldi… ah… betapa sulitnya
menghubungimu.”
“Apa yang kau inginkan?!”
“Kau tau apa yang ku inginkan… sesuai perjanjian
awal kita.”
“Aku sudah membatalkan perjanjian itu. dan aku
sudah membayar seluruhnya.”
“Kau membatalkan secara sepihak, aku bahkan
belum melihat surat-surat itu. Dan kau tau, aku tidak membutuhkan uangmu.” Aku
menggeram ketika mendengar suara angkuh itu. “Berikan apa yang menjadi
bagianku, dan aku akan membiarkanmu hidup.”
“Jangan pernah bermimpi!”
“SStt… anak muda… sudah habis rasanya waktumu
untuk bermain-main. Kalau kau tidak memberikannya, maka aku yang akan
mengambilnya dengan caraku.” Ujarnya santai, namun aku bisa merasakan berjuta
ancaman di balik semua kata-katanya. “Dan satu lagi, kau harus ingat bahwa aku
bisa dengan mudah menghancurkanmu anak muda, bahkan menghancurkan orang-orang
di sekelilingmu, menghancurkan hatimu yang kini tengah berbunga-bunga karena
gadis itu…” ujarnya sarkastis. Mataku terbelalak lebar, jantungku mulai
berdetak melebihi batas normal. “Ah… masa muda,” gumamnya. “Aku juga pernah
melaluinya. Untuk orang sepertimu, mungkin kau membutuhkan waktu lima bulan
untuk kembali pulih setelah melihat kekasihmu di tembak mati tepat di depan
matamu.”
“Brengsek!”
“Tapi aku akan membuatnya lebih menyakitkan… itu
keahlianku…” bisiknya penuh ancaman sebelum mematikan sambungan teleponnya. Aku
merasakan tubuhku bergetar karena amarah yang memuncak, rahangku mengeras,
mengeluarkan suara geraman yang tidak lagi bisa ku tahan, mataku nanar menatap
guratan-guratan halus meja di hadapanku.
“Hubungi kakek!” teriakku kalut.
***
3 komentar:
ya ampun ada apa ini ?
udah jatuh tertimpa batu pula si Rai, gregettt yang panjang sih mbak
*puppy eyes wkwk-
Waduh kenapa jdi tb2 da mafia??
Semoga mafia itu mati ketabrak semut setruk hehehehehe
°·♡·♥τнänkчöü♥·♡·° ya zia cantik...
Ditunggu kelanjutank'a (˘⌣˘)ε˘`)
maaf yah, aga membingungkan... tapi bahasan tentang mafia ini sebenernya udh pernah di singgung di cerita chaya cinta, tapi ga terlalu jelas.. :)
terima kasih yang sudah mampir... :)))
Posting Komentar