BAB 8
16 Desember 2004, ulang tahun Keysha yang ke 17 diadakan
sangat sederhana. Hanya beberapa orang yang diundang diluar keluarga. Om Leo
bilang ini semua keinginan Keysha sendiri.
Keysha bilang ingin membagikan sedikit rezeki
yang diberikan ayahnya untuk yayasan yatim piatu di sekitarnya. Hmmm sungguh
berbeda dengan perayaan ulang tahun aku dan Mark yang dirayakan dengan pesta
pora sehari semalam. Menghabur-haburkan banyak uang untuk orang-orang yang hanya perduli pada kekayaan kami saja. Bukan menyombongkan diri, tapi aku mendengar sendiri ucapan mereka.
Walaupun sederhana tetap
saja pesta itu terlihat mewah. Dengan segala pernak pernik dan kue ulang tahun
yang bertingkat 5.
Kira-kira siapa yang akan menghabiskan kue ini?
pikirku dalam hati.
“Key, ayo potong kuenya,”
pinta om Leo yang sudah tidak sabar rupanya ingin segera menyantap kue tersebut.
“Tapi Pa, kak Frank belum
datang, aku nggak mau potong kuenya,” Keysha tampak
kesal karena Frank belum juga datang.
Frank belum juga
menampakkan batang hidungnya padahal acara sudah mulai dari 1 jam yang lalu.
Dia juga tidak memberi kabar mengapa ia terlambat?
“Kakakmu telat karena
mobilnya mogok di tengah jalan. Sudahlah Key sekarang lebih baik kamu potong
saja kuenya. Kasihan teman-temanmu sudah menunggu,” tante Keira berbohong kali ini. Rasa cemas tampak di
wajahnya namun ia berusaha untuk tidak menampakkannya.
"Key," hanya dengan memanggilnya, Keysha
mengerti apa yang ingin kukatakan.
"Okey, aku akan potong kuenya." Keysha
melangkah mendekati kue ulang tahunnya. Diraihnya pisau yang terletak di meja
dekat kue tersebut. Wajahnya benar-benar tak bahagia karena kakak satu-satunya
tak kunjung datang.
Potongan kue pertama diberikan ke om Leo dan tante
Keira. Yang kedua disimpan khusus untuk Frank.
"Mmm rasanya kamu bisa menyuapi kue itu untukku
sekarang," tiba-tiba suara Frank terdengar. Kamipun mengikuti asal suara
Frank yang rupanya sudah berdiri di pintu depan.
"Kakak,,,,," Keysha merajuk memanggil Frank
yang menutupi badannya dengan boneka teddy bear yang tak kalah besar dengan
tubuhnya.
Frank melangkah mendekat. "Maaf telat ya adikku
sayang. Ini untukmu," Frank menyerahkan boneka tersebut.
"Aku bukan anak kecil lagi Kak. Lagipula sudah
berpuluh boneka teddy bear kakak berikan padaku," walaupun dengan wajah
sedikit kesal, Keysha tetap mengambil boneka yang diberikan Frank.
"Adikku yang satu ini, bukannya berterimakasih
malah memasang muka seperti itu. Ya sudah kalau begitu aku ambil aja lagi
yah," Frank mengajak Keysha bercanda dengan mencoba mengambil boneka dari
genggaman Keysha.
Keysha menarik boneka menjauh dari Frank. Dia
menjulurkan lidahnya membalas candaan Frank. Kami tergelak melihat tingkah pola
Keysha. Walau sudah besar dia tak bisa menghilangkan sifat manjanya.
"Ini," Frank menyerahkan lagi sebuah kado
kecil untuk Keysha.
"Lagi?" Keysha tampak sangat senang menerima
kado dari Frank. Dengan tak sabar ia membuka kado tersebut. Di dalamnya
terdapat sebuah gaun berwarna biru langit yang nampak serasi dengan warna
kulitnya.
Keysha tak dapat menyembunyikan rasa gembiranya dengan
hadiah yang diberikan Frank. Saat ia mengambil gaun tersebut, sebuah amplop
jatuh. Keysha segera mengambilnya. Dibukanya amplop tersebut dan betapa
terkejutnya ia saat membuka amplop tersebut.
"Kak, benarkah ini?" Keysha tak percaya
dengan hadiah yang diberikan Frank. Keysha berlari kecil memeluk Frank dan
menghadiahkan sejuta ciuman sayang padanya. Amplop itu berisi sebuah tiket
perjalanan ke Perancis berikut dengan tempat hotel Keysha menginap.
"Ishhhh kamu ini nggak malu? Ya, tiket itu bisa kamu gunakan saat liburan nanti.
Sekarang lanjutkan potong kuenya," Frank menunjuk ke kue yang masih belum
sepenuhnya terpotong.
Sebelum Keysha melanjutkan memotong kue. Ia mengambil
kue yang telah dipotong untuk Frank. Ia menyuapi kakaknya dengan penuh kasih.
"Sudah-sudah sekarang potong
kuenya lagi sana. Kamu membuat kakak
malu di depan teman-temanmu," Frank mengambil kue dari tangan Keysha.
Sementara kami yang melihat mereka hanya tertawa ringan. Mengagumi juga
indahnya ikatan persaudaraan diantara mereka.
Keysha melanjutkan memotong kue ulang tahunnya.
Potongan ketiga lagi-lagi disimpan Keysha, entah akan diberikan kepada siapa
kue tersebut. Aku tak ingin bertanya untuk siapa potongan kue tersebut.
Potongan kue selanjutnya diberikan padaku, Mark dan teman-temannya. Tak ada kue
khusus seperti yang kubayangkan. Aku sudah terlalu percaya diri rupanya
hehehee....
Acara selesai ketika jam berdentang sebelas kali. Teman-teman Keysha pun berpamitan untuk
pulang. Om Leo dan tante Keira pun sudah masuk ke dalam kamar, ingin segera
tidur. Diikuti oleh Frank dan Mark.
"Key, kamu nggak mau tidur?" Keysha tampak
tak perduli pada pertanyaanku. Dia malah asyik mencari-cari sesuatu. Ku
putuskan untuk meninggalkan Keysha sendiri.
"Yeeeee akhirnya," aku berhenti saat
mendengarnya berteriak. Ku memutar tumitku untuk melihat Keysha sejenak. Aku
tersenyum saat melihatnya
melompat-lompat kesenangan sambil memegang sebuah amplop lagi.
"Key hati-hati!" jeritku saat melihat kakinya terpeleset. Aku berlari
dan menangkap tubuh Keysha
dari belakang.
"Maaf," Keysha berucap lirih. Dia tak mampu
memandangku, malu mungkin.
"Jangan pernah buat dirimu celaka," geramku
menahan marah. Mataku menatap tajam ke arahnya, Keysha hanya bisa mengangguk lemah.
“Lagipula apa yang membuatmu
sangat senang hingga kamu melompat seperti itu?” aku melirik ke arah
tangannya, penasaran dengan amplop yang dipegangnya.
“Bukan apa-apa,” jawabnya
sambil menyembunyikan amplop dalam genggamannya. Keysha juga berusaha
melepaskan peganganku di tubuhnya. Ia nampak sangat salah tingkah dengan
kedekatan yang tercipta diantara kami berdua.
“Ya sudah, kalo begitu
aku tidur duluan,” pamitku ketika kurasakan mataku sudah sangat berat untuk
terbuka. Lagi-lagi Keysha hanya menganggukkan kepalanya.
Ku tinggalkan Keysha
sendiri yang masih asyik menimang-nimang
amplop yang dipegangnya. Amplop itu nampak sangat berharga baginya.
Aku terbangun saat jam
menunjukkan pukul 5 pagi. Badanku masih terasa sangat lelah, mataku pun masih
sangat mengantuk. Tapi cacing-cacing di perutku tidak bisa diajak berdamai.
Mereka udah protes karena kelaparan.
Dengan mata yang masih
mengantuk, aku melangkah ke dapur. Mencari-cari makanan yang dapat membuat
cacing-cacing di perutku tertidur lagi karena kenyang. Beberapa croissant
kutemukan di atas meja makan, aku mengambil satu. Ku masukkan ke dalam microwave untuk sekedar dihangatkan.
“Mmmm rasanya sangat enak
jika aku bisa menikmati croissant ini dengan secangkir kopi,” kataku pada diri
sendiri. Ku buat secangkir capucino untuk menemani croissantku.
Secangkir capucino dan
sebuah roti croissant sudah siap. Akan terasa nikmat jika ku nikmati di ruang
keluarga di lantai dua atau taman di belakang rumah. Aku memutuskan untuk pergi
ke taman belakang. Udara sejuk di pagi hari dapat membuatku sangat nyaman dan
tenang.
“Kak Sandra?” aku
terkejut ketika ku lihat kak Sandra yang duduk termenung di sebuah kursi taman.
Seingatku, kak Sandra belum boleh ditinggal sendirian. Itu karena jiwa kak
Sandra masih labil. Beberapa hari yang lalu entah mengapa kak Sandra mencoba
untuk melakukan percobaan bunuh diri lagi. Dia pun masih sering
berteriak-teriak jika ingatan akan malam itu terlintas di fikirannya.
“Mbok Nah,” pekikku tak
terlalu kencang karena takut membangunkan seisi rumah.
Entah karena telinganya yang memang super peka atau
memang karena Mbok Nah sudah mempunyai ikatan batin dengan kami. Dia selalu
cepat datang jika kami memanggilnya, tak
ingin membuat kami menunggu lama.
“Mbok Nah kenapa kak
Sandra ditinggal sendirian? Kalau
kak Sandra mencoba untuk bunuh diri lagi gimana? Mbok kan tau kak Sandra belum
bisa ditinggal sendiri. Kenapa sekarang kamu teledor sekali mbok?” amarahku
keluar tanpa memberi kesempatan untuk mbok Nah menjawabnya. Mbok Nah hanya
menatap lantai yang
dingin.
“Kian,” suara Keysha dari
belakangku.
“Ada apa Key?” aku tak
mengalihkan perhatianku dari Mbok Nah sedikitpun.
“Kian, aku yang
meninggalkan kak Sandra sendirian,,,”
“Kamu... berani-beraninya
kamu meninggalkan kakakku sendirian. Kamu mau tanggung jawab jika terjadi
sesuatu dengannya, hah?” ku putar tubuhku untuk menatapnya dengan kemarahan
yang memuncak.
Tubuh Keysha bergetar
mendengar teriakankku. Piring
dan gelas yang digenggamnya ikut bergetar. Mata itu mulai
berkaca-kaca, airmata sudah mengantri untuk keluar dari sana. Keyhsa tak berani
menatapku, hanya bahasa tubuhnya yang menyiratkan kata maaf. Lagi-lagi aku
membuat dia takut akan diriku. Emosiku tak dapat dikontrol jika menyangkut kak
Sandra.
“Aku... aku hanya ingin
mengambil ini untuk kak Sandra...” Keysha menunjukkan sepotong kue ulang tahun
yang disimpannya semalam dan segelas
susu hangat.
“Non Keysha pergilah,
berikan ke Mba Sandra,” suara Mbok Nah lembut membela Keysha. Aku berbalik
menatap mbok Nah tak percaya. Mata mbok Nah kali ini tak kalah sengitnya
menatapku.
Keysha tak juga beranjak
dari tempatnya berdiri.
“Non... pergilah,” Mbok
Nah mengulangi perkataannya. “Biar mbok nanti yang bicara dengan mas Kian,”
lanjut mbok Nah mencoba menenangkan hati Keysha.
Keysha berlari kecil
menghampiri kak Sandra. Tak lagi ia berpaling ke tempatku dan mbok Nah berdiri,
terlalu takut mungkin.
“Mas Kian tak seharusnya
memarahi non Keysha seperti tadi. Mas
Kian harusnya bersyukur mengenalnya,” lirih mbok Nah lama setelah
Keysha menghampiri kak Sandra.
“Apa yang mesti aku
syukuri mbok? Dia itu ceroboh dengan meninggalkan kak Sandra sendiri seperti
tadi,” aku terheran dengan perkataan mbok Nah.
“Mas hanya melihat
sebentar sudah berteriak-teriak, bagaimana
non Keysha bisa menjelaskan? Mas
semenjak kita pindah kesini non Keysha selalu membantu mbok untuk mengurus mba
Sandra. Setiap pagi dan sore, non Keysha ikut memandikan dan memakaikan baju
mba Sandra. Setelah itu diluangkan waktunya hanya untuk menemani mba Sandra
makan dan mengajaknya ngobrol. Setelah percobaan bunuh diri kemarin, dia tak
pernah meninggalkan mba Sandra sedetikpun. Tadi malam, non Keysha datang untuk
memberikan kue ulang tahunnya. Namun karena terlalu malam, mba Sandra sudah
tertidur. Makanya pagi ini non Keysha semangat untuk memberikannya pada mba
Sandra,” mbok Nah menceritakan seluruh kegiatan yang dilakukan Keysha untuk
kakakku.
Aku hanya terdiam. Kemana
saja aku selama ini hingga tak menyadari gadis inilah yang telah merawat
kakakku? Sedangkan aku sebagai adiknya tak pernah meluangkan waktu yang cukup
untuk kakakku sendiri. Aku terlalu sibuk dengan pekerjaanku.
“Umur non Keysha memang
masih sangat muda, dia juga manja mas. Tapi jiwanya lembut, penuh kasih sayang,
sabar, sangat keibuan. Jika mas Kian lihat
ada banyak cinta yang dia berikan untuk semua orang. Tak pernah sekalipun ia
mengeluh saat kak Sandra berteriak-teriak, memaki-makinya. Namun itu tak pernah
menghentikannya untuk membantu mbok,” jelas mbok Nah lagi.
Kupandangi gadis kecil
yang sekarang berada disamping kakakku. Menyuapinya kue ulang tahunnya dengan
penuh kesabaran. Terkadang senyum dan tawa menghiasi wajahnya. Walau kakakku
tak membalasnya, dia tak pernah terlihat lelah untuk terus berbicara, tersenyum
dan tertawa. Wajahnya semakin
cantik ketika semua dilakukannya.
“Dan sepertinya dia jatuh
cinta sama tuan muda mbok yang satu ini,” goda mbok Nah.
“Mbok... apa-apaan sih.
Mbok sok tau nih,” aku terhenyak ketika mbok Nah menggodaku. Keysha seperti tau
jika kami sedang membicarakannya, ia menolehkan kepalanya ke arah kami. Sebuah
senyum manis dipasang di wajahnya. Wajahku memerah melihat senyumnya.
“Dan sepertinya tuan muda mbok yang angkuh ini juga mempunyai perasaan yang sama dengan
non Keysha.” Mbok Nah menggodaku lagi saat ia menyadari wajahku yang memerah.
“Mbok Nah, awas yah,”
teriakku pada Mbok Nah yang menjauh dariku dengan
tertawa geli.
Mungkinkah ini cinta? Aku hanya merasa dadaku sesak jika
melihatnya sedih, merindunya jika dalam sehari tak dapat melihat wajah dan
senyumnya. Benarkah ini
cinta? Entahlah,
kataku dalam hati.
6 komentar:
Aih,,,aih,,aih,,,
Benih2 cinta mulai tumbuh Hah??
Mantaph nigh,,,
Lanjutkan mbak Fathy,,,,
Semangkaaa,,,,
Danke Zia saiank,,,
ayo mbak fathy terusin ya....
@riska : ya nih riska smoga benih cintanya gak layu yah hehehe... terimakasih canti
@isna : insyallah dilanjutkan, terimakasih isna...
@cherry : terimakasih y cher dh di posting, smoga msh tetep sabar dengan crt yg kelamaan ini heheheh
baru baca bab ini , ntar baca ah bab awal awalnya :)
makaci ya mbak critanya bagus..
ga sabar nunggu kelanjutannya mbak..
^_^
ciee..ciee...
ada yang mulai jatuh cinta ni, mbg fathy next chapter...
Posting Komentar