“Kau akan
menikah?” suaraku terdengar begitu parau. Namun tidak ada jawaban dari sebrang
sana. Aku tau ia masih disana, aku bisa mendengar desahan nafasnya yang lelah.
Air mataku mulai menetes. “Mengapa kau tidak member tahuku?” tudingku perih.
Masih belum ada jawaban.
Semenit… lima
menit… hingga sepuluh menit kemudian…
“Aku takut kau
akan terluka.”
“Lucu. Kalau takut
membuatku terluka mengapa kau tetap akan menikahinya?” ia kembali terdiam,
namun tidak terlalu lama.
“Karena aku
mencintainya,” bisiknya. Aku terdiam. Air mataku tidak berhenti mengalir, tapi
hatiku mulai mengeras penuh kebencian.
“Baiklah, kalau
begitu aku akan datang,”
“Tidak.” potongnya
cepat, bahkan tampak terlalu cepat. “Dress codenya adalah merah, kau tidak
menyukai warna itu. Kau tidak memiliki satu gaunpun yang berwarna merah. Dan
kau tidak akan sempat membelinya,” aku terdiam lagi. Ia benar. Aku membenci
warna merah.
“Baiklah,” hanya
itu yang kuucapkan kemudian menutup teleponku.
***
Aku tampaknya
sedikit keliru, pesta pernikahan itu begitu meriah, ramai oleh tamu berbaju
merah dan berjas hitam. Aku tersenyum, sebuah pilihan tema pernikahan yang
sangat berani. Kemudian seseorang mulai berbisik-bisik sambil mencuri pandang
kearahku. Dan bisikan-bisikan itu meluas, hingga akhirnya sampai ketelinga sang
mempelai. Karena sedetik kemudian ia berdiri disana, beberapa meter di depanku
dengan tuksedo hitamnya yang begitu indah.
“Elena…” desisnya.
Aku tersenyum manis padanya. “Apa yang kau lakukan?” tanyanya gugup dan penuh
ketakutan. Lagi-lagi aku tersenyum.
“Menghadiri
pernikahanmu,” bisikku. “Lihat aku sudah memakai gaun merah,” ia menggeleng.
“Ini bukan gaun
merah,” katanya seraya meraba bagian lengan gaun itu yang masih berwarna putih.
Aku mendesah, ternyata masih
ada yang terlewat. Kemudian aku mengeluarkan sesuatu dari dalam tasku.
“Ah, iya aku tidak
menyadari bagian itu,” bisikku dan mulai menyayat kulit dibagian bawah gaunku.
Matanya terbelalak.
“Apa yang kau
lakukan?!” bentaknya keras.
“Menghadiri
pernikahanmu dengan gaun merah,” bisikku pelan, sebelum ambruk karena kehabisan
darah.
4 komentar:
Shin Haido menebah dadanya sambil berujar pelan "OH EM JI, ada darahhh" lalu kedua tangannya menepuk dipipi. menirukan gerakan unyu-unyu penyanyi K-pop.
Peace sista.. what a shocked story. ;) can;t wait to see the next chapter. Keep Up the Good Works
Eh, hehehehehe mba Shin, blom bobo...
iya mba shin, mba juga keep spirit sama kisah tulisannya... :) :)
Keren..
:-)
crta ya bgus.....
Posting Komentar