Tok
tok tok.
Ah itu
pasti Nathan, Emily, Jose, atau siapapun yang tidak mempercayaiku. Aku kesal
dan tidak ingin bertemu dengan mereka. mereka secara terang-terangan meragukan
kewarasanku ketika aku berkata, aku melihat wanita yang mati tertabrak itu
semalam. Aku tau itu hantu, tapi sialnya teman-teman ‘kota’ ku tidak percaya.
Peduli
setan dengan mereka!
Tok
tok tok.
Ketukan
itu kembali terdengar. Aku membenamka wajahku lebih dalam lagi ke bantal. Malas
mendengarnya. Mereka mungkin ingin meminta maaf, tapi aku tau mereka akan tetap
tidak mempercayaiku.
Tok
tok tok.
Kini
suara itu melembut. Aku mulai merasa aneh. Kemudian semilir angin menerpa
tubuhku. Aku langsung mengangkat wajahku, dan melihat kipas angin gantung di
kamarku menyala. Ah… akhirnya mati lampu
itu selesai juga…
Tok
tok tok.
Aku
membeku. Suaranya bukan dari pintu kamarku. Itu adalah bisikan seseorang.
Sialnya, suara itu terdengar begitu jelas, bahkan terlalu jelas, hingga aku
bisa merasakan hembusan nafasnya ketika ia berbisik di telinga kiriku. “Jangan
buka pintunya,” bisiknya dingin dengan senyuman keji yang menyeramkan. Aku
mengejang tak bisa bergerak.
Brak
brak brak!
“Elena
buka pintunya!” itu suara Nathan. Aku melirik kearah pintu dengan susah payah.
Itu sahabatku. Mereka tidak akan mengetuk terlalu lembut. Aku tau itu.
Tok
tok tok.
Bisikan
itu terdengar lagi. Berbarengan dengan gebrakan teman-temanku di pintu. Namun
aku hanya bisa berteriak ketika akhirnya kipas angin gantung itu jatuh tepat
diatas tubuhku.
0 komentar:
Posting Komentar