“Kau
puas?!” teriakan itu begitu mengejutkanku. “Gara-gara kau dia memutuskanku!”
amuknya keras. Aku terdiam di tempat, bingung harus berkata apa. “Dasar
sialan!!” maki gadis itu frustasi. “Kau tau sendiri aku sudah mengincarnya
sejak lama. Tapi kemudian kau datang entah dari mana dan mengacaukan semuanya!”
Mungkin
jika aku bisa menangis, aku sudah menangis dengan keras. Tapi tubuhku terlalu
kaku. Masih teramat syok karena teriakannya.
Aku
ingin meminta maaf, -meskipun aku masih ragu, apakah itu benar-benar
kesalahanku?
Aku
ingin meminta maaf, menjelaskan padanya, jika aku-pun tidak pernah berharap
untuk diciptakan. Aku tidak ingin menghancurkan harinya, mengecewakannya. Tapi
apa daya, ini adalah jalan Tuhan untukku, untuknya, untuk kami.
“Elena
ada apa?” Tanya ibu dari gadis itu. aku membeku, bersiap menerima makian
berikutnya.
“Aku
kesal ma. Nathan memutuskanku!” isak Elena sedih penuh emosi. Aku menunduk
dalam.
“Aku
sudah tidak tahan! Aku akan melakukan facial untuk menghilangkan
jerawat sialan ini!” teriaknya sambil menunjuk tepat pada diriku.
Aku
mengejang. Mungkin inilah akhirnya. Inilah yang terbaik untukku, untuknya dan
untuk kami…
3 komentar:
suka dengan cara penulis di blog ini mengambil sudut pandang dalam cerita....menginspirasi...
semua berhak bercerita...^^
keep writing!!
waaah... terima kasihh mba.. :)
hehehe... aku suka banget kata2 mba..
"semua berhak bercerita"
:) :)
gak nyangka rupanya "jerawat",,,,,trms crtax
Posting Komentar