RAIHAN
“Ayo pergi!” desisku dingin, ku pererat
cengkramanku di tangannya, berharap ia akan tetap terfokus pada diriku. “Zahra
lebih baik sekarang kita pergi!” bisikku lagi, namun gadis itu membeku. Matanya
terbelalak menatap kearah gerbang. Bibirnya sedikit terpisah, membuatnya
menghirup banyak udara dari hidung dan celah bibir indahnya. Aku menatapnya
untuk beberapa detik, berharap waktu akan berhenti saat ini juga. Hingga aku
tetap bisa menggenggam tangannya seperti ini, dan menjaganya tetap berada di
dekatku, sampai jika gadis itu harus menangis, maka aku akan berada di sana
untuknya.
Ketika mata indah itu mulai berair, aku tau aku
akan jatuh. Tapi aku tidak ingin berhenti di sana, aku ingin membawanya pergi,
menutup matanya untuk sejenak, membuatnya melupaka seluruh kisah mengerikan
yang akan menyakiti hatinya lagi.
“Zahra!” panggilku lebih keras. Dan gadis itu
bergeming, air matanya perlahan menetes, ia menoleh padaku, menatapku dengan
pandangan yang luar biasa menyakitkan. Tanpa sadar aku melepaskan cengkramanku,
dan untuk sesaat aku merasa menyerah pada semua ini, aku tidak mungkin bisa
menghapus semua lukanya.
“Kak Zahra!!!” seorang gadis sepuluh tahun
tampak berlari-lari kecil di jalan kerikil yang entah di buat oleh siapa. Kedua
tangannya berayun seirama, ujung-ujung jilbab ungu mudanya menari indah seiring
dengan langkah kakinya. Senyumannya mengembang lebar dengan kedua tangannya
terbuka seakan bersiap untuk memberikan sebuah pelukan yang hangat.
Aku memalingkan wajahku, namun aku tidak mundur,
hanya mulai berpikir apa yang harus ku lakukan untuk membuatnya berhenti
menunjukan senyuman palsu itu.
2 komentar:
Wah.. Bab 5 Πγª dikit bgt. Heheh. ✽̶┉♏∂ƙ∂șîħ┈⌣̊┈̥-̶̯͡♈̷̴.. Cherry.
Hehe iya mba nira...
Makanya itu langsung ku posting bab 6 nya.. Hehe
Posting Komentar