“Kalian
putus?” aku mendesah untuk yang keseratus kalinya ketika ‘lagi-lagi’ mendengar
pertanyaan yang sama selama puluhan kali pada hari ini. “Mel, katakana kalau
itu tidak benar, kau tidak mungkin putus. Sebentar lagi form night.” Ujarnya. Aku
terdiam, dan selalu begitu. Karena sejujurnya aku merasa sedikit malu untuk
bercerita pada siapapun alasan mengapa akhirnya aku memutuskan pemuda paling
tampan di sekolah kami.
***
Aku
menghela nafas panjang-panjang untuk meredakan gemuruh hatiku. Aku sudah
memutuskan untuk hadir, dan aku tidak akan membatalkannya hanya karena satu
masalah seperti dirinya. Aku adalah Sabrina Melviora, aku adalah gadis
terpopuler di sekolah, aku cantik dan pintar. Aku tentu bisa melewati semua
ini.
Tapi
sialnya itulah masalahnya.
Aku
adalah gadis popular, cantik dan pintar, tapi bagaimana mungkin aku bisa pergi
ke form night sendirian. Well, tidak benar-benar sendiri, ada keempat sahabatku
di sekelilingku. Tapi tetap saja, harusnya gadis cantik sepertiku tidaklah
pergi sendiri. Harusnya aku dijemput oleh sosok tampan yang akan memastikan aku
pulang sampai rumah dengan selamat ketika acara ini selesai.
Tapi
nyatanya tidak. Aku sendirian di tengah-tengah keramaian ini, sungguh ironis.
Untuk
pertama kalinya, setelah seminggu belakangan ini aku merasa menyesal karena
putus dengan Dion. Pemain basket handal yang digilai siswi-siswi sekolahku. Beberapa
orang merasa sangat menyesalkan putus kami, pasangan yang mereka pikir paling
ideal di sekolah. Aku cantik dan dia tampan. Sederhana bukan?
Tapi
tentu saja, sekelompok gadis sainganku bersorak riang ketika mendengar kabar
ini.
Ah…
memikirkan masalah ini membuatku jengah, dan sialnya aku mulai merasa sedih. Padahal
setelah menangis lima menit ketika akhirnya kami putus, aku tidak pernah
menangis lagi. Tapi mengapa sekarang aku merasa sedih? Apalagi jika mengingat
decakan kagum orang-orang di sekelilingku yang selalu mengatakan bahwa kami
adalah pasangan sempurna.
Tapi
sempurna itu palsu! That’s the fact!
“Mel…”
aku tersentak ketika Lily sahabatku, menyikut lenganku. “Lihat.” Katanya sambil
menatap lurus kedepan. Jantungku langsung bergemuruh marah ketika melihat sosok
Dion berjalan kearah kami sambil menggandeng seorang gadis, yang sepertinya ku
kenal, namun aku tidak peduli, toh make upnya terlalu tebal hingga sulit juga
untuk mencocokan wajahnya dengan wajah siswi-siswi di sekolahku.
Tapi
tetap saja semua pemandangan itu membuatku kecewa.
Secepat
itukah ia mendapatkan penggantiku?!
Dion
berjalan perlahan hingga berhenti di hadapan kami, ia tersenyum miring
menunjukan wajah tampannya, dan gadis di sampingnya semakin menempel dengan
senyuman mencemooh kepadaku. Benar-benar sialan!
“Sendiri?”
Tanya Dion sambil menaikan salah satu alisnya. Aku tersenyum semanis mungkin
dan membalas tatapan sarkastisnya.
“Apa
matamu bermasalah?” cibirku. Ia mendengus dan melambaikan tangannya,
seakan-akan menepis udara di depan wajahnya.
“Aku
yakin kau menyesali keputusanmu karena memutuskanku.” Katanya sengit. Aku mendengus
marah. Menyesal katanya?
“Oh…
sama sekali tidak. Bagaimana mungkin aku menyesal telah membuang parasit dalam
hidupku. Kau memang tampan, tapi itu tidak menjamin kau memiliki sikap yang
menawan. Jangan berlebihan, tapi maaf aku bukan gadis bodoh yang bisa kau
permainkan terus menerus. Kau tau, hal yang terburuk adalah namamu yang
tertulis sebagai mantan pacarku. Astaga, aku tidak tau bagaimana mungkin aku
bisa sebodoh itu hingga berpacaran dengan parasit sepertimu.” Ujarku santai,
kemudian berlalu dengan sahabat-sahabatku yang melongo menatapku.
Dan
begitu saja, kami akhirnya meninggalkan pria tampan-parasit mematikan itu
dengan santai dan anggun.
2 komentar:
Love this story cery much,,, thanks dear... :*
keren!
Posting Komentar