Bab 13
Pagi harinya tanpa membangunkan Keysha yang masih
terlelap tidur, aku menemui om Leo di ruang kerjanya.
"Masuk," teriak om Leo dari dalam. "Ah
kamu, Kian ada apa?" Nada suara dan ekspresi om Leo saat melihatku masuk
ke ruangannya.
"Om tolong restui hubungan kami," aku tak
ingin basa basi dengan om Leo. "Aku tau aku bukanlah manusia baik-baik,
hidupku dulu penuh dengan dosa. Tapi om semenjak bertemu dengan Keysha tak ada
lagi yang aku inginkan selain bersamanya hingga akhir hidupku." Lanjutku
dengan penuh keyakinan.
"Kamu pikir aku akan percaya, hah??" Walau
tidak berteriak namun suara om Leo bisa terdengar di seluruh ruangan kerjanya.
"Keysha anak gadisku satu-satunya, aku tidak ingin nantinya dia menderita
karena perbuatanmu. Aku tak yakin kalau kamu bisa berubah. Kamu juga belum bisa
memberikan kehidupan yang layak untuk anakku. Hidup tak bisa hanya bermodal
cinta, Kian." Om Leo menurunkan sedikit nada suaranya.
"Tapi om demi Keysha, aku akan berubah. Sekarang
ini Keysha segala-segalanya untukku. Mengenai hidup Keysha kelak, aku berjanji
akan membahagiakannya. Aku akan bekerja keras untuk dapat memenuhi semua
kebutuhan Keysa."
"Sudah lupakan cintamu pada Keysha, om telah
menjodohkannya dengan orang lain yang jauh lebih baik daripada kamu,,,"
"Apa om? Dijodohkan?" Perkataan om Leo
membuat diriku seperti petir saat hujan tiba. Tak percaya dengan apa yang ku
dengar.
"Ya. Om rasa Keysha akan sangat menyukai orang
tersebut dan akan segera melupakanmu. Dia dulu tinggal di Indonesia juga,
tampan, memimpin sebuah perusahaan ternama, bertanggung jawab, pintar dan yang
terpenting dia tulus mencintai Keysha." Lanjut om Leo, matanya menerawang
membayangkan orang yang dimaksudnya.
"Jadi lebih baik sekarang kamu jangan pernah
berharap aku akan merestui kalian. Pergilah..." Mata om Leo tertuju pada
pintu ruangan kerjanya.
"Om... Jika hanya tentang ketampanan wajah, harta
dan kepintaran, aku memang kalah. Namun jika menyangkut cinta, aku yakin
cintaku lebih besar dari pria itu." Aku masih mencoba meyakinkan om Leo.
"Sudah sekarang pergilah, aku tak ingin melihatmu
lagi," kini om Leo benar-benar mengusirku secara jelas.
"Om, aku mohon restui kami," aku bersimpuh
di hadapan om Leo, menundukkan kepala. Jika dengan bersimpuh seperti ini om Leo
dapat merestui kami, aku rela walaupun nanti kakiku akan sakit ketika bangun.
"Walaupun kamu bersimpuh sepanjang hari, om tetap
tak akan merestui kalian. Jadi percuma kamu melakukannya. Sekarang bangun dan
pergilah," om Leo meninggikan suaranya. Tapi aku tak bergeming, inilah
usahaku yang terakhir. Jika memang dengan seperti ini om Leo tidak juga
merestui kami, entah apa yang aku lakukan. Menghamili Keysha?? Ku rasa itu
bukan solusi yang baik.
"Kian pergi atau aku akan menyeretmu dari ruangan
ini," perkataan om Leo menyadarkanku.
"Kian, kamu gak dengar apa yang papaku katakan
hah?" Tiba-tiba saja Frank berdiri di hadapanku. Mungkin jika aku yang
dulu akan menantang Frank untuk berkelahi karena aku benar-benar tak tahan
dengan sikapnya padaku dan Keysha.
"Kian pergi!" Teriakkan om Leo, kurasa bisa
terdengar hingga ke lantai dua. Aku berdiri dan menatap wajah om Leo dan Frank.
Setelah beberapa saat, ku melangkah pergi.
"Oh ya om harap kamu mau datang untuk menyambut
kedatangan tunangan Keysha nanti siang," ujar om Leo saat aku memegang
handle pintu.
"Pasti om," kataku pelan tanpa menatap lagi
ke arah om Leo dan Frank.
Keputusan om Leo sudah final, aku tak bisa meyakinkan
dirinya untuk merestui kami. Haruskah aku menyerah dengan keadaan? Harukah aku
menerima perpisahanku dengan Keysha? Apa yang harus aku lakukan sekarang?
Mengapa saat ku menemukan cinta, takdir sepertinya tak berpihak padaku?
"Key," aku terkejut ketika membuka pintu,
mendapati Keysha berdiri dengan airmata yang membanjiri mata dan pipinya.
Kurengkuh tubuh Keysha yang berguncang pelan, kukecup puncak kepalanya. Keysha
terus menangis tak bersuara di pelukanku. Keysha melepaskan pelukanku, melihat
ke dalam dan hendak menemui om Leo. Aku menggelengkan kepala, Keysha menatapku
dengan keras. Ku genggam tangan Keysha, menariknya menjauh dari ruang kerja om
Leo. Walau dengan berat hati Keysha menurutiku. Tanpa ada satu katapun, aku
membawa Keysha ke kamarnya.
Setelah mengantar Keysha, aku kembali ke kamarku, aku
langsung merapihkan pakaian dan barang-barangku. Aku tak ingin tinggal di rumah
om Leo hanya untuk melihat pesta penyambutan calon tunangan Keysha. Saat asyik
merapihkan barang-barangku, pintu kamarku diketuk dari luar.
"Siapa?" Tanyaku kesal. Bukannya menjawab
pertanyaanku, orang itu malah makin keras mengetuk pintu kamarku. Ku dekati dan
membuka pintu dengan kesal.
"Key. Ada apa??" Ku lembutkan suaraku saat
melihat sosok Keysha dengan mata sembabnya.
"Boleh aku masuk?"
"Maaf tapi aku sedang membersihkan kamarku."
"Apa yang kamu sembunyikan Kian?" Keysha
rupanya tak mudah percaya dengan perkataanku. Tubuhnya mendesak tubuhku untuk
masuk ke dalam.
"Nggak ada yang kusembunyikan Key." Aku
masih berusaha agar Keysha tak mengetahui jika aku sedang merapihkan
barang-barangku.
"Kalau tidak ada yang kamu sembunyikan biarkan
aku masuk." Keysha memaksa masuk ke dalam kamarku.
"Key hentikan!!!!!" Aku tak sengaja
berteriak padanya. Tapi Keysha tak terpengaruh dengan teriakanku, ia makin
berusaha keras untuk masuk. Entah karena aku lengah atau karena tiba-tiba
Keysha mempunyai tenaga yang besar, akhirnya ia bisa masuk ke dalam. Keysha
memperhatikan seluruh kamarku. Ia tak menghiraukan teriakan dan panggilanku.
Matanya tertuju pada koper yang belum sempat kusembunyikan, ia mendekati dan
memperhatikannya. Aku tak berani mendekatinya, betapa pengecutnya bukan aku.
"Jadi hanya sampai disini?" Tanyanya
beberapa saat setelah ia berada di dekat koper.
"Key..." Aku berusaha untuk tetap bersikap
tenang.
"Jawab aku." Suaranya hampir seperti
bisikkan.
"Key, aku..."
"Jawab aku, Kian!" Kini suaranya telah
berubah menjadi sebuah teriakan, tubuhnya bergetar hebat. Sampai disinikah
perjuanganku? Tidak. Aku tidak ingin berhenti memperjuangkan cintanya. Tapi apa
yang bisa kuperbuat sekarang? Om Leo tidak bisa merestui kami, keputusannya pun
telah mutlak untuk menjodohkan Keysha dan siang ini calon tunangannya akan
datang. Aku tak sanggup untuk melihat semuanya, melepas cintaku untuk orang
lain. Saat cinta terbentur restu orang tua, kawin larikah jawabannya? Tidak.
Karena hal itu hanya akan memperburuk keadaan, makin menambah kesan negatif
yang dirasakan om Leo padaku. Andai waktu yang kumiliki lebih lama untuk bisa
meyakinkan om Leo.
"Tak bisakah kau hanya menjawab pertanyaan
sederhanaku, Kian?" Keysha kini memutar tubuhnya. Matanya semakin sembab,
tak ada lagi sinar kebahagiaan yang muncul di dalamnya. Kini hanya ada rasa
luka, kecewa, sakit hati. Ku mendekatinya namun ia mengangkat kedua tangannya,
penolakan. Aku terpaku.
"Jika memang ini yang kamu inginkan,
baiklah." Kepasrahannya membuat hatiku makin teriris perih. Ku menggaruk
kepalaku yang sebenarnya tak gatal. Keysha memutari tempatku berdiri, menutup
pintu dengan suara kencang.
"Keysha... Keysha... Keysha..." Aku
memanggilnya lirih namun tak mengejarnya. Hancur sudah kepercayaan Keysha pada
diriku. Tamat sudah riwayat percintaan kami. Ini bukan karena Keysha tapi
karena aku yang tak berani untuk terus berjuang, untuk bisa meyakinkan om Leo.
Aku terduduk lemah di lantai. Entah berapa lama aku terduduk disana hingga
sebuah ketukan menyadarkanku.
"Keysha..." Ku panggil namanya sambil
membuka pintu. Membayangkan Keysha berdiri di depan pintu membuatku
bersemangat, hatiku bersorak gembira.
"Key..." Kekecewaan menyergapku saat membuka
pintu. Bukan Keysha yang berdiri disana tapi Frank. Raut wajahnya tak terbaca
jelas, sedikit kemarahan, kesombongan, kebencian. Tapi apa yang kuperbuat
sehingga aku pantas mendapat perlakuan seperti ini darinya.
"Apa yang kamu perbuat padanya?" Frank
bertanya dengan ketus, nada suaranya dijaga agar tak berteriak. Matanya
mengintip ke arah kamarku.
"Nggak ada," jawabku singkat, aku tak ingin
meladeni segala perkataannya.
"Aku tak percaya," suaranya sinis.
"Terserah," aku tak kalah sinis dengannya.
Yah jika ia bisa berfikir karenanyalah, Keysha seperti sekarang. Memaksaku
untuk menjauh dari Keysha tak pernahkah ia fikirkan perasaan adiknya. Apa
akibat dari perbuatannya.
"Baiklah, aku percaya padamu." Frank berujar
ringan. "Tumben," lirihku dalam hati. Frank memutar tubuhnya, menjauh
dariku.
"Oh ya papa titip pesan, pertemuan di percepat.
Tak sampai jam makan siang, mungkin sekitar satu jam dari sekarang mereka akan
datang. Jadi jangan berbuat macam-macam, ikut dengan kami menyambut calon
keluarga besan," senyum puas dan licik diukir Frank di bibirnya. Tak dapat
kusembunyikan keterkejutan di wajahku. Aku yakin wajahku kini bagai vampire
yang sudah lama tak menghisap darah. Jiwaku seperti meninggalkan ragaku, hampa
dan kosong.
"Satu jam." Aku mengulangi perkataan Frank,
tak mempercayai apa yang ku dengar. Bagaimana aku bisa pergi dari rumah ini
dalam waktu kurang dari satu jam? Aku belum membereskan semua barang-barangku
dan kak Sandra. Ya aku memutuskan pindah ke rumah yang kubeli untuk kak Sandra.
Tak bisa pergi. Aku harus bisa menghadapi semuanya dengan lapang dada dan hati
ikhlas.
****
Tok! Tok!
"Masuk!" Suara om Leo begitu tegas dan
datar. Ku melangkah masuk ke dalam ruangan tersebut. Berdiri beberapa senti
dari tempat om Leo duduk.
"Ada apa Kian?" Tanya om Leo saat mengangkat
kepalanya dari tumpukan kertas. Kedua tangannya ditautkan, sikunya di atas meja
menopang dagunya. Matanya tajam menatapku dingin.
"Om maaf jika aku lancang. Tapi aku rasa kehadiranku
di acara pertunangan Keysha takkan ada gunanya. Aku hanya orang luar yang
kebetulan menumpang di rumah om dan juga mencintai anak om. Saat om tak juga
merestui hubungan kami sebenarnya aku dan Keysha masih ingin terus bejuang tapi
aku tak ingin membuat Keysha menjadi anak yang durhaka dengan menentang setiap
perkataan orang tuanya." Wajah om Leo masih tak bergeming mendengarkan
perkataanku.
"Om, aku ikhlas dan rela Keysha dijodohkan dengan
orang lain. Aku berjanji hari ini adalah hari terakhir om dapat melihatku di
rumah ini. Aku juga mengundurkan diri dari perusahaan yang om pimpin sekarang. Aku
yakin Keysha tak bisa menerima
pertunangannya dengan orang lain jika aku masih di sekelilingnya." Kataku
lebih lanjut.
"Hanya itu?" Suara dan wajah om Leo masih sedingin
es di kutub utara. Aku mengangguk pelan. "Kalau begitu silahkan kamu
angkat barang-barangmu." Aku terkejut mendengar jawaban om Leo sungguh
berbeda dengan yang diucapkan Frank. "Kenapa bengong? Silahkan kemasi
barang-barangmu, bukankah itu yang kamu mau?" Om Leo menyadarkanku dari lamunan.
Ku balikkan badanku menuju pintu kantor. Rasa lega sedikit menghampiri hatiku
tapi rasa itu terkalahkan dengan kekhawatiranku akan sikap Keysha. Akankah ia
bisa memaklumi segala tindakanku? Akankah ia bahagia bersama dengan laki-laki
pilihan ayahnya? Marahkah ia nanti setelah mengetahui keputusan yang kuambil?
Key, ku harap kamu mengerti kataku dalam hati.
Di kamar aku segera membereskan semua barang-barangku.
Foto-fotoku bersama Keysha tak luput ku masukkan ke dalam koper, setidaknya aku
bisa mengobati kerinduanku padanya kelak. Setelah selesai, aku beranjak pergi
ke kamar kak Sandra membantu mbok Nah membereskan barang-barangnya. Yah aku tak
ingin berpisah dengan kak Sandra sedetikpun.
"Hai kak sudah siapkah?" Tanyaku setibanya
di kamar kak Sandra. Walau tak pernah ada jawaban darinya, aku selalu berusaha
bersikap senormal mungkin dengan kak Sandra.
"Mbok sudah semua dibereskan?" Tanyaku saat melihat
ke arah mbok Nah yang membereskan barang-barang kak Sandra. Mbok Nah mengangguk
setelahnya beliau keluar dari kamar.
"Kak maafkan aku harus memisahkan kalian berdua.
Bukan niat dan keinginanku tapi aku tak kuat untuk tetap berada di rumah ini melihat
orang yang ku cintai bersanding dengan orang lain." Ku kecup punggung
tangan kak Sandra. Wajah kak Sandra terlihat murung, mungkin karena kak Sandra
ikut merasakan penderitaanku.
"Siapa yang mengizinkanmu membawa Sandra dari
sini." Sebuah suara berasal dari belakang mencegahku.
"Dia kakakku jadi dia tanggung jawabku, om,"
kataku dengan menahan emosi. Apa-apaan om Leo ini, aku masih terima jika aku
harus berpisah dengan Keysha tapi jika harus berpisah dengan kak Sandra,
issshhh tak akan ku biarkan om Leo menghalangiku.
"Letakkan Sandra di tempat tidurnya." Suara
Om Leo menggema di ruangan. Aku berusaha untuk melawan kali ini. Kak Sandra
bagaimanapun adalah tanggung jawabku. Perdebatan kami berdua sangat panjang,
ego kami yang bermain disini. Tapi pada akhirnya aku lagi yang harus mengalah.
"Untuk sekarang aku biarkan kak Sandra untuk
tetap tinggal di rumah ini. Tapi suatu saat aku akan membawanya pergi dari
rumah ini." Menyerahkah aku? Untuk sekarang ya, karena aku lelah berdebat
dengan om Leo.
"Kak maaf kakak sementara tinggal disini dulu ya.
Aku janji tidak akan lama kita akan bersama kembali." Bisikku sebelum
meninggalkan kamar kak Sandra, tak lupa aku mengecup keningnya. Tak terasa pula
airmataku jatuh di wajah kak Sandra. Sementara om Leo masih tetap bersandar di
pintu kamar memperhatikan kami berdua. Aku melewati om Leo tanpa menegurnya
sama sekali. Bahkan memandangnya pun aku tak ingin.
Sesampainya di kamar, aku merebahkan diriku sejenak,
memandangi kamarku yang beberapa bulan terakhir ini menjadi tempatku
beristirahat. Menemukan cinta sejatiku, cinta yang sayangnya tak bisa
kumenangkan. Cinta yang mampu membuatku hari-hariku berwarna. Cinta yang
mengajarkanku kedewasaan, kelembutan, perjuangan dan pengorbanan.
Tiga puluh menit aku berdiam diri di kamar. Memandangi
langit dan mencoba merekam semua kenanganku bersama Keysha. Setelah semuanya
terasa cukup, ku angkat ransel dan koperku melangkah meninggalkan kamar.
Perlahan aku menutup pintu kamar, melangkah ke lantai satu lalu melangkah pergi
meninggalkan rumah om Leo. Sepanjang perjalananku yang singkat dari lantai satu
ke lantai dua, tak ku temukan sosok Keysha. "Dimana kamu, Key? Aku ingin
melihatmu untuk yang terakhir kalinya." Ujarku pelan. Namun tak jua aku
melihatnya. "Key, maafkan aku sayang." Batinku berteriak. Dengan
berat hati aku mempercepat langkahku ke depan pintu rumah om Leo.
Ting tong!!! Ting tong!!!
Belum sampai ku buka pintu tersebut, suara bel
berbunyi berulang. "Siapa sih nggak sabar bener?" Rungutku sambil
menghitung berapa kali bel berbunyi. "Hmmm pasti si kutu kupret bersama
keluarganya," gerutuku pada diri sendiri. Kutu kupret julukanku pada pria
yang akan menikahi Keysha. Aku tak beranjak dari tempatku berdiri. Tak sudi aku
membukakan pintu untuknya.
"Hei tak adakah yang mendengar bel pintu
berbunyi?" Teriak om Leo sambil keluar dari kamarnya. "Wah kebetulan
Kian, kamu dekat dengan pintu. Tolong bukakan pintu itu, sebentar lagi aku
keluar." Ucap Om Leo yang melihatku masih berdiri di depan pintu.
"Hah, aku? Bukain pintu untuk kutu kupret itu?
Emangnya aku among tamu apa?" Sewotku.
"Apa kamu bilang Kian?" Tanya om Leo yang
rupanya belum terlalu jauh berjalan.
"Hah? Apa om?? Bukan apa-apa. Aku akan bukakan
pintunya," jawabku setengah hati.
"Okey, terimakasih," jawab om Leo ramah.
Hah?? Dasar om Leo stress kenapa harus aku sih? Kemana pembantu di rumah ini?
Kenapa semua orang menghilang? Seribu tanya di hatiku yang merasa semuanya
begitu aneh.
Ku buka pintu rumah om Leo dengan wajah masam.
Terserah apa anggapan kutu kupret dan keluarganya tentang sikapku. Toh aku
bukan bagian dari keluarga ini.
"Kenapa lama sekali sih?" Rupanya orang di
luar sana sudah tak sabar. Hmmm dikerjain enak kali ya? Pikirku dalam hati.
Tapi aku penasaran sama mukanya pria pilihan om Leo. Maka segera ku buka pintu.
"Kian!!!"
"Om Marcus???!!!!"
8 komentar:
masak sama om markus sih...pasti sebenarnya om marcus mau ngelamarin kian kan???????
tq cherry tetap semangat
kok Kian agak konyol ya Pov.nya hihihi ngga main main sama kian jadi gini, semoga ada kejutan di bab selanjutnya :-D
Eh, ap2an ni mksdny?
Msa sma om marcus???
Gak rela!!!
@all : ayo siapa tunangan'a keysha nanti?? Om Leo, Kian atau Mark?? °◦нïɪï•:D•нɪïɪ•:D•нïɪï◦°°◦™
waduh.....cpa ya??*berpikir keras :) masak om marcus horrison mantan kiki amalia hehehehe :)
Aq jawab Kian mba thy
Xixixixixi
º°˚˚°º♏:)Ą:)K:)Ä:)§:)Ǐ:)♓º°˚˚°ºea mba
Mbak fatty n' mb. Cerry, plis lanjutin doooonk.....udah pensaran bgt nihg
tebak2 buah manggis, so pasti kian jadi tunangan kesya yang manis...
maksa banget pantunnya...
thank mba sudah mengobati rinduku pada aa kian,mbg fathy lanjut cynnn....
Posting Komentar