Sabtu, 25 Mei 2013

I Found You In London -13-


Bab 13



Pagi harinya tanpa membangunkan Keysha yang masih terlelap tidur, aku menemui om Leo di ruang kerjanya.

"Masuk," teriak om Leo dari dalam. "Ah kamu, Kian ada apa?" Nada suara dan ekspresi om Leo saat melihatku masuk ke ruangannya.

"Om tolong restui hubungan kami," aku tak ingin basa basi dengan om Leo. "Aku tau aku bukanlah manusia baik-baik, hidupku dulu penuh dengan dosa. Tapi om semenjak bertemu dengan Keysha tak ada lagi yang aku inginkan selain bersamanya hingga akhir hidupku." Lanjutku dengan penuh keyakinan.

"Kamu pikir aku akan percaya, hah??" Walau tidak berteriak namun suara om Leo bisa terdengar di seluruh ruangan kerjanya. "Keysha anak gadisku satu-satunya, aku tidak ingin nantinya dia menderita karena perbuatanmu. Aku tak yakin kalau kamu bisa berubah. Kamu juga belum bisa memberikan kehidupan yang layak untuk anakku. Hidup tak bisa hanya bermodal cinta, Kian." Om Leo menurunkan sedikit nada suaranya.

"Tapi om demi Keysha, aku akan berubah. Sekarang ini Keysha segala-segalanya untukku. Mengenai hidup Keysha kelak, aku berjanji akan membahagiakannya. Aku akan bekerja keras untuk dapat memenuhi semua kebutuhan Keysa."

"Sudah lupakan cintamu pada Keysha, om telah menjodohkannya dengan orang lain yang jauh lebih baik daripada kamu,,,"

"Apa om? Dijodohkan?" Perkataan om Leo membuat diriku seperti petir saat hujan tiba. Tak percaya dengan apa yang ku dengar.

"Ya. Om rasa Keysha akan sangat menyukai orang tersebut dan akan segera melupakanmu. Dia dulu tinggal di Indonesia juga, tampan, memimpin sebuah perusahaan ternama, bertanggung jawab, pintar dan yang terpenting dia tulus mencintai Keysha." Lanjut om Leo, matanya menerawang membayangkan orang yang dimaksudnya.

"Jadi lebih baik sekarang kamu jangan pernah berharap aku akan merestui kalian. Pergilah..." Mata om Leo tertuju pada pintu ruangan kerjanya.

"Om... Jika hanya tentang ketampanan wajah, harta dan kepintaran, aku memang kalah. Namun jika menyangkut cinta, aku yakin cintaku lebih besar dari pria itu." Aku masih mencoba meyakinkan om Leo.

"Sudah sekarang pergilah, aku tak ingin melihatmu lagi," kini om Leo benar-benar mengusirku secara jelas.

"Om, aku mohon restui kami," aku bersimpuh di hadapan om Leo, menundukkan kepala. Jika dengan bersimpuh seperti ini om Leo dapat merestui kami, aku rela walaupun nanti kakiku akan sakit ketika bangun.

"Walaupun kamu bersimpuh sepanjang hari, om tetap tak akan merestui kalian. Jadi percuma kamu melakukannya. Sekarang bangun dan pergilah," om Leo meninggikan suaranya. Tapi aku tak bergeming, inilah usahaku yang terakhir. Jika memang dengan seperti ini om Leo tidak juga merestui kami, entah apa yang aku lakukan. Menghamili Keysha?? Ku rasa itu bukan solusi yang baik.

"Kian pergi atau aku akan menyeretmu dari ruangan ini," perkataan om Leo menyadarkanku.

"Kian, kamu gak dengar apa yang papaku katakan hah?" Tiba-tiba saja Frank berdiri di hadapanku. Mungkin jika aku yang dulu akan menantang Frank untuk berkelahi karena aku benar-benar tak tahan dengan sikapnya padaku dan Keysha.

"Kian pergi!" Teriakkan om Leo, kurasa bisa terdengar hingga ke lantai dua. Aku berdiri dan menatap wajah om Leo dan Frank. Setelah beberapa saat, ku melangkah pergi.

"Oh ya om harap kamu mau datang untuk menyambut kedatangan tunangan Keysha nanti siang," ujar om Leo saat aku memegang handle pintu.

"Pasti om," kataku pelan tanpa menatap lagi ke arah om Leo dan Frank.

Keputusan om Leo sudah final, aku tak bisa meyakinkan dirinya untuk merestui kami. Haruskah aku menyerah dengan keadaan? Harukah aku menerima perpisahanku dengan Keysha? Apa yang harus aku lakukan sekarang? Mengapa saat ku menemukan cinta, takdir sepertinya tak berpihak padaku?

"Key," aku terkejut ketika membuka pintu, mendapati Keysha berdiri dengan airmata yang membanjiri mata dan pipinya. Kurengkuh tubuh Keysha yang berguncang pelan, kukecup puncak kepalanya. Keysha terus menangis tak bersuara di pelukanku. Keysha melepaskan pelukanku, melihat ke dalam dan hendak menemui om Leo. Aku menggelengkan kepala, Keysha menatapku dengan keras. Ku genggam tangan Keysha, menariknya menjauh dari ruang kerja om Leo. Walau dengan berat hati Keysha menurutiku. Tanpa ada satu katapun, aku membawa Keysha ke kamarnya.

Setelah mengantar Keysha, aku kembali ke kamarku, aku langsung merapihkan pakaian dan barang-barangku. Aku tak ingin tinggal di rumah om Leo hanya untuk melihat pesta penyambutan calon tunangan Keysha. Saat asyik merapihkan barang-barangku, pintu kamarku diketuk dari luar.

"Siapa?" Tanyaku kesal. Bukannya menjawab pertanyaanku, orang itu malah makin keras mengetuk pintu kamarku. Ku dekati dan membuka pintu dengan kesal.

"Key. Ada apa??" Ku lembutkan suaraku saat melihat sosok Keysha dengan mata sembabnya.

"Boleh aku masuk?"

"Maaf tapi aku sedang membersihkan kamarku."

"Apa yang kamu sembunyikan Kian?" Keysha rupanya tak mudah percaya dengan perkataanku. Tubuhnya mendesak tubuhku untuk masuk ke dalam.

"Nggak ada yang kusembunyikan Key." Aku masih berusaha agar Keysha tak mengetahui jika aku sedang merapihkan barang-barangku.

"Kalau tidak ada yang kamu sembunyikan biarkan aku masuk." Keysha memaksa masuk ke dalam kamarku.

"Key hentikan!!!!!" Aku tak sengaja berteriak padanya. Tapi Keysha tak terpengaruh dengan teriakanku, ia makin berusaha keras untuk masuk. Entah karena aku lengah atau karena tiba-tiba Keysha mempunyai tenaga yang besar, akhirnya ia bisa masuk ke dalam. Keysha memperhatikan seluruh kamarku. Ia tak menghiraukan teriakan dan panggilanku. Matanya tertuju pada koper yang belum sempat kusembunyikan, ia mendekati dan memperhatikannya. Aku tak berani mendekatinya, betapa pengecutnya bukan aku.

"Jadi hanya sampai disini?" Tanyanya beberapa saat setelah ia berada di dekat koper.

"Key..." Aku berusaha untuk tetap bersikap tenang.

"Jawab aku." Suaranya hampir seperti bisikkan.

"Key, aku..."

"Jawab aku, Kian!" Kini suaranya telah berubah menjadi sebuah teriakan, tubuhnya bergetar hebat. Sampai disinikah perjuanganku? Tidak. Aku tidak ingin berhenti memperjuangkan cintanya. Tapi apa yang bisa kuperbuat sekarang? Om Leo tidak bisa merestui kami, keputusannya pun telah mutlak untuk menjodohkan Keysha dan siang ini calon tunangannya akan datang. Aku tak sanggup untuk melihat semuanya, melepas cintaku untuk orang lain. Saat cinta terbentur restu orang tua, kawin larikah jawabannya? Tidak. Karena hal itu hanya akan memperburuk keadaan, makin menambah kesan negatif yang dirasakan om Leo padaku. Andai waktu yang kumiliki lebih lama untuk bisa meyakinkan om Leo.

"Tak bisakah kau hanya menjawab pertanyaan sederhanaku, Kian?" Keysha kini memutar tubuhnya. Matanya semakin sembab, tak ada lagi sinar kebahagiaan yang muncul di dalamnya. Kini hanya ada rasa luka, kecewa, sakit hati. Ku mendekatinya namun ia mengangkat kedua tangannya, penolakan. Aku terpaku.

"Jika memang ini yang kamu inginkan, baiklah." Kepasrahannya membuat hatiku makin teriris perih. Ku menggaruk kepalaku yang sebenarnya tak gatal. Keysha memutari tempatku berdiri, menutup pintu dengan suara kencang.

"Keysha... Keysha... Keysha..." Aku memanggilnya lirih namun tak mengejarnya. Hancur sudah kepercayaan Keysha pada diriku. Tamat sudah riwayat percintaan kami. Ini bukan karena Keysha tapi karena aku yang tak berani untuk terus berjuang, untuk bisa meyakinkan om Leo. Aku terduduk lemah di lantai. Entah berapa lama aku terduduk disana hingga sebuah ketukan menyadarkanku.

"Keysha..." Ku panggil namanya sambil membuka pintu. Membayangkan Keysha berdiri di depan pintu membuatku bersemangat, hatiku bersorak gembira.

"Key..." Kekecewaan menyergapku saat membuka pintu. Bukan Keysha yang berdiri disana tapi Frank. Raut wajahnya tak terbaca jelas, sedikit kemarahan, kesombongan, kebencian. Tapi apa yang kuperbuat sehingga aku pantas mendapat perlakuan seperti ini darinya.

"Apa yang kamu perbuat padanya?" Frank bertanya dengan ketus, nada suaranya dijaga agar tak berteriak. Matanya mengintip ke arah kamarku.

"Nggak ada," jawabku singkat, aku tak ingin meladeni segala perkataannya.

"Aku tak percaya," suaranya sinis.

"Terserah," aku tak kalah sinis dengannya. Yah jika ia bisa berfikir karenanyalah, Keysha seperti sekarang. Memaksaku untuk menjauh dari Keysha tak pernahkah ia fikirkan perasaan adiknya. Apa akibat dari perbuatannya.

"Baiklah, aku percaya padamu." Frank berujar ringan. "Tumben," lirihku dalam hati. Frank memutar tubuhnya, menjauh dariku.

"Oh ya papa titip pesan, pertemuan di percepat. Tak sampai jam makan siang, mungkin sekitar satu jam dari sekarang mereka akan datang. Jadi jangan berbuat macam-macam, ikut dengan kami menyambut calon keluarga besan," senyum puas dan licik diukir Frank di bibirnya. Tak dapat kusembunyikan keterkejutan di wajahku. Aku yakin wajahku kini bagai vampire yang sudah lama tak menghisap darah. Jiwaku seperti meninggalkan ragaku, hampa dan kosong.

"Satu jam." Aku mengulangi perkataan Frank, tak mempercayai apa yang ku dengar. Bagaimana aku bisa pergi dari rumah ini dalam waktu kurang dari satu jam? Aku belum membereskan semua barang-barangku dan kak Sandra. Ya aku memutuskan pindah ke rumah yang kubeli untuk kak Sandra. Tak bisa pergi. Aku harus bisa menghadapi semuanya dengan lapang dada dan hati ikhlas.

****

Tok! Tok!

"Masuk!" Suara om Leo begitu tegas dan datar. Ku melangkah masuk ke dalam ruangan tersebut. Berdiri beberapa senti dari tempat om Leo duduk.

"Ada apa Kian?" Tanya om Leo saat mengangkat kepalanya dari tumpukan kertas. Kedua tangannya ditautkan, sikunya di atas meja menopang dagunya. Matanya tajam menatapku dingin.

"Om maaf jika aku lancang. Tapi aku rasa kehadiranku di acara pertunangan Keysha takkan ada gunanya. Aku hanya orang luar yang kebetulan menumpang di rumah om dan juga mencintai anak om. Saat om tak juga merestui hubungan kami sebenarnya aku dan Keysha masih ingin terus bejuang tapi aku tak ingin membuat Keysha menjadi anak yang durhaka dengan menentang setiap perkataan orang tuanya." Wajah om Leo masih tak bergeming mendengarkan perkataanku.

"Om, aku ikhlas dan rela Keysha dijodohkan dengan orang lain. Aku berjanji hari ini adalah hari terakhir om dapat melihatku di rumah ini. Aku juga mengundurkan diri dari perusahaan yang om pimpin sekarang. Aku  yakin Keysha tak bisa menerima pertunangannya dengan orang lain jika aku masih di sekelilingnya." Kataku lebih lanjut.

"Hanya itu?" Suara dan wajah om Leo masih sedingin es di kutub utara. Aku mengangguk pelan. "Kalau begitu silahkan kamu angkat barang-barangmu." Aku terkejut mendengar jawaban om Leo sungguh berbeda dengan yang diucapkan Frank. "Kenapa bengong? Silahkan kemasi barang-barangmu, bukankah itu yang kamu mau?" Om Leo menyadarkanku dari lamunan. Ku balikkan badanku menuju pintu kantor. Rasa lega sedikit menghampiri hatiku tapi rasa itu terkalahkan dengan kekhawatiranku akan sikap Keysha. Akankah ia bisa memaklumi segala tindakanku? Akankah ia bahagia bersama dengan laki-laki pilihan ayahnya? Marahkah ia nanti setelah mengetahui keputusan yang kuambil? Key, ku harap kamu mengerti kataku dalam hati.

Di kamar aku segera membereskan semua barang-barangku. Foto-fotoku bersama Keysha tak luput ku masukkan ke dalam koper, setidaknya aku bisa mengobati kerinduanku padanya kelak. Setelah selesai, aku beranjak pergi ke kamar kak Sandra membantu mbok Nah membereskan barang-barangnya. Yah aku tak ingin berpisah dengan kak Sandra sedetikpun.

"Hai kak sudah siapkah?" Tanyaku setibanya di kamar kak Sandra. Walau tak pernah ada jawaban darinya, aku selalu berusaha bersikap senormal mungkin dengan kak Sandra.

"Mbok sudah semua dibereskan?" Tanyaku saat melihat ke arah mbok Nah yang membereskan barang-barang kak Sandra. Mbok Nah mengangguk setelahnya beliau keluar dari kamar.

"Kak maafkan aku harus memisahkan kalian berdua. Bukan niat dan keinginanku tapi aku tak kuat untuk tetap berada di rumah ini melihat orang yang ku cintai bersanding dengan orang lain." Ku kecup punggung tangan kak Sandra. Wajah kak Sandra terlihat murung, mungkin karena kak Sandra ikut merasakan penderitaanku.

"Siapa yang mengizinkanmu membawa Sandra dari sini." Sebuah suara berasal dari belakang mencegahku.

"Dia kakakku jadi dia tanggung jawabku, om," kataku dengan menahan emosi. Apa-apaan om Leo ini, aku masih terima jika aku harus berpisah dengan Keysha tapi jika harus berpisah dengan kak Sandra, issshhh tak akan ku biarkan om Leo menghalangiku.

"Letakkan Sandra di tempat tidurnya." Suara Om Leo menggema di ruangan. Aku berusaha untuk melawan kali ini. Kak Sandra bagaimanapun adalah tanggung jawabku. Perdebatan kami berdua sangat panjang, ego kami yang bermain disini. Tapi pada akhirnya aku lagi yang harus mengalah.

"Untuk sekarang aku biarkan kak Sandra untuk tetap tinggal di rumah ini. Tapi suatu saat aku akan membawanya pergi dari rumah ini." Menyerahkah aku? Untuk sekarang ya, karena aku lelah berdebat dengan om Leo.

"Kak maaf kakak sementara tinggal disini dulu ya. Aku janji tidak akan lama kita akan bersama kembali." Bisikku sebelum meninggalkan kamar kak Sandra, tak lupa aku mengecup keningnya. Tak terasa pula airmataku jatuh di wajah kak Sandra. Sementara om Leo masih tetap bersandar di pintu kamar memperhatikan kami berdua. Aku melewati om Leo tanpa menegurnya sama sekali. Bahkan memandangnya pun aku tak ingin.

Sesampainya di kamar, aku merebahkan diriku sejenak, memandangi kamarku yang beberapa bulan terakhir ini menjadi tempatku beristirahat. Menemukan cinta sejatiku, cinta yang sayangnya tak bisa kumenangkan. Cinta yang mampu membuatku hari-hariku berwarna. Cinta yang mengajarkanku kedewasaan, kelembutan, perjuangan dan pengorbanan.

Tiga puluh menit aku berdiam diri di kamar. Memandangi langit dan mencoba merekam semua kenanganku bersama Keysha. Setelah semuanya terasa cukup, ku angkat ransel dan koperku melangkah meninggalkan kamar. Perlahan aku menutup pintu kamar, melangkah ke lantai satu lalu melangkah pergi meninggalkan rumah om Leo. Sepanjang perjalananku yang singkat dari lantai satu ke lantai dua, tak ku temukan sosok Keysha. "Dimana kamu, Key? Aku ingin melihatmu untuk yang terakhir kalinya." Ujarku pelan. Namun tak jua aku melihatnya. "Key, maafkan aku sayang." Batinku berteriak. Dengan berat hati aku mempercepat langkahku ke depan pintu rumah om Leo.

Ting tong!!! Ting tong!!!

Belum sampai ku buka pintu tersebut, suara bel berbunyi berulang. "Siapa sih nggak sabar bener?" Rungutku sambil menghitung berapa kali bel berbunyi. "Hmmm pasti si kutu kupret bersama keluarganya," gerutuku pada diri sendiri. Kutu kupret julukanku pada pria yang akan menikahi Keysha. Aku tak beranjak dari tempatku berdiri. Tak sudi aku membukakan pintu untuknya.

"Hei tak adakah yang mendengar bel pintu berbunyi?" Teriak om Leo sambil keluar dari kamarnya. "Wah kebetulan Kian, kamu dekat dengan pintu. Tolong bukakan pintu itu, sebentar lagi aku keluar." Ucap Om Leo yang melihatku masih berdiri di depan pintu.

"Hah, aku? Bukain pintu untuk kutu kupret itu? Emangnya aku among tamu apa?" Sewotku.

"Apa kamu bilang Kian?" Tanya om Leo yang rupanya belum terlalu jauh berjalan.

"Hah? Apa om?? Bukan apa-apa. Aku akan bukakan pintunya," jawabku setengah hati.

"Okey, terimakasih," jawab om Leo ramah. Hah?? Dasar om Leo stress kenapa harus aku sih? Kemana pembantu di rumah ini? Kenapa semua orang menghilang? Seribu tanya di hatiku yang merasa semuanya begitu aneh.

Ku buka pintu rumah om Leo dengan wajah masam. Terserah apa anggapan kutu kupret dan keluarganya tentang sikapku. Toh aku bukan bagian dari keluarga ini.

"Kenapa lama sekali sih?" Rupanya orang di luar sana sudah tak sabar. Hmmm dikerjain enak kali ya? Pikirku dalam hati. Tapi aku penasaran sama mukanya pria pilihan om Leo. Maka segera ku buka pintu.

"Kian!!!"

"Om Marcus???!!!!"



8 komentar:

isna mengatakan...

masak sama om markus sih...pasti sebenarnya om marcus mau ngelamarin kian kan???????
tq cherry tetap semangat

Unknown mengatakan...

kok Kian agak konyol ya Pov.nya hihihi ngga main main sama kian jadi gini, semoga ada kejutan di bab selanjutnya :-D

Unknown mengatakan...

Eh, ap2an ni mksdny?
Msa sma om marcus???
Gak rela!!!

Fathy mengatakan...

@all : ayo siapa tunangan'a keysha nanti?? Om Leo, Kian atau Mark?? °◦нïɪï•:D•нɪïɪ•:D•нïɪï◦°°◦™

Lucy mengatakan...

waduh.....cpa ya??*berpikir keras :) masak om marcus horrison mantan kiki amalia hehehehe :)

Rini Melani mengatakan...

Aq jawab Kian mba thy
Xixixixixi
º°˚˚°º♏:)Ą:)K:)Ä:)§:)Ǐ:)♓º°˚˚°ºea mba

nophy.oks@gmail.com mengatakan...

Mbak fatty n' mb. Cerry, plis lanjutin doooonk.....udah pensaran bgt nihg

amanda qadira mengatakan...

tebak2 buah manggis, so pasti kian jadi tunangan kesya yang manis...
maksa banget pantunnya...
thank mba sudah mengobati rinduku pada aa kian,mbg fathy lanjut cynnn....