Senin, 19 Agustus 2013

DEAR DIARY



    Aku tersentak. Bukan terkejut dengan apa yang kulihat, namun terkejut dengan apa yang aku rasakan saat ini. ia berdiri membelakangiku, namun aku bisa mengenali punggung bidangnya dengan sangat baik. Sosok yang menurut mereka begitu dewasa, dengan senyuman menawan dan berprilaku bak pangeran. Ia cinta pertamaku, sejak pertama kali aku mengenal cinta di bangku SMP. 6 tahun sudah berlalu sejak kelulusan SMA, kini aku bisa melihat kembali sosok pangeran yang namanya sudah menjadi hiasan tetap dalam diariku selama ini.

***
13 Juli 2003
DEAR DIARY
Hari ini hari ketiga belas aku resmi menjadi anak kelas 3 SMP. Senang??!! Tentu saja!!! J dan coba tebak, aku mendapatkan peringkat ke 3!!!! Keren kan?? Aku akan berusaha sekuat mungkin untuk mencapai angan-anganku. Aku yakin, dikelas tiga ini aku akan mendapatkan peringkat pertama, lihat saja nanti! Mom akan bangga dan .... dady akan pulang...
Dady, aku rindu dady... tapi mom selalu bilang “Kay, belum saatnya kau bertemu dady. Dady paling tidak suka dengan orang lemah yang tidak berprestasi,” aku hafal betul kata-kata mom. Tapi aku tidak percaya dadyku seperti itu.
Oya, lusa eyang datang... it must be fun!!!
Taukan, kalau ada eyang, mom tidak akan marah-marah seperti biasa. Yes!!!!!!!
Sudah dulu ya, aku ngantuk... besok pelajaran dan buku PR sudah ku siapkan, waktunya tidur,
Dadah..... J


14 juli 2003
Astaga di, disekolahku ada murid baru, namanya Leo. Teman-temanku bilang dia ganteng. Tapi menurutku, dia itu culun di. Hm... kalau dilihat-lihat lebih mirip cecep di film oh cantiknya dari pada mirip panji milenium yang teman-temanku bilang.
Tapi di... kalau nanti aku juara satu, aku akan minta mom untuk menepati janjinya membawaku pergi keluar negeri, ketempat dady. Biar nanti aku bisa jadi anak baru. Aku jadi deg-degan.... J tapi aku janji akan menjadi anak baru yang baik, tidak sombong seperti anak baru disekolahku itu.
Oya... hari ini Monica pamer buku diarynya yang baru. Bagus deh warna pink... aku jadi mau, tapi pasti mom akan marah kalau aku beli yang baru...
Udah dulu ya di, aku tidur dulu... buku dan PR udah selesai, dadah....


20 juli 2003
“Apa kamu percaya mimpi?” pertanyaan aneh ya Di, tapi wajar kalau kamu tau siapa yang bertanya tentang mimpi itu. Iya, itu Leo. Anak baru yang kemarin aku bilang. Aneh... aneh... aneh... . tentu aja aku percaya mimpi. Dan semua orang pasti percaya mimpi kan di, aku percaya suatu saat nanti aku bisa ketemu dady. J
Oya, aku mendapatkan teman baru di, mereka Rianty, Maya dan Icha. Tapi kamu tau, kayaknya Icha nggak terlalu menyukaiku, dia pasti selalu membuat Rianty dan Maya melakukan hal tanpa melibatkanku. Tapi Pokoknya aku rasa kelas tiga ini akan menjadi kelas yang paling seru!!!!!! Wali kelas aku juga asyik loh, baik tapi kayaknya nyebelin. Hihihi...
Udah dulu ya... aku mau telepon Maya dulu... dadah,
PR dan buku... beres!!!! J


30 juli 2003
Hello!!! Di aku suka dia!!! Hehehe...
Sebenarnya aku juga nggak tau sih bagaimana rasanya jatuh cinta itu. Tapi kalau melihat dari film-film kayaknya aku jatuh cinta deh di. Aku jadi malu. Tapi aku bingung harus cerita sama siapa. Aku nggak mau mereka tau. Kalau aku suka sama anak baru itu.


31 juli 2003
Hari ini hari yang paling indah Di. Kamu tau kenapa???! Karena hari ini aku sekelompok sama dia di pelajaran biologi. Bu Rini memang yang paling TOP!! Hehehe.... aku jadi salah tingkah sendiri kalau ada disamping dia di. Tuh kan aku jadi malu lagi. mudah-mudahan nggak ada yang sadar yah kalau hari ini aku terus pandangin dia... J
Oya hampir lupa PR dan buku siap!!!
Dadah...


2 Agustus 2003
Di, eyang sakit. Tapi kata mom eyang akan baik-baik aja. Jadi kami nggak perlu pergi ke Semarang buat jenguk Eyang. Hm... aku harap eyang cepet sembuh dan main lagi ke rumah. Jadi aku nggak sendirian J
Di, kamu bantu doain eyang ya...
Eyang... semoga cepat sembuh. Kyna sayang eyang J


4 agustus 2003
Di, hari ini aku nonton film titanic di tv. Aku benci ceritanya. Kenapa sih Jake harus mati, kan kasian Rose sendirian. Aku nggak suka!!! Ini nggak adil kan Di, kalau begitu kenapa Jack dan Rose dipertemukan. Uhhhh jadi sedih begini. Pokoknya aku nggak mau lagi lihat film-film yang kaya begini.
Aku mau yang berakhir bahagia.
Dan kuharap aku sama dia juga berakhir bahagia... hehehe... malu lagi deh.. J


6 Agustus 2003 20:25
AKU BENCI MOM!!!!!
AKU BENCI AKU BENCI.... MOM AKU BENCI!!!!!!!
BENCI BENCI BENCI BENCI....
AKU BENCI MOM!!!!!


6 agustus 2003 22:02
Di, maaf yah tadi aku kasar sama kamu. Tapi aku memang benci mom. Dia jahat Di. Padahal aku Cuma mau ketemu eyang. Kata tante Sari eyang ada di rumah sakit. Tapi mom nggak kasih izin aku buat pergi. Aku mau ketemu eyang di... sebentar aja!! Mom jahat, aku ga suka mom aku benci mom!!! Kenapa aku harus tinggal sama mom sih??? Kenapa nggak sama dady??!!!


7 agustus 2003
Di, hari ini Eyang telepon aku. Katanya “Kyna sayang... kamu nggak boleh nakal yah. Eyang sayang kamu... kamu jangan marah sama mama. Dia akan memberikan yang terbaik buat kamu,” tentu aja aku langsung marah-marah. Baik apanya, mom selalu maksain kemauan dia! mom nggak pernah tanya aku mau sarapan pakai apa, atau aku mau baju warna merah atau biru? Mom pasti langsung bilang A. Dan nggak akan pernah berubah sampai kiamat. Tapi aku seneng eyang sudah bisa bicara. Tadinya kata tante Sari eyang nggak bisa bilang apa-apa. Eyang cepat sembuh yah, Kyna saang eyang... J


14 agustus 2003
Di, eyang meninggal. Eyang sudah pergi. Tinggalin aku sendirian....
Aku nggak mau percaya di, tapi hari ini aku lihat eyang dimakamkan. “kamu bukan anak kecil lagi, kamu harus tegar,” itu kata mom waktu aku nangis disamping makam eyang. Aku Cuma sayang eyang di. Aku juga nggak mau dianggap anak kecil. Tapi aku nggak tau bagaimana berhenti nangis di...
Di, eyang itu baik banget. Selalu ada buat aku kapanpun aku butuh. Tapi sekarang eyang sudah pergi. Aku sedih di. Boleh kan??
Di... rasanya aku nggak akan sanggup lagi tinggal disini tanpa eyang. Aku capek!!!!! Kenapa semua orang yang aku sayangi itu pergi di?? Kenapa.....??? Dady, Eyang.... terus siapa lagi??!!!!!!!!
AKU MAU MATI.

                                                          ***
          “Kau tau arti bunga Daisy?” tanya Nathan membayurkan lamunanku. Aku menggeleng. “Artinya cinta yang tersembunyi,” jawabnya. Aku mengerutkan kening. “Iya seperti nama kamu, Kyna Daisy Alexandra,” ujarnya. Aku terkekeh pelan. Atau berpura-pura terkekeh sedang otak lain berusaha mencerna kata-kata yang baru saja dilontarkan pemuda jangkung teman kampusku. Andai aku mengetahui arti dibalik bunga mungil itu sejak dulu tentu sudah ku sebarkan kelopak bunga Daisy di hadapan rumah pangeran tampanku, dan mengatakan padanya dikala ia gundah bahwa ada aku disini yang mencintainya apa adanya. Hanya seperti saat itu...
***

15 Juli 2004
Hari pertama di SMA. Semuanya masih sama di. Hidupku masih sama seperti kemarin. Maaf yah aku nggak pernah ketemu kamu selama ini. aku Cuma sedang berusaha menjadi dewasa seperti yang mom katakan dihari pemakaman eyang. Kalau mengingatnya, aku masih merasa sedih, meski sekarang aku sudah terbiasa dengan ketidakberadaannya. Tapi bukan berarti aku bisa melupakan eyang.
Tapi di, kamu benar. Kehidupanku banya berubah. Rianty pergi keluar kota. Dia memilih SMA yang berbeda denganku dan Maya. Aku sedih, tapi apa yang bisa aku katakan. Ini hidup dia kan??!
Dan soal pangeran cintaku, Leo... dia memang pantas dicintai Di. Dia sangat baik kepadaku, dan meski dia nggak pernah berkata suka, tapi aku harap dia juga suka padaku... J
Tapi kabar buruknya, kami nggak sekelas seperti SMP dulu di. Kami memang masih satu sekolah. Tapi Leo duduk di kelas B, sedangkan aku di kelas A. Tapi toh yang penting dia selalu ada untuk aku. Iya kan??
Hm... lusa aku akan memotong rambut, kira-kira gaya apa ya Di???


18 Juli 2004
Andai engkau tau.... bila menjadi aku berjuta rasa dihati!!!!!!
Di, hari ini Leo puji rambut baruku.
“Kamu??” katanya heran, tapi kemudian tersenyum maniiiiiis. Aku takut dia akan bilang kalau rambut ikalku ini nggak cocok. Tapi ternyata malah sebaliknya. “Cantik, cocok banget sama kepribadian dan wajah kamu yang lucu,” ASTAGA!!!! Dia bilang cantik. Mudah-mudahan ini pertanda baik ya Di. Aku sayang Leo!!!!!!!!!!
Suatu saat nanti aku akan bawa Leo kehadapan Dady (tentu aja sebelumnya Leo yang akan bawa aku kedepan orang tuanya... hehehe, jadi malu) dan dady akan puji Leo dalam segala hal. Leo memang TOP banget.


20 Juli 2004
TWILIGHT!!!!
Novel terkeren yang pernah kubaca! Astaga.... romantis banget. Aku jadi berandai-andai, kalau sebenarnya Leo itu adalah Vampir yang memang diciptakan buat aku, seperti Edward yang diciptakan buat Bela, atau sebaliknya. Aku suka ceritanya, dan kayaknya Edward itu ganteng banget. Tapi masih kalah dong sama Leo ku, hehehe


28 juli 2004
BT BT BT!!!!!!
Apaan sih tuh orang nggak tau malu banget!!!! Benci deh, pokoknya Leo nggak boleh pergi sama cewek lain. Nggak boleh!!!!!! Lagian dia juga nggak cantik-cantik amat kok. BT! KESEL! RESE!
Le, sampai kapan sih kamu itu pura-pura buta kalau ada aku disini yang suka kamu???!!! Masa harus aku duluan yang bilang sama kamu, kalau aku suka sama kamu???????????
Oya hari ini ulang tahun Rianty. Aku sengaja meneleponnya ketika tengah malam. Dia pikir aku lupa... bagaimana mungkin aku lupa ulang tahun sahabtku. Iya kan di???
Hm.... di, mungkin kedepan aku akan lebih sibuk lagi. diam-diam aku memang mendaftarkan diri kedalam beberapa kursus untuk memperkaya kemampuanku kelak. Bukannya aku nggak mau cerita sama mom, tapi kalau tau mom pasti melarangku. Dia selalu mau aku menjadi gadis kecilnya yang rapuh yang seakan-akan tidak bisa hidup tanpanya...
Ini jadwalnya : senin les alat musik, selalsa les bahasa, rabu les matematika, kamis klub drama, jum’at klub karate, sabtu minggu libur dong!!!! J
Padat kan?? kamu tau, ini hampir mengeruk habis uang tabunganku selama ini. well, aku Cuma mau menjadi yang terbaik dihadapan dady kelak. Dan kalau sudah saatnya nanti mom pasti akan kuberi tau, tapi bukan sekarang....
Ssstttttt!!!! Jadi kamu jangan bilang-bilang yah....
Hehe, jadi lupa sama BT yang tadi. Eh inget lagi sekarang...
Yah abis gimana nggak BT kalau lihat Karin anak kelas 3 PDKT sama Leo. Kayak anak angkatannya nggak ada yang ganteng aja, sampai dia nyari brondong... ihhhh!!!!!


20 agustus 2004
HOREEE!!!! Aku mau nonton bareng Leo nanti malam!!!!!!!!! Hm, sebenarnya memang bukan Cuma kami berdua, tapi yang pentingkan aku nonton sama Leo!!!!
Aku pakai baju apa ya di.... hm, gimana kalau dress pink bunga-bunga?? Ah terlalu feminim.
Kaos hitam dengan rok levis mini?? Terlalu seksi.
Aduh terus aku harus pakai apa malam ini, busana santai yang manis namun dewasa dan nyaman??!!!! Oya hampir lupa, rambutku gimana??? Di kriting? Lurus? Atau diikalkan seperti biasa???? BINGUNG!!!
Hm.... indahnya malam ini!!! tapi seratus persen membuatku bingung. :P
Apa aku telepon Maya saja?? Dia pasti tau apa yang harus aku pakai. Dan lagi pula dia juga ikut nonton bersamaku. Oke... oke... sudah kukatakan sejak awal, kalau kami tidak hanya pergi berdua. Maya, Rian, Erika dan Dany juga ikut. Well, ini memang seperti triple date. Ugh... aku jadi tambah deg-degan.
Baru saja aku mau menelepon Maya karena sudah putus asa, teleponku yang terlebih dahulu berdering. Dari Leo.
“Iya Le,” jawabku kikuk. “Aku sudah di depan rumah kamu,” balas Leo. Aku tercekat. Kemudian ragu-ragu mengintip ke arah bawah dari jendela kamarku. Dan disanalah ia, melambai sambil tersenyum. Leo benar-benar keren. Tidak heran kalau ia memiliki banyak penggemar di sekolah, termasuk Kak Karin, mantan ketua Cheers. Tapi aku tidak peduli, aku tidak peduli pada mereka semua. Yang ku tau, saat ini, detik ini... Leo ada disini... bersamaku!!!!
Aku langsung mengambil atasan tanktop hitam dan jins biru kehitaman. Melihat cuaca malam yang tampak dingin, ku raih kemeja putih panjang disudut ranjang dan memakainya tanpa mengkancingnya. Aku sudah tidak pnya waktu lagi untuk bersolek lama-lama. Aku tidak mau membuat pangeran tampanku menunggu lama. Akhirnya setelah berpikir setengah detik, aku membuat kuncir kuda yang indah. Memoleskan sedikit lipglos dan berlari kebawah. Mom?? Tidak perlu izin padanya. Ia terlalu sibuk memikirkan pekerjaannya. Mana mungkin ia menyadari ketidak beradaanku dirumah saat pulang larut malam nanti??!
Aku sedikit grogi saat Leo terus tersenyum seraya memandangiku dari ujung kepala sampai ujung kaki. “Apa??? Nggak cocok yah?” tanyaku. Leo tersenyum tipis dan menggeleng. “Cuma sedikit berbeda, terlihat lebih dewasa,” jawabnya. Kurasa wajahku langsung memerah. Jadilah aku terus menunduk sepanjang perjalanan itu.
Dan tiba-tiba tangan Leo menggenggam tanganku. Aku membeku!!!!! Tentu saja aku sangat bahagia!!!!!!!!!!!!!!! Andai waktu bisa berhenti saat ini juga. Tuhan kumohon!
AKU CINTA DIA...
                                                          ***
      Ku raba kelopak bunga mawar pink itu dengan sayang. Warnanya begitu indah seperti cinta diawal musim semi. Harumnya semerbak memenuhi taman itu dengan damai. Sejauh mata memandang, hiasan bernuansa pink dan putih tampak jelas terlihat. Aku tersenyum memandang sekelilingku, tanpa berniat meninggalkan tempatku berdiri saat ini. Namun pandanganku segera terpaku pada setangkai mawar merah muda yang melayu diantara mawar-mawar cantik lainnya. Tanganku terulur untuk menyentuhnya, meski akal sehatku mencibir, bagaimana mungkin aku bisa menyentuh bunga yang berada bermeter-meter jauhnya dari hadapanku. Aku memang tidak bisa menyentuhnya, namun entah mengapa aku merasakan rasa sakit yang seakan-akan ia sembunyikan dalam-dalam. Karena aku mengenal betul rasa itu... lebih dari pda siapapun di dunia ini.
***

12 Januari 2005
Percaya atau tidak hari ini aku terpilih menjadi salah satu pemeran drama sekolah untuk memeriahkan acara ulang tahun sekolah yang bertepatan dengan hari valentine. Aneh memang! Ya tapi aku yakin ini adalah salah satu siasat sang pendiri sekolah untuk menarik perhatian siswa. Sekolahku memang mencakup SMP dan SMA yang kerap di juluki sekolah valentine, karena selalu merayakan valentine.
Kali ini kami mengangkat cerita Cinderella, -lagi!!!!- . astaga DI, aku sampai bosan setengah mati,. Aku bahkan sudah hafal semua dialognya. Well, ini semua memang dikarenakan guru teater kami yang terlalu menyukai cerita dongeng itu. Mungkin ia berharap suatu saat nanti akan menjadi seorang putri. Who knows??
Untungnya dy, kali ini aku tidak lagi menjadi penonton.  Aku menjadi salah satu pemain, karena pak Rudi guru musik tertarik dengan aktingku, keren kan??!!! lebih hebatnya lagi Leo memberikan sekotak coklat cantik sebagai ucapan selamAt untukku. The best day i ever had!!!! Yeappeeee!!!!!!
Leo sendiri sibuk untuk meningkatkan kemampuannya dalam bermain basket untuk tanding persahabatan dengan sekolah-sekolah tetangga. Rencananya sekolah kami akan melawan 3 sekolah sekaligus. Wow!!! Hm... tapi sampai saat ini aku balum memberikan apa-apa untuk mensupport Leo di pertandingannya nanti.
Kamu harus membantuku memikirkannya Di... J


23 januari 2005
Ada berita bahagia Di!!!!
Maya mengajukan keberatan akan tema yang akan diangkat untuk kali ini. dengan alasan bosan, tentu saja!!! Aku sangat senang. Karena akhirnya kepala sekolah menyetujui –setelah melalui rapat yang sangat panjang- untuk penggantian tema drama kali ini. dan entah karena hal apa komite sekolah pun menyetujui keputusan kami untuk mengangkat tema sejuta cinta!!!
Aku sudah tidak sabar mementaskan drama yang ditulis oleh Liana siswi kelas 2-3. Aku bertugas menyelesaikan aransemen musiknya karena mereka pikir aku cukup mahir bermusik. Tentu saja aku setuju, apalagi Maya yang juga terpilih sebagai pemeran mau membantuku.
Kau tau Di, ini akan menjadi pentas terindah sepanjang tahun.... akan sangat mengesankan... J
Lihat saja...


25 januari 2005
Hm, hari ini adalah hari pemilihan peran Di. Sesuai dengan drama yang berjudul Endless Love ini pemeran utamanya adalah sepasang kekasih yang sangat saling mencintai. Mereka semua sangat puas dengan musik dan lagu yang aku buat. Sangat cocok dengan kisah cinta itu... dan kisah cintaku yang manis bersama Leo... J
Betapa terkejutnya aku saat melihat pengumuman di mading seni Di. Namaku tercantum sebagai pemera utama wanita, dan LEO sebagai pemeran utama pria!!!! LEO?????!!! Aku hampir pingsan karena terkejut. kembali ku eja kedua nama yang berdampingan itu dengan seksama. Sammuel Leopard dan Kyna Daisy Alexandra. Wajahku langsung memanas. Ingin rasanya aku menangis karena bahagia. Lupa, akan kemungkinan kesalahan dalam peulisan nama itu.
MY LUCKY DAY!!!!
Aku senang di, tidak sabar rasanya menemui Leo!!!


26 januari 2005 07:20
Hari ini pagi-pagi sekali Maya sudah berada di balik pintu rumahku. Sudah siap dengan perlengkapan sekolahnya. Aku merasa heran namun tidak sama sekali bertanya, mengingat raut wajahnya yang tidak biasa. “Ada apa?” desakku saat kami berjalan beriringan menuju sekolah. Aku bisa melihat wajah Maya memerah. “May...” bisikku lebih lembut. Kemudian Maya menghentikan langkahnya.
“Kay, bisakah kamu menolongku?” tanyanya. Tentu saja aku langsung mengaguk. Pertanyaan macam apa itu?! “Maukah kamu melepaskan peran putri itu untukku?” tanyanya lagi, kali ini dengan suara tercekat.
Aku tertegun kemudian tersenyum tipis. “kamu ingin menjadi putri?” tanyaku lembut. Maya mengangkat wajahnya.
“Aku ingin bermain peran dengan Leo,” jawabnya.
Spontan aku langsung terkekeh. “Kamu naksir Leo??” gurauku.
“Stt!! Kamu jangan bilang ke siapa-siapa,” sebuah jawaban yang tidak terduga. Aku langsung terdiam. Meneliti wajah Maya, mencari sebuah unsur kebohongan atau gurauan akan kata-katanya barusan. Namun kemudian aku tersadar. Itu adalah kata-kata murni dari hati sahabatku ini. “Kay, please... Cuma kamu yang tau soal ini, aku nggak mau ada yang tau lagi... please yah,” pintanya. Aku masih syok. Tiba-tiba hujan turun Di. Aku sangat bersyukur, karena dengan begitu aku bisa menyembunyikan tangis yang sudah tak terbendung lagi.


26 januari 2005 22:10
Aku sudah mengatakannya Di. Meminta panitia drama mengganti peranku, dengan alasan untuk membuatku lebih fokus terhadap musik dan lagu. Tetu saja itu BOHONG!!!! Entahlah apa yang terjadi di dalam hatiku Di. Begitu banyak hal yang harus ku tinjau lagi ternyata. Cinta, aku, kamu dan dia....
Kamu tau Di, semua ini terasa begitu sakit. Bahkan rasanya sudah beribu kali aku menangis, namun air mata ini selalu saja kembali mengalir, seakan hal selanjutnya lebih menyakitkan.
Aku sangat bahagia. Ya, bahagia saat melihat senyuman merekah diwajah Maya ketika melihat Anna mengganti nama-nama pemain untuk drama. Beberapa anak berbisik-bisik membicarakan kami. Mudah rasanya untuk mengabaikan mereka, namun terasa begitu sulit mengabaikan pandangan iba dari diriku sendiri.
Apa kau bisa menebak reaksi Leo saat mengetahui pergantian itu??
Entah mengapa ia marah besar.
“Apa maksud semua ini Kay?” tanyanya. Suaranya maninggi. Aku meunduk memandang ujung-ujung sepatu ketsku yang berhias debu. “Kamu tau kenapa aku mengikuti drama itu? Itu semua karena kamu!” ujarnya. Seharusnya aku bahagia saat mendengar  kata-kata Leo saat itu, tapi nyatanya aku malah menggigit bibirku keras-keras untuk menahan tangis. Dadaku begitu sesak menahan isak. “Aku mau kamu kembali mengambil peran itu,”
“Aku nggak bisa,” jawabku cepat. Aku bisa melihat Leo mengepalkan tangannya kuat-kuat. “Maya menginginkan peran itu,” tambahku.
Leo menatap langit senja yang mendung. “Kalau begitu, aku juga akan mengundurkan diri,” aku tercekat.
“nggak bisa,” potongku cepat. Kini Leo berbalik menatapku. Tatapannya menuntut penjelasan. “Dia mau berpasangan denganmu, bukan hanya sekedar menjadi putri,” jawabku akhirnya. Leo mendelikan matanya. “Dia suka kamu Le, itulah kenapa dia minta aku memberikan peran itu,” ujarku susah payah. Leo menendang kerikil dekat sepatunya dengan keras. “Aku nggak mungkin menolak permintaannya... apa lagi dia menyukaimu sejak dulu...” ujarku setelah merasa cukup kuat untuk menahan semua tangis itu. Leo tersenyum sinis. “Kalian akan menjadi pasangan yang paling mengagumkan,” bisikku seraya menyenuh pergelangan tangannya yang dingin.  Namun kemudian Leo menepisnya. Aku tersenyum sedih. Dan akhirnya aku sadar. Semuanya sudah berakhir.
SEMUANYA SUDAH BERAKHIR!!!!!


13 Februari 2005
Sudah lebih dari satu minggu aku tidak berbicara denganya Di. Aku sangat merindukannya, tapi apa lagi yang bisa aku lakukan Di??? Sepertinya ia juga sangat membenciku. Dan aku tidak mempunyai alasan untuk menerima maafnya. Mungkin inilah yang terbaik, bukankah begitu di??!
Setelah ini, aku akan fokus pada ujianku dan berbagai belajar tambahanku. Aku ingin menjadi yang terbaik. Untuk saat ini, itu saja yang ku mau Di. Nothing Else.
                                                          *** 
          Aku berjalan mengitari sebuah kolam kecil yang begitu indah. Menatap dalam pada kemilau teratai-teratai itu dengan damai.  “Nona Kyna.... sudah saatnya,” ujar seorang wanita paruh baya. Aku mengaguk dan langsung berjalan cepat-cepat seraya mengangkat gaun putihku. Kulirik sosok mom yang tersenyum dibalik wajah cantiknya. Ia mengaguk sekali, seakan memberikan semangat yang memang sangat kubutuhkan saat ini. Ingin rasanya aku berlari memeluk mom, menangis didadanya, dan membenarkan perkataannya bahwa aku takkan bisa hidup tanpanya.
***

12 Februari 2006
Tinggal beberapa bulan sebelum kelulusan. Tadinya aku ingin membuat catatan terakhir sekolah SMA ku, tapi kamu tau, terkadang aku terlalu sibuk. Ya kau benar, aku memang sengaja menyibukan diri sendiri. aku hanya tidak ingin terpuruk dalam luka yang aku buat sendiri. kamu tau Di, ingin rasanya ku bakar semua lembaranmu, menghapus semua goresan tinta yang terukir sebagai namanya. Aku tidak membenci mereka. Aku membenci keadaan. Namun aku sadar tidak ada yang bisa ku lakukan. Mungkin itulah roda kehidupan Di... seperti aku dan Leo
Dari orang asing-menjadi sahabat dekat-sangat dekat-dan kembali menjadi orang asing.
Its fair!!!
Disaat saat seperti ini aku merasa mom lebih terlihat perhatian. Ia bahkan pernah pulang begitu sore untuk mengajakku makan malam. kami merasa begitu dekat. Dan saat itulah aku dapat melihat luka dibalik senyum angkuh mom. Aku menyentuh liontin pemberian dady perlahan. Menyesali semua yang terjadi.
Malam itu, kupeluk mom erat-erat. Mengingatkan mom bahwa aku masih disini. Menemaninya mangarungi malam yang panjang dan sunyi. Saat itu pulalah, aku baru menyadari sosok lemah dibalik sosok dingin yang selama ini ku kenal. Cahaya mom yang tertutup oleh keangkuhannya kini mulai terlihat. Aku seakan bisa merasakan apa yang ia rasakan. Himpitan itu, kesakitan itu, keperihan yang tampak jelas tidak bisa dihilangkan begitu saja.
Tante Sari datang keesokan hariya, mengatakan bahwa dady ada di Jakarta. Aku melirik mom yang tengah sibuk dengan berkas-berkasnya. “Pergilah kalau kau mau,” ujarnya tak acuh. Aku menatap mom perih. selama ini ia selalu bersikap protektif padaku, bahkan ia pernah melarangku menjenguk eyang hanya karena takut mereka mengambilku. Aku mendekati meja mom dan menyentuh lengannya. “Mom, i’ll back soon,” bisikku seraya mencium punggung tangan mom. Aku bisa melihat pancaran kelegaan di wajah mom. Setidaknya akhirnya aku membuatnya percaya bahwa aku tidak bisa hidup tanpanya.


14 Februari 2006
Aku tidak pernah menyangka memiliki ayah seperti bapak yang kutemui kemarin sore Di. Tapi mom memang selalu mengatakan semua keistimewaan yang ku miliki adalah warisan dari dady. Meskipun aku tidak sepenuhnya setuju. Gayanya yang elegan dan berkelas membuatku geli. Tn. Alexander. Begitu mereka memanggilnya. Penuh hormat dan santun. Ia takkan pernah tau betapa besar penantianku untuk bertemu dengannya. Ia takkan pernah tau betama besar keinginanku untuk memanggilnya ayah. Namun saat ini, iapun takkan pernah tau betapa besar keinginanku untuk berlari dari sisinya.
Aku tidak marah padanya. Aku hanya marah pada kelakukannya yang begitu mudahnya menyakiti hati mom. Semua orang kecuali aku tentu sudah mengetahui skandal perselingkuhan yang terjadi diantara mereka. Aku muak. Dan rasa muak itu seakan menutup semua rasa rinduku pada sosok ayah.
“Dad ingin kamu ikut dengan dad ke Amerika,” begitu mudahnya ia berucap. Aku menahan amarahku sebisa mungkin.
“Tidak dad... aku dan mom baik-baik saja disini,” jawabku. Dan saat itu semuanya berakhir. Atau mungkin seperti berakhir. Aku menyayangi dad. Namun bukan berarti aku bisa menerima dengan lapang dada perlakuan dad terhadap mom begitu saja. Mungkin nanti, saat aku sudah merasakan cinta yang indah. Bukan perih yang tak berujung.


9 Mei 2006
Hari  terakirku menjadi siswi SMA. Setelah ini aku akan resmi menjadi alumni. Sebentar lagi acara wisuda dimulai, dan rasanya aku terlalu lelah untuk menjalani semua kehidupan semu ini.
Aku sempat membeku saat tanpa sengaja beradu pandang dengan Leo. Sejak kejadian tahun lalu, kami memang tidak pernah bertegur sapa. Seakan mudah baginya untuk menghapus namaku dari kehidupannya dan membiarkanku terpuruk sendiri menatap luka yang begitu dalam terukir. Aku mencoba tersenyum santun saat ia terus menatapku tak berkedip. Dan kemudian sosok pangeran itu berbalik. Menutup semua lamunan gadis kecil akan pangeran tampannya. Aku tak berani membuka mulut khawatir isakan lah yang akan keluar.
Setidakya aku tau apa yang akan menjadi akhir dari semua kisah semu ini...
AKU TAU...
                                                          ***

24  APRIL 2013
          Mom meraihku dalam pelukannya. Membelai punggungku perlahan kemudian mengecup keningku. Aku melihat Dady di kursi tidak jauh dengan kursi mom, ia bersama istrinya. Tersenyum dan mengaguk kearahku. Hari ini, dengan lapang dada mom mengizinkanku menjadi pendamping mempelai wanita di pernikahan anak tiri laki-laki mantan suaminya dengan wanita lain. Itulah mom, wanita terbaik sepanjang masa... dan hanya ialah yang ku ingin ikuti langkahnya kelak. Aku menghela nafas panjang. Mencoba menenangkan gemuruh kemarahan di dalam dadaku. Mencoba mengikuti ketegaran mom melihat dad dengan wanita lain. Setidaknya kami bisa berpura-pura tersenyum.
          Aku melirik kerumunan pengantin wanita yang sudah siap memasuki altar. Aku berjalan cepat, kemudian berdiri tepat dibelakang mempelai wanita. Aku masih dalam usaha untuk memaafkan dad saat tatapanku kembali tertuju pada punggung bidang itu lagi. dunia itu begitu sempit. Kata-kata yang begitu tepat untukku. Bahkan ketika kami sudah terpisah selama 7 tahun, kini kami bisa bertemu di tempat yang tidak terduga dan waktu yang tidak pernah terprediksikan sebelumnya. Aku bersyukur karena hari ini bukan pernikahanku, melainkan pernikahan kakak tiriku. Sehingga sangat jelas terlihat, aku tidak sama sekali membuang  rasa cintaku padanya. Aku masih akan selalu mencintainya sampai kapanpun.
         Aku tersenyum manis pada memperlai wanita yang menoleh sedikit kepadaku, ia tampak sangat bahagia, dan aku tidak kuasa menyembunyikan senyum bahagiaku. Bukankah ketika sahabatmu bahagia, kau juga harus berbahagia karenanya? Aku tidak pernah berpikir kalau pada akhirnya Maya akan memiliki nama belakang yang sama seperti namaku, Maya Raisa Alexander. Tidak sepenuhnya sama memang, karena Maya mengikuti nama belakang kakak tiriku. Sammuel Leopard Alexander. 

Minggu, 11 Agustus 2013

INVISIBLE LOVE




Pelangi itu berwarna cantik, melengkung sempurna di atas atap-atap rumah yang mulai memenuhi setiap sudut kota kelahiranku. Warnanya yang cantik sejenak tampak begitu kontras dengan warna langit senja kala itu. aku tersenyum tipis, mencoba menghitung warna yang bisa ku lihat, merah, jingga, kuning, sedikit hijau, biru, nila, seberkas magenta…

Magenta…

Kuraba permukaan gaunku yang berwarna magenta, namun terlalu tua untuk disamakan dengan salah satu warna pelangi itu. Gaun off shoulder itu membungkus tubuhku dengan apik, bahannya yang lembut dan nyaman membuatku dengan begitu mudah jatuh cinta padanya. Semudah aku jatuh cinta pada pelangi itu, dan pada pemuda yang membawa pelangi itu masuk ke kehidupanku.

“Cinta itu indah…” bisik gadis di sampingku dengan senyuman yang mengembang. Mata indahnya turut menatap biasan warna pelangi di langit senja. Kedua tangannya saling bertautan di depan pinggangnya yang ramping, seakan tengah menggenggam sesuatu yang tidak bisa ku lihat.

Aku menghela nafas panjang kemudian tersenyum tipis, “Cinta itu menyakitkan.”

“Itu karena kau belum pernah menemukan cinta yang sebenarnya.” Pembelaannya akan cinta mau tidak mau membuatku ingin tersenyum geli, mencibir pada kenyataan yang tak tersirat. “Suatu saat nanti, ketika akhirnya kau menemukan cinta itu, kau pasti akan sangat bahagia.” Ujarnya begitu tulus.

Aku mengangkat bahu tak yakin, “Aku pernah merasakan indahnya cinta itu, tapi saat ini aku hanya ingin melupakannya…” ujarku santai. Saat itu, semilir angin menerpa wajah kami, menerbangkan helaian rambut hitamku.

“Sebenarnya ku rasa kau terlalu kejam pada dirimu sendiri. Sering kali kau mengerjakan sesuatu yang diluar kemampuanmu, aku tau kau gadis yang penuh ambisi, tapi terkadang ada beberapa hal yang tidak bisa kita lakukan, dan meninggalkannya adalah hal terbaik,”

Aku terkekeh geli, “Aku sudah mengerti hal itu, dan itulah yang sekarang tengah ku lakukan pada kata bernama cinta di dalam kehidupanku.”

“Bukan begitu maksudku…” ujarnya tampak serba salah. Aku menatap wajah cantiknya dengan penuh kasih.

“Aku mengerti. Tapi untuk saat ini aku tidak bisa bertahan,”

“Tapi kau bilang kau sangat mencintainya, kalau begitu mengapa kau tidak mempertahankannya,”

“Mungkin cintaku kepadanya tidak sebesar itu.”

“Jangan bergurau, aku sahabatmu, sahabatmu sejak kecil. Aku mengenalmu dengan sangat baik, dan meski hanya membaca dari email-emailmu selama ini, aku tau kau sangat mencintai pria itu. Aku sangat yakin…”

“Mungkin iya, tapi dia tercipta bukan untukku. Sebesar apapun usahaku untuk mendapatkannya, aku pasti akan gagal. Dia bukan jodohku…”

“Persetan dengan pemikiran konyolmu itu. Memang kau ini Tuhan?! Sampai sampai kau bisa menentukan siapa jodohmu, dan siapa jodohnya. Berhenti bergurau, kalau kau mencintainya kau harus mempertahankannya!”

Lagi-lagi perkataannya membuatku ingin tersenyum geli, “Tapi masalah terbesarnya di sini adalah kenyataan bahwa pria itu tidak mencintaiku.” Ujarku tegas. Gadis di hadapanku melongo, kedua matanya membulat dengan kemarahan yang tampak jelas.

“Kalau begitu mengapa kau masih saja mencintainya?! Kau seperti bukan dirimu yang ku kenal!”

“Mungkin itu karena cinta.” Bisikku datar. Tiba-tiba gadis itu merangkulku dengan sangat erat.

“Kau pasti akan menemukan kebahagiaan itu,” ujarnya lembut.

“Aku tau.” Ujarku tenang. “Sudahlah, jangan bersedih lagi, aku tidak ingin menjadi pengiring pendamping pengantin yang jelek sehabis menangis. Ayo tersenyum, tunjukan padaku kecantikanmu, yakinkan aku bahwa kau memang pantas untuknya. Agar kelak aku tidak menyesal karena tidak mempertahankan cintaku kepadanya.”

Semilir angin lagi-lagi menerpa wajah kami, namun kini lebih keras, menghantarkan sebuah keheningan yang membekukan suasana. Wajah gadis di hadapanku sedikit memucat, matanya menyiratkan ketidak percayaan akan kata-kataku, kemudian aku bisa melihat genangan air matanya.

“Dia…” bisiknya pelan, aku tidak yakin apakah itu sebuah pertanyaan atau bukan.

“Aku tidak ingin menyembunyikan apapun darimu. Kau sahabatku, sahabat terbaikku. Ingat ketika kita mencintai pria yang sama ketika SMP dan SMA? Selalu begitu, bukan? Tapi pada akhirnya, selalu kau yang dipilih mereka… selalu begitu…”