BAB TIGA BELAS
Kami refleks menoleh
kearah pintu. aku tertegun melihat sosok yang berdiri di sana. Sosok yang
beberapa hari ini begitu familiar di benakku. Sosok yang selalu menghiasi
mimpiku. Aku mengerutkan keningku heran, bagaimana ia bisa ada di sini. Bagai
mana mungkin ia mengetahui aku di sini? Apa dari tante Lia? Walau bagaimanapun
aku merasa tersanjung melihat sosok terkasihku di depan mataku.
Namun mata itu terpaku
menatap gadis disebelahku. Aku perlahan melirik Luna yang tengah tersenyum
lebar. Tunggu dulu! Apakah aku melewatkan sesuatu? Apakah aku lupa menanyakan
nama tunangan Raka ketika berbicara dengan Vero kemarin? Apakah aku lupa
menanyakan pria beruntung yang dicintai Luna ketika ia menceritakan semuanya?
Apakah aku lupa?
“Hai,” Luna menyapanya
lemah. Namun jelas terlihat ia begitu bahagia. Aku menggigit bibir bawahku
keras-keras. Mencoba memindahkan rasa sakit dari hatiku. Raka berjalan kikuk
melewati kami, mendekati Luna, membungkuk kemudian mencium keningnya. Aku
terhenyak.
“Bagaimana keadaanmu?”
tanya Raka lembut. Aku memalingkan wajahku perih. Namun batinku tetap ingin
menatapnya. Memberontak, memaki karena kepedihan ini.
“Aku baik, kenalkan ini
sahabat yang selalu aku ceritakan, Kirana dan Rachel,” Raka menjabat tangan
Kirana kemudian berbalik padaku.
“Rachel,” bisiknya. aku
tidak bisa membaca tatapannya. “Mm... aku...”
“Hai, senang bertemu
denganmu,” potongku cepat. Raka terlihat sedikit terkejut. “Hm... mungkin kami
harus memberikan kalian sedikit privasi,” ujarku setenang mungkin.
“Tidak, aku ingin
kalian di sini. Saling mengenal satu sama lain. Ini sangat menyenangkan
dikelilingi orang-orang yang kusayangi,” ujar Luna. Aku bisa melihat Kirana
mengaguk senang. Aku tersenyum mengiyakan.
Aku merasa mual ketika
kami –atau tepatnya mereka- tengah berbincang seru. Aku bisa merasakan kepalaku
berputar. Kemudian gelap...
“Apa dia baik-baik
saja?” aku bisa mendengar kecemasan Luna dari suaranya.
“Ya, dia pasti hanya
kelelahan. Kau tau dia mengalami banyak masalah juga akhir-akhir ini,” jawab
Kirana. “Dia dijodohkan oleh almarhum orang tuanya,”
Cukup!!
Aku ingin berteriak pada
Kirana. Namun semuanya terasa begitu berat.
“Dengan siapa?”
“Putra sahabat orang
tuanya. Tapi sukurlah sepertinya perjodohannya lancar. Ia sangat mencintai
tunangannya itu. aku sendiri belum melihatnya, namun aku tidak akan pernah
melihat rona bahagia ini sebelumnya. Ia pasti sangat istimewa,”
“Syukurlah,” aku bisa
mendengar senyuman Luna. “Aku selalu mengkhawatirkannya, ia begitu rapuh,”
bisiknya. “Aku akan memberikan apapun agar dia bahagia,”
Tidak,
kau tidak mungkin memberikan apa yang ku mau! Tidak akan pernah! Dan tidak akan
bisa!
“Aku harap dengan
adanya pemuda ini ia bisa kembali berdiri tegar,” bisik Kirana. Aku tercekat,
nafasku tersenggal-senggal. Dan sesaat kemudian aku bisa mendengar
langkah-langkah tergesa itu.
“Kau membuatku kaget!”
pekik Kirana ketika aku siuman. Aku tersenyum lemah padanya. “Aku akan
mengabari Luna, kalau kau sudah siuman. Raka, bisakah kau menjaganya sebentar
untukku,” pinta Kirana. Aku menatap Raka yang mengaguk kaku di sofa,
“Apa kau baik-baik
saja?” tanya Raka terlihat cemas. Aku menarik lenganku perlahan dari
genggamannya. Kemudian mengaguk pelan. “Aku minta maaf,” bisiknya penuh sesal. Aku tertawa hambar.
“Kau tidak perlu minta
maaf,” bisikku. “Aku malah harusnya berterima kasih karena sudah menjaga
sahabat baikku selama ini, terima kasih banyak,” aku merasakan air mataku mulai
tergenang. “Dan soal perjodohan kita, aku akan membatalkannya,”
“Tidak,” ujar Raka
tercekat.
“Tenanglah, kau masih
bisa menjagaku sebagaimana kau menjaga Vero. Hanya saja bukan seperti ini, aku
tidak mungkin melukai perasaannya. Cintailah ia, karena ia juga sangat
mencintaimu. Aku akan baik-baik saja... sungguh,” aku mencoba kembali
tersenyum. “Lagi pula aku tidak bisa mencintaimu. Kau sahabatku dan musuh
kecilku,” ujarku seringan mungkin. Raka menatapku perih.
“Terima kasih,”
bisiknya tulus kemudian memelukku erat.
“Hey sudahlah, kalau
Luna sampai melihat kita seperti ini, ia bisa marah padamu bukan padaku,” ia
menatapku tidak mengerti. “Dia lebih menyayangiku dari pada dirimu, kau tau?”
candaku.
“Ya aku tau,” jawabnya
serius.
“Kau??!!” teriak Luna
di ambang pintu. “Beraninya kau mengagetkanku seperti ini!” ujar Luna ia
menatapku kesal namun penuh kasih. “Aku akan membunuhmu jika kau berani membuat
kami semua khawatir lagi,” ia memelukku erat. “Kau tidak tau betapa kami menyayangimu,”
bisiknya. aku mengaguk di pelukannya, membuat air mataku menetes perlahan.
1 komentar:
huaaaaaa ternyata bener Raka kekasih Luna...!! kasian kimi...nyesek bgt!
Posting Komentar