Rabu, 27 Februari 2013

LOVE REUNION



“Sialan! Kalau berani kesini kamu!” teriakku keras, mataku melotot pada sosok yang tengah menjulurkan lidahnya sambil menggoyang-goyangkan pantatnya bagai bebek buruk rupa yang benar-benar menjijikan.  Wajahku memerah karena marah, aku menghentak-hentakan kakiku yang telanjang, kemudian ketika ia telah pergi aku mendongkak, menatap sepatu olah ragaku yang tergantung di atas ranting pohon yang tinggi, lalu aku menangis.


Aku terkikik dan menggeleng-geleng ketika ingatan akan kejadian lima belas tahun yang lalu itu kembali menghampiriku. Wajahku akan memerah Karena malu pada diriku sendiri, betapa bodohnya aku sampai menangis ketika itu, mengapa aku tidak naik saja ke pohon itu, dan mengambil sepatuku. Mengapa aku malah menangis?
Well, mungkin saat itu aku sedikit lelah. Dia, pemuda kecil, brandalan sialan itu sudah sering menjahiliku. Dan mungkin aku sedikit lelah.
Aku mengangkat bahuku tak acuh pada memori itu, kemudian kembali mengaduk jus alpukatku yang mulai terasa hambar.
Sudah lima belas tahun lamanya, dan kini aku masih tidak bisa berhenti tersenyum ketika mengingat potongan-potongan kejadian menyebalkan yang tentu saja memalukan yang pernah kami lakukan bersama.
“Hey, kok melamun?” Tanya Mel sahabat masa kecilku. Aku tersentak dan langsung terbangun dari lamunan semuku akan masa lalu itu. Kemudian mulai kembali menapaki dunia nyata, ikut tersenyum menatap sahabat-sahabat semasa SDku yang tengah berkumpul setelah 15 tahun lamanya kami berpencar.
Jantungku berdetak kencang setiap kali pintu kafe tempat kami mengadakan reuni itu terbuka, dan sialnya aku mengharapkan sosok ia lah yang muncul. Memalukan bukan?

“Menungguku?” aku tersentak ketika mendengar suara itu, aku mengerjap dua kali ketika sosok asing yang luar biasa tampan itu duduk di hadapanku. “Wah… sudah lima belas tahun yah. Kamu sudah besar, tapi masih tetap sama,” katanya sambil menatapku lekat-lekat. Membuat wajahku memerah.  “Bahkan kamu masih memiliki rona lucu itu. Dan tatapan yang sama,”
Aku mendelikan mataku, apa-apaan dia, tatapan seperti apa? Aku bahkan tidak yakin siapa dia.
“Apa maksudmu?” tanyaku ketus.
“Well… jangan pura-pura mengelak. Kamu memiliki tatapan yang tidak pernah ku lihat dari gadis lain manapun selama ini. Dan setelah lima belas tahun ini, aku mulai mengetahui arti tatapanmu itu. Aku senang sorot matamu tidak pernah berubah,” ujarnya, kini lebih lembut. Aku mengerutkan keningku semakin dalam.
“Tatapan apa?” tanyaku singkat. Ia tersenyum tipis dan menatap lekat-lekat mataku.
“Tatapan yang menunjukan betapa bahagianya kamu melihatku, betapa inginnya kamu selalu bersamaku, sebenci apapun kamu padaku. Tatapan bahwa kamu-mencintai-ku.”
Aku tersentak kaget. Wajahku panas, dadaku bergemuruh penuh emosi.
“Maafkan aku, aku tidak menyadarinya, hingga hari ini. Ketika aku melihat tatapan matamu sekali lagi, aku ingin memastikannya, memastikan bahwa tatapanmu sama seperti tatapan mataku selama ini padamu, bahkan pada foto SD mu yang jelek,”
“Elvan!!!” teriakku keras.
“Hahahaha… maaf, aku mencintaimu,” ujarnya seraya menarikku kepelukannya begitu saja, membuat semua teman kecilku melongo menatap kami. Tom and jerry itu akhirnya bersatu, saling berpelukan dengan tatapan bahagia di wajah mereka.
Aku meringis perih, kemudian membalas pelukannya ketika menyadari betapa aku sangat mencintainya, dan mulai lelah menyembunyikannya.
 Untuk sejenak melupakan tatapan heran teman-teman SDku, yang perlahan namun pasti mulai tersenyum dengan tatapan mereka, seakan mereka sudah tau bahwa suatu saat nanti kami memang akan berpelukan seperti ini. :)


6 komentar:

lovelywoman1 mengatakan...

xixixixi ah.. Cinta masa kecil yg b'akhr indah ~

Unknown mengatakan...

hem... aku berharap kisah masa kecilku juga berakhir indah... *mengehela nafas pasrah*

Fathy mengatakan...

@Cherry : someday you will find your true love honey,,,,

RJunioranger mengatakan...

Keren.... Happy ending :)

Unknown mengatakan...

Cantiq, kamu emang KEREN kalo lg nulis cerpen :*

Nunaalia mengatakan...

suka suka suka!