Kamis, 24 Januari 2013

Karena Ku CINTA



Aku mematung di ambang pintu, menatap sosok yang tengah terbaring lemah itu dengan perih. Ingin rasanya aku menyentuh wajah itu, membelainya perlahan. Menunjukan kepadanya bahwa aku tidak seperti gadis yang lainnya.
Sesekali ia meringis perih, mungkin beberapa pukulan itu telah melukai otot dalamnya, atau mungkin memecahkan beberapa pembuluh darahnya. Hatiku terpilin ketika memikirkan hal itu. Dengan perlahan aku berjalan mendekatinya. Mencoba melihatnya lebih dekat. Aroma aneh dari cairan yang berada diatas meja itu membuatku mengernyit. Belum lagi warna merah yang membaur dengan air di dalam  wadah kecil itu.
Ia pasti kesakitan. Aku tau itu. Ada lebam besar di bawah mata kirinya, dan di dekat pelipisnya. Bibir bawahnya tampak sedikit sobek meski darah sudah mengering di sana. lagi-lagi hatiku meringis ketika mengingat bahwa luka itu tercipta karena ulahku. Betapa bodohnya aku sampai menantang musuh-musuhku itu.
Dia, pemuda itu, dengan gagah berani datang bersama sahabatku. Ia mencoba melawan mereka, demi melindungiku.
Setetes air mata membasi pipiku. Aku tidak tau apa yang harus ku lakukan, atau katakan padanya. Sebuah kata terima kasih tidak akan pernah cukup.
Dan sejujurnya, jika boleh memilih dan pasti di kabulkan, aku berharap aku lah yang terluka saat ini. Bukan dia… bukan pangeranku.
Aku mundur selangkah ketika tubuhnya bergerak gelisah di atas ranjang. Aku tau dia tidak menyukaiku, tapi aku tidak bisa menahan diriku lagi. Aku mencintainya. Aku jatuh cinta padanya sejak pertama kali aku bertemu dengannya. Dan cinta itu tidak akan pernah pudar, meskipun aku tau, hanya luka yang ku dapatkan dari rasa cinta itu.
Tapi aku mencintainya, sekarang dan seterusnya.

Tiba-tiba matanya bergerak, dengan perlahan ia membuka matanya, dan sesaat kemudian teriakan itu kembali terdengar. Aku sempat tersentak, namun dengan cepat berlalu dari sisinya. Aku tidak ingin melukainya.
“Bukankah aku sudah mengatakan bahwa pemuda itu alergi kucing,” tegur seekor kucing yang sedari tadi berdiri di balik pintu ketika aku berjalan keluar kamar itu. aku terdiam.
“Aku tau, tapi aku mencintainya,” bisikku pelan. Hatiku mulai mengeras ketika mendengar erangan kesakitannya. Kemudian sel-sel dalam benakku mulai mengatur rencana untuk membalaskan dendamku pada musuh terberatku yang sudah melukainya, ya… anjing tetangga sebelah.

7 komentar:

Unknown mengatakan...

Whuaaaahahhahahahahahaa,,,
Ziaaaaaaa,,,,jewer nih,,,,

Unknown mengatakan...

hehehe pisss mbaaa.... ini kisah si meong yang cinta matiii... wkwkkwkw

Unknown mengatakan...

Wahahahahaha mba riska kena tipu..
Hahahaha *ngetawain mba riska*

tapi aku juga kena tipu si neng 1 ini. *jeng jeng*
-..-"

Marry Sanders mengatakan...

u r nuts !! Lol i loph it :)

Unknown mengatakan...

hehehe mba cita... pisssss...

bundaa... lols....

Nunaalia mengatakan...

wkwkwkkkk kucing itu lagiiii!

obat telat bulan mengatakan...

thank you very much for the information provided