Rabu, 03 Juli 2013

PELANGI HITAM PUTIH -17-

ZAHRA 

Purnama malam itu tidak seindah biasanya, ia memang menunjukan bentuk bulatnya yang sempurna, bersinar terang tanpa awan-awan tipis yang menghalangi. Lingkaran cahaya mengelilinginya, melingkar bagai halo yang cantik. Bertemankan bintang, tentu saja, namun tetap tidak membawa kedamaian untukku, untuk kami.
Sudah tiga jam sejak kepulangannya Amy tidak juga berhenti menangis. Anna dan ummi terus mendampinginya, tapi aku tidak bisa. Aku tidak bisa setegar itu untuk siapapun, bahkan untuk diriku sendiri. Begitu banyak pertanyaan yang berkecamuk di dalam benakku, namun aku tidak memiliki kesempatan untuk bertanya sedikitpun. Dan itu membuat dadaku mulai terasa sesak. Aku mulai merasa frustasi pada keadaan yang memberikanku banyak tanda Tanya ke dalam otakku, tanpa sedikitpun petunjuk untuk membantuku memecahkan tanda Tanya itu.
Ketika aku berlari dari lapangan menuju panti, aku sudah menyiapkan berjuta kata selamat untuknya dan Arya, menyiapkan diriku agar turut bahagia atas rencana indah yang mereka bawa, menjaga rasa iriku ketika akhirnya melihat undangan yang bertuliskan nama mereka berdua. Namun semuanya mendadak berubah ketika aku melihat sisa-sisa air mata kering di kedua sudut mata indah sahabatku. Tidak ada yang berubah dari sosok cantiknya, ia tetap menjadi gadis yang lemah lembut seperti yang ku kenal, hanya saja kini lebih terlihat pucat. Kedua matanya terlihat lebih sayu, dengan dua lembayung hitam di setiap sisinya, dan binar indah yang biasanya terpancar pun menghilang.
Bibi tidak mengizinkanku untuk menghubungi Arya, meski itu adalah hal yang paling ingin ku lakukan saat ini. Aku sudah hampir gila karena rasa ingin tahuku, namun semuanya nihil jika berkaitan dengan kata cinta dan pernikahan. Lihat kan, bagaimana kata itu bisa mengundang berjuta luka. Lalu mengapa orang-orang masih berharap untuk segera mendapatkan cinta itu? tidak mengertikah mereka bahwa di dunia ini tidak pernah ada cinta sejati?!
Aku mendesah pelan ketika merasakan ponselku bergetar untuk yang kesekian kalinya hari itu. telepon dari Raihan, aku tau. Aku hanya tidak tau bagaimana cara untuk menyikapi semuanya. Sebagian dari diriku mulai merasa takut kepada kata yang menyesakan dada itu, dan itu membuatku kembali meragu untuk menyentuhnya.
Getaran ponselku akhirnya berhenti. Aku memejamkan mataku perlahan, mencoba mencari celah dalam benakku untuk sekedar menenangkan jiwaku.
“Zahra…” aku menoleh ketika tiba-tiba Anna masuk ke kamarku dengan ponsel di telinganya. “Raihan ingin berbicara denganmu…” ujarnya, mengulurkan ponselnya kepadaku. Aku ingin kembali menggeleng, kembali menghindarinya, namun pandangan Anna membuatku mengulurkan tangan untuk menerima ponselnya, dengan perlahan meletakannya di telingaku. Anna tersenyum tipis kepadaku, namun senyuman itu sama sekali tidak menyentuh matanya, lalu ia berlalu dan menutup pintu kamarku dengan perlahan di belakangnya.
“Zahra!!! Astaga, ada apa denganmu?! Apa kau baik-baik saja?! Mengapa kau tidak mengangkat teleponku???!!! Aku sudah ratusan kali meneleponmu!!” teriak suara di sebrang sana dengan kecemasan yang tidak dibuat-buat. Tubuhku mendadak lemas, bahkan lidahku terasa terlalu kelu untuk sekedar mengatakan halo. “Zahra… apa kau baik-baik saja?!”
Aku ingin mengatakan ‘ya’, tapi tidak ada satu katapun yang keluar dari mulutku. Aku terlalu lelah.
“Zahra… ku mohon bicaralah, aku sudah hampir gila karenamu. Aku tidak bisa terus begini, aku ingin mendengar suaramu, aku ingin memastikan bahwa kau baik-baik saja, ku mohon…”
Air mataku perlahan menetes mendengar suaranya yang putus asa. Aku merindukannya, dan yang kuinginkan saat ini adalah keberadaannya. Keberadaannya untuk meyakinkan diriku sendiri bahwa cinta itu masih memiliki eksistensi dalam kehidupanku.
“Zahra… aku sangat merindukanmu…” isaknya pelan. “Aku akan segera kembali…”
“Tidak.” Bisikku tercekat. “Jangan kembali lagi…”
“Demi Tuhan Zahra… aku sangat lega mendengar suaramu… kau baik-baik saja kan? Aku akan segera kembali untukmu…”
“Jangan kembali.” Desisku dengan penekanan di setiap kata yang ku ucapkan. “Tidak kah kau mengerti?! Aku tidak ingin kau kembali!!” dan membuatku lemah karena cinta itu.
“Tapi aku mencintaimu…”
Tapi cinta itu tidak pernah ada di dalam kehidupanku! Cinta itu hanya akan menyesakan luka, hanya akan menyakitiku!
“Aku tidak bisa berhenti memikirkanmu,” bisiknya lebih pelan. “Jangan memintaku untuk melupakanmu, karena sebelum kau memintanya, aku sudah pernah mencoba melakukan itu. Aku tidak pernah ingin jatuh cinta. Karena itu hanya akan membuatku lemah. Tapi ketika bersamamu, aku merasa hidup, aku merasa kekosongan yang selama ini menghantuiku mulai menghilang. Aku merasa menemukan jiwaku lagi.” Ia terdiam sejenak, kemudian berdeham, membersihkan tenggorokannya dan kembali berbicara, “Aku sudah mencoba menghindarimu, tapi semakin aku mencoba, semakin aku tidak bisa berhenti memikirkanmu, lalu pada akhirnya aku menyerah, karena aku tau… kaulah yang ku cari selama ini…”
Tidak! Ku mohon… cinta itu hanya akan membunuhku…
“Aku minta maaf…” bisiknya teramat pelan. “Tapi aku tidak bisa berhenti mencintaimu…”
“Kalau begitu cepatlah kembali,” bisikku.
“Zahra?!” panggilnya tidak percaya.
“Cepat kembali, temui aku, karena aku juga merindukanmu…” sosok di sebrang sana terdiam cukup lama, mungkin terkejut dengan apa yang baru saja ku katakan. Dan aku tidak bisa menyembunyikan senyumku dari pemikiran itu.
“Tentu!” ujarnya bersemangat. Aku tersenyum geli ketika membayangakan wajahnya yang penuh semangat, matanya yang berbinar indah, senyumannya yang mengembang lebar. Ya Tuhan bagaimana mungkin aku bisa sangat merindukannya seperti ini???
“Aku akan segera pulang. Sesegera mungkin!!! Kau tunggulah aku di sana, aku akan membawakan bunga mawar yang paling indah untukmu.”
“Aku tidak ingin bunga mawar.” Gerutuku. “Aku ingin bunga tulip ungu,”
“Zahra tapi…”
“Kau akan mendapatkannya untukku kan?” tantangku geli. Raihan mendesah pelan.
“Ya, apapun itu, akan ku dapatkan untukmu!” ujarnya kembali penuh semangat. Ah… aku sangat merindukan sosok itu. bahkan kupu-kupu di dalam perutku mulai menyiapkan tarian baru untuk menyambutnya.
“Maaf untuk hari ini,” bisikku setelah terdiam cukup lama. “Dua hari yang lalu Amy pulang…”
“Amy?”
“Ya, salah satu pengurus panti juga. Dia baru saja kembali dari Aceh, pergi bersama Arya tapi kembali sendiri.” Aku memandang rembulan yang bersinar enggan dari balik jendela kamarku. “Aku tidak tau apa yang terjadi, tapi ia tidak pernah berhenti menangis. Bibi dan Anna melarangku menghubungi Arya. Pada awalnya aku pikir mereka akan kembali dengan sebuah undangan pernikahan, tapi kini semuanya terlihat tidak mungkin.”
“Apa Arya meninggalkannya?”
“Bukan Arya yang meninggalkannya, tapi cinta yang mencampakkannya.”
“Zahra-“
“Untuk sejenak keadaan Amy saat ini membuatku takut. Arya sangat mencintai Amy, begitu pula sebaliknya. Tapi pada akhirnya Amy tetap menangis seperti ini. Bagaimana mungkin kata cinta itu bisa dipercaya? Bukankah cinta pada akhirnya hanya menimbulkan luka yang akan menyesakan dada?”
“Zahra aku-“
“Itu membuatku takut.” Bisikku pelan.
“Aku tidak akan pernah menyakitimu. Aku tidak akan meninggalkanmu. Kau harus percaya padaku. Aku mencintaimu. Apapun yang terjadi nanti, kau harus tau bahwa aku sangat mencintaimu. Aku tidak akan bisa hidup tanpamu.”
“Tidakkah kau berpikir mungkin dulu Arya juga mengatakan kata-kata yang sama seperti itu kepada Amy?”
“Zahra-“
“Sudahlah, segeralah kembali. Buktikan kata-katamu tuan angkuh.” Ujarku mencoba terdengar seriang mungkin. Raihan masih terdiam hingga di detik ke tujuh, lalu ia menghela nafas panjang.

“Aku akan segera kembali.” Ujarnya, dan setelah mengucapkan salam aku menutup ponselku, meletakannya di pangkuanku, lalu kembali meneliti rembulan. Kau lihat… dia akan kembali, dia akan kembali menemuiku… karena dia mencintaiku… karena dia benar-benar mencintaiku…

4 komentar:

Unknown mengatakan...

selamat ya Rai akhirnya Zahra nyerah juga yuhuu

Unknown mengatakan...

Akhir Πγª Zahra mau jujur jga sma perasaan Πγª dgn Raihan..

Unknown mengatakan...

Zahra akhirny nyerah jga sma Raihan.. Wkwkwk.. Congratz..:D
Btw, ad ap dgn Arya dan Amy???:(

Fathy mengatakan...

@Mendy...

Ada apa ayo?? Cari tau yukss... Sedih sama Amy :'(