Minggu, 07 Juli 2013

PELANGI HITAM PUTIH -21-

ZAHRA


Aku membanting pintu di belakangku dengan kasar, namun tidak cukup keras untuk menarik perhatian siapapun. Lagi pula semua perhatian saat ini tengah berpusat pada mereka, bukan aku. Atau mungkin kini orang-orang tengah mencoba untuk menghindari kenyataan yang tengah hadir di hadapan mereka? Menghindariku?
Aku tidak ingin berburuk sangka pada siapapun, pada apapun. Tapi yang kini hadir dalam benakku adalah pernyataan-pernyataan buruk yang akhirnya membuatku enggan kembali berdiri. Aku lelah ya Allah… aku lelah…
***
Pelangi itu… pelangi terindah yang pernah ku lihat. Muncul tiba-tiba setelah berhentinya tetesan hujan terakhir.
Pelangi itu… pelangi teristimewa yang pernah muncul, melengkung sempurna, membuat bentuk setengah lingkaran yang menawan, menemani dinginnya senja, menceriakan hari setelah hujan kemarin…
Tapi pelangi itu bukan milikku, bukan untuk ku sentuh, hanya ku kagumi dalam diam, duduk menanti di balik temaram cahaya petang, duduk menanti… lalu mati.
                                                                                                                        Zahra
***
“Aku baik-baik saja…” ujarku ketika Anna membuka pintu kamarku yang tak terkunci. Ia berdiri beberapa saat di sana, menggenggam pegangan pintu dengan cukup erat. Kemudian menundukkan wajahnya. Aku mendesah sarkastis ketika mendengar isakan pelan dari belakangku. Ku genggam erat-erat pulpen di tanganku, mencoba meredam kemarahan pada diriku sendiri. “Pergi Ann… aku baik-baik saja. Pergilah.” Pintaku lirih. Namun Anna sama sekali tidak bergerak.
Aku menggebrak mejaku dengan keras, kemudian berjalan mendekati Anna, menariknya masuk ke dalam kamarku, dan menutup pintu di belakangnya. Aku membimbingnya untuk duduk di tepi ranjangku dengan kasar, membiarkannya menangis seperti itu untuk sesaat. “Hentikan tangisanmu sekarang. Aku tidak ingin Amy sampai melihat air matamu.” bentakku dingin.
“Zahra… maafkan aku..”
“Maaf??!” tanyaku tidak percaya. “Maaf untuk apa?!” teriakku. “Maaf untuk apa Anna??!! Kau tidak melakukan satu kesalahan pun kepadaku, tidak pernah. Tidak ada yang salah, kecuali diriku sendiri yang dengan bodohnya bersedia kembali diperdaya oleh cinta.”
“Zahra…”
“Cukup Ann… jika kau terus meminta maaf, itu malah akan menyakitiku. Tidak bisakah kau cukup bersikap tidak peduli? Bersikap seolah-olah kau tidak tau bagaimana perihnya hatiku? Bersikap seolah-olah tidak pernah ada masalah ini?” aku jatuh terduduk di hadapannya, menggenggam erat tangannya yang gemetar. “Ini memang sakit Ann, tapi aku sudah biasa. Aku bahkan hampir tidak merasakan perih itu, semuanya terasa kebas. Dan aku akan baik-baik saja. Bukankah itu yang akan terjadi setiap kali ada pertemuan? Sebuah perpisahan…
“Aku pernah merasakan luka yang paling menyakitkan. Ketika Ayah dan bundaku pergi hari itu. ketika aku harus memastikan bahwa kedua jasad kaku yang hangus itu adalah kedua orang tuaku. Kau tau betapa sakitnya hatiku saat itu? pada detik pertama, seluruh tubuhku langsung menyangkal, aku menutup mataku pada kenyataan itu, berharap jika itu memang bukan mereka. Tapi setengah detik kemudian, hatiku menyerah. Mataku terus menangisi kedua jasad itu, membuatku muak pada diriku sendiri yang merasa kalah dibodohi oleh ilusi dan polisi itu. mereka bukan ayah bundaku… bukan…
“Itu masa lalu… dan sejujurnya seluruh kejadian yang telah ku lewati sudah membuat hatiku hancur sedemikian rupa. Kebas, tak lagi memiliki rasa. Jadi kau tenang saja, kisah ini… Raihan… dan Amy, mereka tidak akan mampu melukaiku… Raihan tidak akan bisa melukai hatiku yang sudah hancur.”
“Aku-“
“Berhentilah mengasihaniku, aku akan baik-baik saja.” Ujarku dengan sebuah senyuman yang tidak menyentuh mataku. Anna meraih tubuhku, memelukku dengan sangat erat, membuatku sejenak terbuai, dan mulai merasakan perih itu. namun getaran ponsel di saku gamisku membuyarkan semua rasa yang hadir. Aku melepaskan pelukan Anna dan meraih ponselku.
Telepon dari tante Luna. Anna mengangguk ketika aku menoleh kepadanya, meminta persetujuannya. “Assalamualaikum…” salamku setenang mungkin.
“Walaikum salam Sayang… bagaimana keadaanmu? Kau baik-baik saja nak? Tante sedang dalam perjalanan ke panti. Kau tenanglah di sana. Tante akan segera sampai.” Aku tertunduk dalam ketika merasakan sebuah jarum kecil menusuk jantungku. Perih itu begitu samar, namun tetap tidak bisa diabaikan. Aku tidak tau apa yang harus ku katakan, aku tidak baik-baik saja, namun aku mencoba untuk baik-baik saja, atau mungkin berpura-pura? Aku tidak ingin membohongi diriku sendiri, tapi aku tidak bisa menerima kenyataan bahwa aku memang terluka. “Zahra bicaralah… baru saja Raihan menelepon, dia bilang ada masalah yang sangat gawat.”
Aku tersenyum sarkastis, jadi sekarang masalah Amy adalah masalah yang sangat gawat??
“Ada apa sebenarnya sayang?” Tanya tante Luna cemas. Aku menguatkan hatiku, menarik nafas dalam-dalam, menyiapkan sebuah antisipasi akan masalah yang mungkin sebentar lagi ditimbulkan oleh kata-kataku.
“Tidak ada masalah yang terlalu serius tante… hanya kedatangan kembali Amy, Amanda Sarah… maksudku Amanda Christine…” ralatku ketika mengingat bagaimana Raihan memanggil Amy di ruang tamu. Untuk sepersekian detik aku tidak mendengar apapun dari sebrang sana, bahkan rasanya aku tidak bisa mendengar hembusan nafas tante Luna, dan itu membuatku khawatir apakah ia baik-baik saja atau tidak.
“Bagaimana bisa ia kembali menemukannya?” tanya tante Luna, aku mengernyit, tidak memiliki jawaban. Tapi pada akhirnya aku tau pertanyaan itu bukan di tujukan padaku, melainkan pada dirinya sendiri.
“Tante mengenalnya?” tanyaku lagi. Kemudian tante Luna terdiam lama. Sebuah fakta kontra dari pernyataan tidaknya beberapa detik kemudian. “Tante… aku lelah menjadi satu-satunya orang yang tidak memiliki bayangan apapun dalam masalah ini.”
“Tidak Zahra, kau tenanglah, itu bukanlah masalah besar. Kau akan tetap baik-baik saja, tante akan terus mendukungmu.”
“Tante, aku sedang tidak mencari pendukung. Aku hanya ingin tau apa yang tengah terjadi, itu saja…” bisikku lirih. Anna merangkul pundakku ketika tetesan air mata itu menghampiri kelopak mataku.
“Christine adalah mantan kekasih Raihan.”
Aku tau itu…
“Mereka bertemu ketika sama-sama kuliah di Belanda beberapa tahun yang lalu. Raihan sangat tergila-gila padanya. Ia bahkan sampai dua kali membawa Christine pulang bersamanya, menemui kakek, tante dan Alan. Kami semua menyukainya, ia adalah gadis yang sangat mudah dicintai…”
Aku juga tau hal itu…
“Tapi ketika mengetahui bahwa ia beragama kristiani kakek menentangnya dengan sangat keras. Tante sendiri tidak memiliki pilihan lain. Raihan adalah putra kandung tante satu-satunya. Saat itu tante sangat takut, tante takut akan siksa neraka jika tante membiarkan putra tante mengingkari agamanya. Tante takut… dan mulai melarang mereka bertemu. Tante mengancam Raihan untuk menghentikan seluruh dana perkuliahannya jika ia tetap bersama dengan Christine. Namun kau tau anak itu, dia sama sekali tidak bergeming, malah semakin keras pada keputusannya. Entah bagaimana ia bisa mendapatkan pekerjaan dengan mudah di Belanda, kemudian meneruskan hubungannya dengan gadis itu.
“Tante meminta Alan untuk mengawasinya. Tapi pada akhirnya tante tetap terkalahkan oleh kisah mereka. Pada minggu terakhir di bulan desember, Raihan kembali pulang setelah satu tahun lamanya, dan mengatakan bahwa ia akan menikahi Christine yang saat itu tengah hamil putranya. Hati tante benar-benar sakit, hancur berkeping, ia sudah berzina, ia sudah mengecewakan tante, melukai tante dengan seperih-perihnya. Tapi sebagai seorang ibu, lagi-lagi tante tidak bisa melakukan apa-apa, karena baru kali itu tante melihat binar bahagia yang teramat indah di kedua matanya.”
Aku tau…
“Kakek marah besar, terlebih ketika mendengar bahwa Raihan akan meninggalkan Islam, ia bahkan mengganti namanya menjadi Christopher Reynaldi. Saat itu, Alan menyarankan agar kami berbicara pada keluarga besar Christine untuk meminta putri mereka masuk ke agama Islam. Tapi kau tau, tentu saja itu adalah hal yang mustahil. Setelah perseteruan yang begitu panjang dan alot, akhirnya kami memutuskan untuk memisahkan mereka. Merencanakan pemalsuan kematian mereka masing-masing…”
Astagfirullah… aku menutup mulutku yang ternganga dengan kedua tanganku. Mencoba menahan isakan itu agar tidak terdengar, meski air mataku sudah sedari tadi menetes.
“Tante tau hal itu teramat buruk, namun tante sudah kehabisan akal untuk memisahkan mereka. Meski pada akhirnya, hasilnya tidak sesuai dengan yang kami harapkan. Sampai dia bertemu denganmu, ia banyak berubah karenamu Zahra. Kau membuat Raihan kembali menemukan jalannya, kau membuatnya tersadar. Kau mengembalikan putra tante. Tante bahkan tidak tau harus bagaimana mengucapkan terima kasih kepadamu. Kepada cintamu…”
Aku meringis perih ketika mendengar perkataan terakhirnya.
“Setelah kejadian itu apakah tante tau apa yang terjadi pada gadis bernama Christine itu?”
Tante Luna terdiam sejenak. “Tidak,” katanya pelan. “Tante tidak tau apapun, tapi yang tante tau keluarga besarnya sama sekali tidak keberatan dengan kehamilan putri mereka, asakan ia tidak sampai berpindah agama. Selebihnya tante tidak tau…”
“Aku tau…” potongku cepat, dan sebelum tante Luna kembali berbicara aku sudah kembali membuka mulutku. “Gadis bernama Christine itu hampir gila karena frustasi dan terluka. Ia menggugurkan kandungannya dengan cara yang tragis, hingga membuat dokter harus mengangkat rahimnya, menghilangkan kesempatan untuknya memiliki seorang bayi selama-lamanya. mematahkan sayap harapannya untuk menjadi seorang wanita seutuhnya. Dan sekarang, setelah berlalunya tahun-tahun yang memilukan itu, ketika akhirnya ia kembali jatuh cinta pada seorang pria, ia terpaksa kembali berhenti di sana. Menyerah pada adat dan peraturan yang tertera pada keluarga pria itu lagi…
“Keluarga pria itu tidak menerimanya karena tau ia tidak sempurna, mencibir masa lalunya yang kelam, yang mengakibatkan keadaannya saat ini, menghinanya bagai sampah. Ia kembali terluka, bahkan semakin dalam. Bahkan mungkin ia pernah berharap bahwa ia benar-benar mati agar bisa meninggalkan semua luka itu di belakangnya. Tapi ia tidak memiliki kekuatan untuk mencabut nyawanya sendiri. Seperih apapun lukanya, ia tetap harus berdiri di sana, bersikap seolah-olah ia bisa mengatasinya, setegar itu.
“Dan lagi-lagi ia harus menyerah pada cintanya. Mengatakan tidak pada sosok yang paling dicintainya…”
“Zahra…”
“Tante… aku hanya ingin bertanya satu hal… ketika pada akhirnya gadis itu kembali menemukan cinta masa lalu yang menerimanya dengan tulus dan apa adanya, tepat ketika ia tengah terpuruk seperih itu, pantaskah aku menghancurkan harapnya?? Pantaskah gadis sepertiku yang dalam satu sisi lebih beruntung karena masih memiliki rahim itu menyakitinya??”
“Zahra… tante minta maaf…”
“Bukan… bukan kepadaku permintaan maaf itu harus diajukan, tapi kepadanya. Kepada gadis yang beberapa tahun yang lalu tante palsukan kematiannya di hadapan putra tante. sendiri, Kepada Christine.” Aku terdiam sejenak, merasa sesak oleh isak tangis yang entah bagaimana tidak bisa tertahan lagi itu. “Restuilah mereka tante, ku mohon…” bisikku lirih.
“Tapi dia…”
“Dia sudah melakukan seperti yang tante inginkan. Gadis itu sudah memeluk agama Islam, dan tersingkirkan sepenuhnya dari keluarga besarnya. Dia sendirian dan terluka… Jadi ku mohon tante… untuk kali ini restuilah mereka berdua… biarkan Amy kembali memperoleh pelangi kebahagiaannya… ku mohon tante…. Ku mohon…”
Kemudian tanpa mengucapkan salam, aku menutup sambungan teleponku dengan tante Luna. Tubuhku lemas karena isakan tangis yang tiba-tiba menerobos keluar dari mulutku. Anna memerluk erat tubuhku yang bergetar, berusaha menenangkanku. Namun kali itu, meski aku pun ingin kembali segera tenang, tapi aku tidak bisa. Untuk pertama kalinya aku terisak sedemikian kerasnya, air mataku menetes sedimikian derasnya, bahkan hatiku terpilin sedemikian sedihnya. Aku tidak mengerti ada apa dengan diriku. Mungkin aku hanya sedikit lelah, lelah pada kenyataan hidup yang pada akhirnya tidak pernah berpihak kepadaku.

Ambilah Tuhan! Ambilah orang-orang yang ku sayangi jika itu membuatmu puas menyakitiku… ambilah Tuhan!

13 komentar:

Unknown mengatakan...

untuk bab yg selanjutnya, mohon maaf... mungkin aga sedikit lama, udh harus siap2 sidang lagi... :))

terimakasih atas kunjungannya,
dan komentarnya... bener2 pusat semangatku buat terus menulis...

kritik dan sarannya sangat dinanti... :))))

xoxo
cherry

Anonim mengatakan...

makasih cherry
ceritanya keren banget
semoga sidangnya lancar dan bisa lanjutin lagi kisah zahra dan raihan.. :*

Fathy mengatakan...

(ˇ▼ˇ)-c<ˇ_ˇ) Zia...
Zahra baik bgt... Kasihan Zahra ƪ‎​​‎​(-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩__-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩)ʃ
Jangan biarin Zahra sedih lagi dong Zia...

°·♡·♥τнänkчöü♥·♡·° ya sayang...
Mmmmuuuuuaaaaccccchhhh (˘⌣˘)ε˘`)

Unknown mengatakan...

sukses ya mbak sidangnya padahal lagi paling klimaks ceritanya :-D, untuk cuma berarti ngga lama banget kan uploadnya hhe,
duh tambah kasian sama Zahra. Semuanya terkuat tp saya belum ngerti bukannya Amy sama Ray sering ketemu di panti ya *apa belum ya* kok baru skg terkuak, Amy bener ngga sih skg masih cinta Ray :O

oya yang i found you in london kok ngga nongol nongol?

Unknown mengatakan...

kshan zahra,.,zia jgn bwt zahra sdih trus

Unknown mengatakan...

Wahhh makasiih doa nya semuanya... ini udh iket kepala buat belajar... gambate!!!

Mba ara... belum... ray sama amy blm pernah ktmu... pernah jg wktu ngnter raka ke bandara... duluuuuuuu bgt tp cm sekilas liatnya (bab terakhir CC)... dan penulisnya emng sngja buat mmereka g prnh ktmu... plak!!! *digetok amy* hehe

Klo soal I flund You in london kita demo mba fathy elliyasari yuk.. hihihihi piiissss

Ria Astutik mengatakan...

Selalu nyesek bacanya....
Thks cerry

Unknown mengatakan...

oh kirain udah ketemu hehe

wah itu orangnya ada di atas ya, ayo dong mbak fath di lanjut :-D

Unknown mengatakan...

hiks hiks knp sh ni cerita sedih trz.
kacian zahra.

Unknown mengatakan...

selalu jadi silent reader. tp kali ini harus bilang "kasihan bgt si zahra kak, berkali kali ditinggal org yg disayang " :(

Unknown mengatakan...

This part makes me wanna cry.. It feels so hard to breath..
Ga nyangka si Luna jhat bgt smpe sgituny.. Ckckck.. Zahra ksian bgt.. Dlu dia khilangan Raka, di saat dia udah mau bangkit lgi dan mnrima cinta yg bru, dia trsakiti lgi krn rupanya, cinta masa lalu org yg bru dicintainy kmbali dan itu mrupakan sahabatny sndri...
Zia.. Jgn bwt Zahra nangis trus.. Udah saatny dia bahagia stelah skian lma trsakiti..

Unknown mengatakan...

(-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩__-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩) (-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩__-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩) sedih bgt smpe nangis... Kasian sma Amy kasian sma Zahra jga... Makasih mba Cherry.

all about life mengatakan...

Zahra....kasian banget, kpan kebahagiaannya dtg..hiks...hiks...
Jadi galau bacanya