Kamis, 27 September 2012

PUTRI KELABU -02-


BAB DUA

Ping!
Aku melihat layar BlackBerryku menyala. Email dari Kirana.
From    : KiranaPinky@ymail.com
To        : Valentinegrey@yahoo.com
Rachel, kau ok??
Aku dengar kakek masuk ICCU. Aku sangat khawatir akan keadaanmu dan kakek. Aku harap kalian berdua selalu baik-baik saja. Aku selalu mendoakan mu dari sini.
Maaf aku tidak bisa mendampingimu. Saat ini aku sedang melakukan test prasemesterku. Kau harus baik-baik saja disana, aku akan pulang sesegera mungkin...
Aku menyayangimu.
Kirana A.L
Tokyo University.

Aku menatap kakek yang kini sudah dipindahkan keruang rawat inap sebelum mengetik balasan untuk Kirana.
To        : KiranaPinky@ymail.com
Aku baik-baik saja,
Dan akupun menyayangimu.
Rachel Valentine,
Siloam Hospital.

Hanya itu yang mampu aku tulis. Kemudian kembali terdiam dalam pikiran-pikiran semuku. Setetes air mata mengalir begitu saja. Aku seorang mahasiswi kedokteran, namun aku sama sekali tidak bisa membantu kakek. Aku hanya bisa menangisi keadaannya yang semakin hari terasa semakin memburuk. Apa sebesar itukah kesalahanku hingga mendapatkan balasan seberat ini?
“Kau sudah bangun,” ujar tante Lia saat memasuki kamar rawat inap kakek. Ia membawa dua bungkus makanan. “Makanlah dulu,” ujarnya. Memberikan aku satu dan membuka miliknya sendiri. Aku mengerutkan kening mencari Om Arya. “Dia mengurusi beberapa pekerjaan yang kemarin kami tinggal,” ujar tante Lia seakan menjawab pertanyaan tak terucapku.
“Pulang ke Australia?” tanyaku sedikit terkejut. Tante Lia terkekh pelan. Menampilkan deretan gigi putinya.
“Tentu saja tidak, ia hanya membutuhkan waktu sebentar di Wide tower,”
Wide tower? ya tentu saja. Itu adalah kantor manajemen keluarga Aryadinata di Indonesia. Aku pernah kesana sekali ketika berumur sepuluh tahun. Gedung pencakar langit yang begitu mewah, lengkap dengan furnitur minimalisnya yang mengagumkan.
Tante Lia melirik jam tangannya. Tampaknya sedikit gelisah, atau menunggu seseorang karena sedetik kemudian ia kembali melirik pintu di belakangku. “Seharusnya ia sudah datang,” bisik tante Lia, tampak ditunjukan pada dirinya sendiri.
“Siapa?” tanyaku tidak bisa menutupi rasa penasaranku.
“Raka,” satu jawaban, dan itu mampu membuatku membeku. 

1 komentar:

Nunaalia mengatakan...

hmmm... siapa ya Raka yg bs membuat membeku itu???