Kamis, 27 September 2012

PUTRI KELABU -06-


BAB ENAM

Hari kelima kakek koma setelah kambuhnya penyakit jantung sialan itu di kamis petang. Aku mulai merasa tenang melihat beberapa alat berat mulai disingkirkan. Meski aku masih tidak bisa meninggalkan kakek terlalu lama. Aku masih selalu khawatir. Dan keberadaan Raka disini memaksaku merasakan ketakutan yang lain.

“Kimi, tante ingin bicara,” ujar Tante Lia, ketika kami hanya berdua di kamar kakek. Om Arya dan Raka sudah berangkat ke kantor sejak pagi. Aku menatap tante Lia. “Hm, kau tau, sejak kecil tante dan orang tuamu sudah bersahabat,” ujarnya lembut, ia menggenggam jemariku. “bagi tante dan om, kau sudah seperti anak kami sendiri. Kami menyayangimu seperti kami menyayangi Raka dan Vero,” aku menunduk menyembunyikan genangan dimataku. “kamu turut terluka ketika Sam dan Alya meninggal karena kecelakaan itu, sudah lama kami ingin menjagamu... melindungimu,
“tapi kau tau, kakek sangat membutuhkanmu. Kami juga tau itu. dan saat ini, bukan berarti kami ingin memisahkanmu dari kakek dan menyatakan kalau kami sudah kehilangan harapan,” tante Lia terdiam. Sepertinya kaget mendengar kata-katanya sendiri. “Maaf,” bisiknya penuh sesal aku mengangkat wajahku dan menganguk. “Kami ingin menjagamu Kimi. Dan kau harus tau bahwa selama ini kami dan orang tuamu sudah merencanakan perjodohanmu dengan Raka...”
Deg.
Aku merasakan jantungku berhenti berdetak untuk sesaat. “Dan tante rasa inilah jalan terbaik untuk menjagamu, untuk membuat Alya dan Sam tenang di sana. Kakek juga sudah mengetahui hal itu,” aku tercekat menatap kakek. “Ia pernah meminta kami mengambilmu ketika orang tuamu meninggal. Namun tante tau, kau lebih membutuhkan kakek dari pada Raka, pada saat itu,” aku mendelik. Bukan hanya pada waktu itu! namun begitu pula dengan hari ini.
“Tante harap kau menerima perjodohan ini,” bisiknya mengakhiri semua perkataan lembut yang entah mengapa terasa menusuk-nusuk dadaku. Aku menatapnya perih. “Tidak... tante mohon jangan menangis,” ujarnya lembut. Ia menarik tubuhku kedalam pelukannya. Aku bisa merasakan tetesan air matanya di bahuku. “Kau tau, aku juga merasakan apa yang kau rasakan. Akupun sedih ketika Alya pergi. Akupun menangis...” baru kali ini tante Lia meng-aku-kan dirinya. “Dan saat ini akupun merasakan ketakutanmu akan apa yang terjadi di hari esok, aku juga menyayanginya Kimi... sama seperti kau menyayanginya,” aku terdiam dalam pelukannya. Menangis terisak berharap setelah ini aku terbangun dan mendapatiku bermimpi selama 15 tahun.

1 komentar:

Nunaalia mengatakan...

ooh...kasian, kimi ternyata hy py kakeknya yg bahkan skrng lg koma.