BAB SEMBILAN
Cinta Itu!!!
“Gadis itu bukan kekasihmu,” bisikku di
belakang punggungnya. Ethan yang tengah menyimpan seragamnya di loker langsung
terdiam. “Gadis itu bukan kekasihmu kan?” kini kata-kataku berupa pertanyaan.
Ethan menutup lokernya perlahan. Namun tidak juga berbalik menghadapku.
“Aku tidak pernah mengatakan bahwa ia adalah
kekasihku,” desisnya dingin. Aku merasakan air mataku mengalir. Hatiku perih
karena luka yang selama ini ku pendam.
“Lalu kenapa kau memintaku pergi?” kini suaraku
terdengar bagai rintihan. Ia menundukan kepalanya, menyandarkan keningnya
hingga menempel ke pintu lokernya. Salah satu tangannya meninju loker di
sampingnya.
“Karena kau memang harus pergi menjauhiku…”
bisiknya. Tubuhku bergetar keras ketika mendengar kata-katanya. Kemudian sebuah
tawa perih keluar dari mulutku.
“Aku mengerti,” bisikku perih. “Maafkan aku,” Aku
tersenyum tipis, mencoba menenangkan gemuruh hatiku yang tak menentu. Aku tau
semua ini sudah berakhir, aku hanya tidak tau bagaimana mengatakannya pada hati
kecilku. Bagaimana caranya membuat diriku menghentikan rasa cinta sialan itu.
aku sama sekali tidak mengerti.
Seluruh harapanku akan kata indah berbunyi
cinta itu hilang sudah. Meski tentu saja aku masih teramat menyukai pemuda itu,
namun aku tidak bisa tetap berada di sampingnya jika ia sendiri lah yang
mendorongku menjauh.
“Izzi…” panggilnya pelan saat aku berbalik. “Izz…
maafkan aku,” aku menggigit bibir bawahku keras-keras, mencoba menahan isak
tangis yang hampir meledak bagai bom emosi dalam diriku. “Izzi…” kemudian ia
meraih tanganku. Menghentikan langkah tertatihku. Aku mendesah. Merasakan perih
teramat sangat dari genggamannya.
“Ku mohon, jika memang ini yang kau inginkan,
ku mohon jangan kembali memanggilku, karena kau tau… aku takkan punya kekuatan
lagi untuk berbalik menjauh darimu…” suaraku terdengar parau. Aku ingin bisa
tampak lebih tegar di hadapannya. Menunjukan padanya bahwa aku baik-baik saja.
namun nyatanya aku terlalu lelah untuk berpura-pura. “Aku takut aku takkan bisa
lagi menjauh darimu. Maaf tapi aku tidak tau bagaimana caranya menghentikan
cinta itu,”
Aku merasakan dunia berputar sesaat. Kemudian tubuhku
terangkat, terjebak dalam sebuah pelukan erat yang menyesakan dadaku. Mataku terbelalak
lebar ketika menyadari apa yang terlah terjadi. Tubuh mungilku menempel erat di
tubuhnya. Ia memelukku, mengangkatku hingga wajah kami berhadapan. Mata indahnya
menatap mataku yang sembab. Wajahnya begitu tampan. Aku meletakan kedua
tanganku di atas bahunya untuk menjaga keseimbangan tubuhku, namun ia tampaknya
sudah menjagaku lebih dari yang ku harapkan.
“Kalau begitu jangan,” bisiknya setelah diam
cukup lama. Aku menatapnya tidak mengerti. “Jangan berhenti mencintaiku,”
tambahnya. Mataku melebar, hatiku sesak tidak percaya dengan apa yang ku
dengar. Ia menempelkan keningnya ke keningku, matanya masih menatapku. “Jangan
pernah mencoba untuk berhenti mencintaiku,” suaranya berupa rintihan. Aku merasakan
wajahku memanas. Kemudian air mata itu kembali menetes. Dengan perlahan ia
menurunkan tubuhku, kemudian menghapus air mataku. “Dan berhenti menangis
untukku,” katanya. Wajah tampannya begitu asing, sulit dibaca. Tapi aku
mengaguk. “Terima kasih.” Ia kembali menarikku ke dalam pelukannya. Aku tersenyum
penuh kebahagiaan, menekan kepalaku ke dada bidangnya, mencoba meresapi irama
detak jantungnya.
Prok Prok Prok…
Aku terhenyak ketika mendengar suara tepukan
tangan di belakang punggungku. Dengan spontan aku menarik diriku dari
pelukannya, namun lengan kekar Ethan tidak membiarkanku lepas begitu saja. ia
masih merangkul bahuku dengan erat. Dan kemudian beberapa siswa berseragam olah
raga muncul satu persatu, seakan keluar dari persebunyian mereka. Mataku membulat
menatap mereka, wajahku memanas menahan malu. Hampir seluruh anggota tim basket
berdiri di sana, tersenyum lebar masih dengan tepukan tangan konyol mereka. Hatiku
menciut karena malu. Namun pemuda di sampingku tampaknya cukup nyaman dengan
situasi ini. Ia tersenyum tipis, kemudian dengan santainya mencium puncak
kepalaku. Membuat siulan riuh dari penonton kami semakin keras.
“Selamat man!!” ujar salah satu dari mereka, ia
bernama Galang, siswa kelas 3-2. Ia tersenyum lebar dan menepuk bahu kanan
Ethan penuh semangat. Kemudian ia sedikit membungkuk untuk menjajari wajahku. Ia
tersenyum geli ketika wajahku memerah. “Selamat juga untukmu,” ujarnya seraya
menyentuh ujung hidungku.
“Oh ayolah…” desis Ethan, menggerakan tubuh
kami kebelakang. Galang tertawa keras, kemudan mengangkat bahunya.
“Ya ya aku tau man!” ujarnya seraya mundur
beberapa langkah. “Tapi kita masih akan merayakan ini kan?” tanyanya santai. Sorak
riuh anggota lainnya langsung bergema. Ethan terkekeh di sampingku. Aku terpesona
pada keindahan tawanya. Matanya yang indah tampak berbinar.
“Wah, gadis baru rupanya,” teriak Dian, siswa
kelas 2-1. Aku mengerutkan keningku tidak mengerti. “Sepertinya kita
mendapatkan banyak gadis baru musim ini.” Tambahnya.
Seorang siswa yang tidak ku kenal menyikut Dian
perlahan, namun tetap saja pemuda itu meringis, entah karena sakit atau
terkejut. “Jaga mulutmu. Dia tidak tau apa yang kau katakan. Kau bisa merusak
semuanya dengan mulut cerewetmu itu!” ujarnya. ia menatap lembut ke arahku. “Selamat
datang Issabela ke klub basket kami,” ujarnya ramah. Aku tersenyum tipis. Mulai
merasa nyaman dengan semua tatapan ramah itu. tapi tunggu dulu, apa yang akan
mereka pikirkan tentangku?? Terlebih dengan tampang jelekku sehabis menangis
ini?? Aku merapihkan rambutku perlahan. Mencoba bergerak selembut mungkin agar
mereka tidak menyadari apa yang tengah ku lakukan.
Tubuh jangkung Ethan menunduk perlahan,
mulutnya mendekati telingaku. “Kau tetap cantik,” bisiknya. Mataku membulat,
sedikit terkejut dan tersanjung karena perhatiannya. Kemudian seluruh anggota
tim mengeluh bersamaan ketika bel masuk kelas berbunyi. Aku terkekeh pelan di
samping Ethan. Ternyata mereka semua begitu ramah, begitu normal seperti siswa
lainnya, meskipun mereka adalah bintang-bintang di sekolah kami. “Ayo ku antar
kau ke kelasmu,”
“Kau bisa menitipkannya padaku,” ujar Aldi. Aku
mendelikan mataku, baru sadar akan kehadiran salah satu teman sekelasku itu. Ethan
mengerutkan keningnya, berpikir sejenak kemudian melirikku.
“Aku bisa pergi sendiri,” bisikku susah payah. “Well,
ini juga sekolahku, ingat?” tanyaku ragu-ragu. Kemudian wajah itu mencair. Ia mengaguk
dengan senyuman tipis kesukaanku.
“Jangan menangis lagi,” katanya
sungguh-sungguh. Aku terkekeh dalam hati. Apa lagi yang bisa membuatku menangis
selain dirimu? “Kau begitu indah, jadi tetaplah tersenyum,” aku mengerutkan
keningku sedikit bingung dengan kata-katanya. Namun dengan tidak sabar Aldi
menarikku menjauh.
“Sorry man, tapi kami punya jam Miss Anita hari
ini,” ujarnya. Miss Anita adalah guru bahasa inggris kami, dan siapapun tau ia
adalah guru yang paling mengutamakan disiplin di sekolah kami.
3 komentar:
si Ethan tugh jelmaanny Mr. Bomer, kan???
trus nanti si Izzi jadi ma Sammuel, kan??
bener kan tebakanku?? *maksa*
hoaaammm mba ini yaaahhhh....
aku jadi gatel pngn posting bab terakhirnya dehhh
cherry...
luv u dah..
hhehe
Posting Komentar