“Putriku…”
aku membulatkan mataku ketika melihat seorang gadis kecil yang sangat ku
rindukan. Putri kecilku, bintang kehidupanku…
Tangan
mungilnya terulur kepadaku, senyumannya begitu lembut dengan binar mata yang
begitu indah. aku merasakan keperihan yang teramat sangat karena rasa rinduku
kepadanya. Gadis kecilku yang sempat bersemayam dalam rahimku selama 9 bulan,
dna memberikan cahayanya selama 6 tahun lamanya kepadaku.
Gadis
kecil yang begitu berate dalam hidupku, yang membuatku percaya atas keberadaan
Tuhan. Buah cintaku dengan kekasih hatiku.
“Sayang…
mama sangat merindukanmu,” bisikku dengan deraian air mata. Gadis kecil itu
mengangguk dan menatapku, menunjukan kerinduannya pada diriku.
“Aku
juga rindu mama,” balasnya dengan suara seorang bocah yang begitu lucu.
“Kemarilah
nak…” bisikku, dan ia menghampiriku dengan perlahan. aku memeluknya erat-erat,
khawatir ia akan kembali menghilang.
“Ma…”
bisiknya seraya menyentuh kedua pipiku yang basah dengan jemari kecilnya. “Jangan
bersedih, aku baik-baik saja di sini,” ujarnya, namun air mataku tidak bisa
berhenti menetes. Kerinduanku pada sosok mungil ini membuat jiwaku terguncang
sedemikian dalamnya. Aku mencintainya, aku bersedia untuk melakukan apapun agar
memiliki kesempatan kedua bersamanya… bersama bintang kecilku…
“Maafkan
mama, tapi mama tidak bisa berhenti menangis ketika mengingatmu yang menutup
mata ini,” aku menyentuh sisi mata kanannya dengan ibu jariku. Mencoba merasakan
guratan-guratan lembut kulitnya. Kemudian dengan perlahan ku kecup keningnya,
mencoba merasakan dirinya dalam diriku.
“Mama…
aku bahagia disini. Dan justru dengan mata tertutup itulah aku bisa melihat surga,”
ujarnya pelan. Tubuhku tersentak sesaat, air mataku terus menetes ketika aku
mengangguk kepadanya.
“Iya
sayang, mama tau…” ujarku seraya membelai kepalanya dengan perlahan. “Titipkan
salam mama pada Tuhan, sampaikan rasa terima kasih mama kepada –Nya karena
sudah menitipkan permata seindah dirimu ke dalam kehidupan mama…”
“Tuhan
menyayangi mama…” bisiknya perlahan. Aku memeluk tubuh mungilnya erat-erat. Mencoba
kembali meraih sisi logisku.
Tuhan…
terima kasih karena anugrah terbesar yang telah Kau berikan pada diriku yang
lemah ini… terima kasih…
Aku
tau, ia sudah bahagia bersamamu. Ia sudah terbebas dari perihnya kanker yang
menggerogoti tubuh kecilnya, dan dia sudah bisa melihat surgamu, terima kasih…
Aku
terus memeluk putri kecilku. Menghirup aromanya yang lembut sebelum akhirnya
aku merasakan kehampaan dalam diriku. “Mama menyayangimu Nak…” bisikku sebelum
semuanya menghilang.
***
“Elena…
sst…. Tenanglah,” aku masih memejamkan mataku ketika sepasang tangan itu
memelukku dalam kegelapan malam. Tubuhku menggigil karena tangis yang begitu
menyesakan dada.
“Putriku…”
isakku parau. “Dia sudah bisa melihat surga,” tambahku. Sosok di hadapanku
mendekapku semakin erat, menawarkan kehangatan di dadanya, memberikan
ketenangan yang susah payah ia pertahankan.
“Iya
sayang… aku tau, dia juga sudah mengatakannya padaku,” ujar sosok itu. Aku
tersenyum di dadanya. Mencoba menenangkan gemuruh hatiku, meyakinkan diriku
bahwa ia sudah bahagia di sana. Bintang kecilku… putri terkasihku… mama
mencintaimu nak…
2 komentar:
Sedih banget. Gak bisa nahan tangis :'(
thank you very much for the information provided
Posting Komentar