Aku
menggertak kesal ketika pemuda tampan di sampingku terus mengoceh tak jelas. Berkali-kali
ku putar bola mataku kearahnya, berusaha untuk menunjukan ketidak sukaanku pada
apa yang sedang ia bicarakan. Memangnya aku buku diari ‘berjalan’nya?! Aku memang
sahabatnya, tapi bukan berarti ia bisa menceritakan semua kisah konyol dan
menyebalkan tentangnya dengan ratusan kekasih-kekasihnya itu kepadaku, kan?!
Aku
mendesah sarkastis untuk yang kesekian kalinya. “Kau tidak akan percaya Le, mereka
benar-benar menyebalkan,” ujarnya. Aku mencibir, bukannya dia yang menyebalkan,
selalu menyandang status playboy dari pertama kali aku mengenalnya di kursi SMP
sampai kini kami duduk di kursi kuliah.
Tidakkah
ia tau jika gadis-gadis itu meninggalkannya karena kelakuannya sendiri yang sangat
teramat aneh dan super menyebalkan. Ia akan dengan mudah berpindah ke lain hati,
dan dengan santainya menyalahkan pacarnya yang sebelumnya karena telah
memutuskannya. Lagi pula gadis bodoh mana yang mau mempunyai pacar yang suka
berselingkuh??!!
“Aku
hanya mencari gadis yang baik. Kau tau, tidak perlu cantik. Cukup mengerti aku
dan selalu berada di sampingku. Aku hanya menginginkan seseorang yang
menyayangiku apa adanya, dan sialnya aku tidak pernah mendapatkan itu dari
mereka. Gadis-gadis itu hanya menginginkan hartaku, atau popularitas karena
berpacaran denganku, namun mereka merasa tidak terima ketika aku memiliki gadis
yang lain, aneh bukan…” ujarnya seraya mengacak rambut hitamnya. Aku meminum
jusku dengan malas.
“Aku
hanya butuh sedikit kasih sayang. Semenjak ibuku meninggal, semuanya tampak
begitu asing dan munafik.” Ujarnya. aku menatapnya sesaat, aku tidak suka
sosoknya yang bersedih. Aku ingin melihatnya yang selalu bersemangat dan
bahagia.
Ku ulurkan
tanganku dan menyentuh jemarinya, menawarkan senyuman menenangkan untuknya. “Tenanglah,”
bisikku.
“Aku
hanya ingin mencari seorang gadis yang bisa membuatku tenang, seperti yang kau
lakukan saat ini,” ujarnya lembut. Aku membulatkan mataku padanya, kemudian
mengangkat bahuku tak acuh.
“Kalau
begitu mengapa tidak kau pilih saja aku?” tanyaku santai tanpa memandangnya,
namun kemudian aku terusik dengan senyuman aneh di wajahnya. “Apa?!” tudingku.
“Aku
menunggumu mengatakan itu,” katanya pelan. Aku menaikan sebelah alisku tidak
mengerti. “Gadis bodoh. Apa kau tidak pernah dengar pepatah yang mengatakan jika di dunia ini
tidak ada persahabatan murni antara pria dan wanita tanpa didasari rasa cinta?”
tanyanya. Aku masih menatapnya dengan wajah kosongku. “Ayolah Elena!! Aku menyukaimu
sejak dulu, tapi aku takut kau justru akan menolakku dan menghancurkan
persahabatan kita,” ujarnya.
Aku
masih melongo menatapnya, tidak mengerti dengan yang ia katakan. “Demi Tuhan
Elena, bisakah kali ini kau mendengarkanku. Aku mencintaimu, dan aku ingin kau
menjadi pacarku. Kau adalah pilihan hatiku!!” katanya lantang. Aku mengerutkan
keningku dan menutup telingaku karena suara kerasnya.
“Ya
ya aku dengar, dan aku mau menjadi pacarmu!!” ujarku balas berteriak. Tiba-tiba aku
merasakan tubuhku melayang kemudian terjebak dalam dekapan sosok jangkung itu.
Aku bisa merasakan tawanya dari gerakan dadanya.
Ah… apa dia tidak sadar jika
selama ini aku juga begitu mencintainya?? Dasar pria bodoh! Batinku sebelum membalas pelukannya.
4 komentar:
Sukaaaaa,,,
Sukaaa yg iniiii,,,
Sukaaa pke Bangetzzz,,,
So sweet... i like it..
co cweeet.. Sahabat jadi cinta.. Realita kehidupan.. Meski ada yg berakhr dg perpishan..
thank you very much for the information provided
Posting Komentar