Luna tersenyum tipis melihat tingkah lucu putri kecilnya. Disampingnya
Valerina tampak turut tersenyum lebar. “Putrimu akan menjadi gadis yang
mengagumkan kelak,” bisiknya. Luna mengaguk perlahan.
“Ya, seperti dirimu,” ujarnya. “Aku sangat senang kau berada disini. Kau
tau, banyak hal yang ingin ku sampaikan padamu,” Valerina menggeleng perlahan,
kemudian memeluk bahu sahabatnya dengan sayang. “Kau sudah melakukan banyak hal
untukku,”
“Ssst… kau tidak perlu berkata apa-apa lagi. Kesembuahanmu dari kanker
itu adalah anugrah terbesar untukku,” Luna mengaguk pelan. “Dan tentang
cintamu, aku minta…”
“Tidak,” potong Luna cepat. “Aku yang minta maaf. Bagaimana mungkin aku
bisa melukai hatimu.”
“Tapi kau sangat mencin…”
“Tidak,” potongnya lagi dengan senyuman manisnya. “Atau mungkin iya, aku
memang mencintai Raka. Tapi pada akhirnya aku sadar, aku lebih mencintaimu…”
bisiknya. Valerina menangis pelan. “Sekarang tudak ada lagi alasan untukmu
menghindarinya lagi.” Valerina mengaguk perlahan.
***
“Wow, jadi kau adalah pemilik brand GreyLine itu??!!” pekik Kirana tidak
percaya. Sudah seminggu mereka tinggal di rumah Luna. “Astaga aku penggemar
beratmu!!” teriaknya lagi. Luna mengerutkan keningnya.
“Apa yang sudah ku lewatkan?” tanyanya bingung.
“Temanmu yang satu ini sudah menjadi designer kondang di Perancis, dan
baru saja pindah ke Indonesia.”
“Dan kau baru mengetahuinya?” Tanya Luna kesal.
“Jangan salahkan dia. Aku memang menyembunyikan jati diriku pada publik.
Aku bahkan menggunakan nama Valerina ketika tinggal di Perancis,” tutur
Valerina. Luna menatapnya perih. “Dan ini bukan salahmu. Ini adalah kesalahanku
yang terlalu pengecut menghadapi kalian semua, maaf.”
“Sudahlah, apa kalian akan terus berduka seperti itu. oh, ayolah, kita
harus merayakan semua ini!!” ujar Kirana kesal. Luna dan Valerina saling
pandang kemudian terkekeh pelan. Entah apa jadinya mereka tanpa sahabat-sahabat
terkasihnya.
“Kau harus membawa kami berkeliling butikmu,”
“Tentu,” janji Valerina sungguh-sungguh. Kemudian tawanya berhenti saat
merasakan ponselnya bergetar. Ia menatap layar ponselnya dengan dahi berkerut.
“Siapa?” Tanya Kirana. Namun bukannya menjawab Valerina malah berlalu
pergi menjauh.
“Maaf guys, aku harus kebutik sekarang. Asistenku baru saja menelepon.”
Ujar Valerina sedikit tergesa.
“Perlu ku antar?” Tanya Kirana.
“Ah tidak usah, kau jaga saja dia. Aku akan segera kembali secepat yang
ku bisa.” Ujarnya kemudian mengecup pipi Rachel yang tengah bermain asyik
dengan barbienya. “Oya, katakan pada Raka aku pergi ke butik.” Luna dan Kirana
mengaguk sebelum sosok itu menghilang di balik pintu.
“Apa dia baik-baik saja?” Tanya Luna.
“Dia akan baik-baik saja, tenanglah.” Jawab Kirana tanpa keraguan.
***
Valerina menatap sosok di hadapannya tidak percaya. Are??!! Pekik hatinya riang. Pemuda itu tampak tertunduk di depan
pintu butik. Meski malam sudah menjemut, tapi Valerina bisa melihat
kekhawatiran di wajah pria tampan itu. namun untuk sesaat, entah bagaimana
caranya, semua pandangannya akan ketakutan Are sirna, ada begitu banyak hal
yang ingin ia ceritakan pada Are. Tentang Luna, Rachel kecil, Kirana dan raka.
“Are!” panggil Valerina. Are mengangkat wajahnya tampannya dan memeluk
Valerina erat.
“Tutup matamu,” ujarnya dingin tiba-tiba. Valerina sampai bergidik
karena terkejut. “Jangan banyak bicara, sekarang tutup matamu!” bisiknya lagi.
Valerina merasakan tubuhnya gemetar. Namun ia tetap menuruti perintah Are. Ia
menutup matanya dan membiarkan Are menuntunnya kesuatu tempat, yang ia yakini
ke dalam butiknya. “Kau boleh membuka matamu sekarang,” bisiknya, kemudian
Valerina membuka matanya. Betapa terkejutnya ia melihat tumpuka lily indah di
hadapannya. Begitu banyak hingga menggambil setengah tempat dari luas butiknya.
“Wow!!” desis Valerina tidak percaya. Tiba-tiba matanya mendelik ketika
melihat bunga mawar yang dirangkai menjadi sebuah pertanyaan. “Apa ini?”
tanyanya kaku. Are tersenyum puas di belakangnya. Kemudian berjalan mengitari
tubuhnya dan berlutut.
“Rachel Valerina Kimberly will you marry me?” Tanya Are pelan. Valerina
menatapnya tidak percaya. "Selama di Malaysia aku sudah banyak berfikir
tentang ini. Dan aku tidak bisa menunggu lagi, aku ingin kau menjadi pendamping
hidupku sampai nanti…”
“Are…” bisik Valerina pelan. Ia mundur beberapa langkah. Kemudian air
mata itu menetes. “Aku…aku…” Valerina tergagap.
“Tidak ku mohon,” Are berdiri memeluknya. “Kumohon jangan menangis,”
bisik Are, namun semuanya terlambat. Tangis gadis itu pecah begitu saja. Are
membelai lembut kepala Valerina penuh kasih. “Kumohon jangan menangis. Biarkan
aku membebaskanmu dari kelabu itu,” Dan gadis itu terus menangis, membasahi
kemeja depan dokter kesayangannya, pria terbaiknya… sahabatnya
***
Raka menghentikan langkahnya di depan pintu. Wajahnya mengeras, tubuhnya
membeku. Hatinya terpilin melihat sosok gadis terkasihnya di dalam pelukan
orang lain. Namun kekuatannya seakan menghilang. Sikap angkuhnya mulai hancur.
Kemudian ia tersenyum perih, menggeleng perlahan dan mencengkram kepalanya
sendiri.
Ia benar, aku sudah terlalu banyak menorehkan luka
pada gadis itu… batinnya. Bagaimana aku bisa membiarkannya kembali
terluka? Bagaimana jika nanti ia tidak bahagia bersamaku? Sifat percaya
diri yang selama ini selalu ia tunjukan mulai menghilang. Dengan lambat Raka
berjalan menuju mobilnya. Ia memukul stirnya dengan keras. Melampiaskan seluruh
amarahnya. Ia muak pada dirinya sendiri. Ia muak pada seluruh kisah konyol yang
membuatnya terpuruk sedalam ini. Ia adalah seorang CEO, dan kini harus terisak
karena kata klise bernama cinta itu!!
Raka memejamkan matanya perlahan, dan wajah itulah yang muncul. Wajah
tertawanya, wajah tersenyumnya, wajah menangisnya…
Ia masih bisa merasakan lembutnya rambut gadis itu di jemarinya. Harumnya
aroma kulit halusnya, bahkan ia masih bisa mendengar dentingan tawa gadis
tercintanya. Namun matanya terbuka perih ketika mengingat isak tangis Valerina
untuknya, wajah terlukanya, ketakutannya dan kekecewaannya.
“Aku sudah banyak melukainya. Jadi tentu saja sangat wajar jika ia
memilih pemuda itu. seharusnya aku mengerti!” namun nyatanya ia sama sekali
tidak mengerti, atau memang tidak ingin mengerti. “Sudahlah,” bisiknya mencoba
tenang. Kemudian dengan perlahan ia mulai menjalankan mobilnya. Namun kenangannya
akan kejadian di butik itu membuat gemuruh hatinya kembali menggebu-gebu.
Membutakan matanya. Hingga akhirnya ia tersadar oleh suara klakson panjang dan
sorotan lampu di depan wajahnya.
***
1 komentar:
jgn bilang raka kecelakaan lagi! nonononooooo
apa val nerima lamaran are??
aduh jd bingung... val msh cinta bgt sm raka, tp are jg baik bgt...
*emg sp siy yg jd val??? (ditoyor cherry) xixiii
Posting Komentar