Rabu, 10 Oktober 2012

PUTRI KELABU -11-


BAB SEBELAS

“Halo, ya ini aku. Apa? Kau sudah mendapatkan beritanya??! Perfect!!” teriak Kirana pagi itu. aku yang tengah memperhatikan suster menyuntikan obat pada kakek langsung berjalan menghampirinya. Wajah itu begitu ceria. “Ini Gilang,” ujarnya menjelaskan. Spontan aku langsung tersenyum lebar. Selama ini Kirana memang meminta sepupunya yang satu itu untuk mencari tau tentang keberadaan Luna. Astaga, apakah tadi dia mengatakan sudah mendapatkan beritanya?? Berita Luna??? Perutku melilit karena bahagia.
Aku tercekat kaget ketika tubuh Kirana mendadak limbung. Matanya kosong. Tubuhnya terkulai lemah. Aku mendudukannya bersandar di dinding dan meraih ponsel Kirana yang masih menyala. “Gilang, ini aku, Rachel. Apa yang terjadi pada Luna?” tanyaku cepat. Rasanya begitu mendebarkan menunggu jawaban dari serbang sana. “Kanker?” bisikku tak bersuara. “Kau yakin itu dia?? Benar-benar Luna fayrish sahabat kami?” tanyaku tidak percaya. Suara diserbang sana terdengar ragu. Aku merasakan nafasku tercekat, kepalaku mulai terasa pening, dan sesaat kemudian, semuanya tampak gelap...

Isakan tangis itu mengusik kegelapanku. Aku membuka mata perlahan dan mendapati Kirana memelukku erat. Ia menangis histeris diatas tubuhku yang terbaring. Ingin rasanya aku membelai punggungnya, menguatkannya dan berkata bahwa semuanya baik-baik saja. Namun Luna?? Dan kanker sialan itu?? Luna sahabatku yang terbaik?? Mengapa Tuhan selalu mengambil orang-orang yang kusayangi??
Malam itu aku menghubungi tante Lia dan mengabarkan keberangkatanku ke Singapura untuk menemui Luna. Tante Lia langsung menyediakan dirinya untuk menggantikan ku menjaga kakek. Ia pun sempat mengabarkan keberadaan Raka di Australia – yang untuk saat ini tidak terlalu ku perdulikan-.
aku berjalan resah di samping Kirana. Kami beruntung mendapatkan tiket pesawat pada hari itu. aku masih terdiam melihat senja ketika ponselku berdering. Nomer baru? Keningku berkerut. Kirana memakai sebelah headsetku ke telinga kirinya. Aku sudah tidak punya kekuatan untuk melarangnya menguping.
“Halo,” sapaku.
“Hi Kimi,” balas suara di ujung telepon sana. Aku tercekat, ini adalah Vero. “Maaf mengganggumu,” ujarnya ketika aku diam. Tentu saja ia tidak mengganggu, aku sangat merindukannya. “Aku baru saja mendengar berita perjodohanmu dengan kakakku,” ujarnya. Aku merasa ada yang aneh dengan suaranya yang berat. Aku seakan kehilangan sosoknya yang ceria. “Well, aku tidak tau apakah harus bahagia atau sebaliknya,” kini aku benar-benar bingung, dan takut mendengar arah pembicaraannya.
“Kau tidak setuju?” tanyaku takut. Kirana kembali merangkulku.
“Tidak, tentu saja aku setuju. Aku bahkan sangat setuju,” ujarnya cepat. Sadar telah membuatku tidak nyaman. “Kalau saja dia belum memiliki Tunangannya sendiri...”
Deg.
Kata-kata itu berupa bisikan. Namun seperti bongkahan batu besar untukku, runcing dan begitu berat. Menghancurkan hatiku dalam sekali gerakan. Aku menatap pesawat yang siap landing dengan tatapan kosong. Aku bisa merasakan cengkraman tangan Kirana di bahuku.
“Maaf, aku tidak bermaksud melukaimu. Tapi aku tau, perjodohan kalian baru saja di mulai. Aku tau perasaan kau pada kakak, kalian bersahabat kan? Kalian tidak saling mencintai,” aku mencelos. Dia benar, kami tidak saling mencintai, tapi hanya akulah yang mencintainya. “Kimi... kau harus tau, kakak sangat mencintai wanita itu. aku tidak ingin melukai kalian berdua. Aku menyayangi kalian berdua, maka dari itu aku mengatakan ini sebelum kau dan kakak bertunangan. Aku tau mom sangat mengaharapkanmu bersama kakak, dan kau tau kakak tidak akan bisa menolaknya, terlebih ia menyayangimu seperti ia menyayangiku, tapi aku yakin... jika kau sendiri yang menolaknya, mom tidak akan bisa melakukan apapun,
“Maafkan aku Kim, tapi aku tidak tau harus berbuat apa lagi... aku menyayangi kalian semua,” bisiknya. aku bisa merasakan luka itu.
“Kau melakukan hal yang benar Vey,” bisikku pelan. Kirana terisak di sampingku. “Aku tau, terima kasih Vey karena kau sudah mengatakannya padaku. Aku sangat menghargainya, sungguh,” dan itu benar. Aku tau yang di katakan Vero tulus. Raka memang menyayangiku sebagaimana ia menyayangi Vero. “Aku akan mengatakannya pada tante Lia dan om Arya secepatnya,” bisikku sebelum menutup teleponku.
Klik.
Dan aku menangis.

2 komentar:

Nunaalia mengatakan...

Tuh bener kaaann kalau Raka udah py pacar, bahkan tunangannya sendiri!
hiks hiks hikss....ikutan nangis ky Kimi & Kiran :((

Unknown mengatakan...

maa diganggu diposting ini,dlu nyokapq beli bongkahan,itu betul ad dan sampai kermhku ini kata kata orang itu waktu dia promosi,silakan anda baca sendiri,terima kasih.
bagi yg suka koleksi jenis bongkahan batu bacan asli dari maluku utara sprti aq,dulu aq prnh beli ama atas nama feri itu btul sampai d alamt kmi no.tipuan ini contoh bawah ini kata2 dia:
berbagai bongkohan batu bacan super kristal dengan harga terjangkau.tapi kalau harga dibawah ini sewaktu waktu akan berubah:
1. 2 ons harga Rp1.350.000
2. 5 ons harga Rp3.450.000 dapat bonus 1ukuran cincin.
3. 1kg harganya Rp6.550.000 dapat banus 1ons bacan.
Alamat:jl.raya labuha no.17 rt014/rw005 kel.labuha kec.bacan maluku utara.
Info:pin bb 57186B32
TLP:0852 7171 2959.salam bisnis