Rabu, 24 Oktober 2012

__________



 “Aku menyerah…” bisikku. Aku bisa mendengar nada terkejut dari sebrang sana. Namun diriku mengabaikannya.
“Kau hampir sampai,” desis suara itu, sedikit perih ku rasa. Namun lagi-lagi aku mengabaikannya.
“Aku tidak akan pernah sampai Le. Aku sudah mencoba beribu kali dan yang ku temui hanya jalan buntu.” Tuturku berusaha seriang mungkin. Hujan di luar sana membaurkan getar suaraku.
“Kau masih bisa mencoba lagi,”
“Mencoba untuk gagal kembali?” ujarku sarkastis. Lena tercekat. Aku tertegun perih. “Maaf Le, pesawatku akan berangkat sebentar lagi. Aku akan pergi, entah sementara atau selamanya.” Lena tidak menjawab. Namun aku bisa mengdenagr isakannya yang begitu perlahan. “Satu hal yang harus kau tau, aku menyayangimu.”
Dan telepon itu terputus. Seperti benang tipis yang menghubungkan aku dengan Lena. Semuanya terputus begitu saja. Begitu mudahnya. Begitu singkatnya, dan begitu menyakitkannya.
Sesaat kemudian aku menatap layar handphoneku yang sudah mati sejak dua hari yang lalu. Hembusan angin menerpa wajahku yang membeku.
                                        ***

Hujan Kemarin…

0 komentar: