Rabu, 10 Oktober 2012

PUTRI KELABU -15-


BAB LIMA BELAS

            Aku berlari sepanjang koridor rumah sakit yang sudah sangat ku kenal. Vero mengikutiku di belakang.
“Kimi, Vero,” tante Lia menatap kami bergantian. Ia tampak begitu cemas. Om Arya tengah berbicara dengan seseorang di teleponnya. Aku menanyakan apa yang terjadi dengan pandangan sedihku. “Kakek sadar,” hatiku mencelos. “Namun ia langsung muntah darah, hingga akhirnya kembali di bawa ke ruang ICCU,” perutku melilit memikirkan kakek, kepalaku terasa begitu pening. Aku lelah! Lelah dengan semua kenyataan dan ketakutan yang tersimpan di dalam hatiku. Aku bisa melihat takdir tertawa mengejekku. Mencemoohku karena menyerahkan diri pada luka.
Prang!!
Aku melemparkan ponselku hingga jatuh berkeping. Aku berteriak dalam ketercekatan! Menangis keras, terduduk diatas lututku. Aku lelah!! Aku lelah!! Batinku meronta. Om Arya mencoba menenangkanku. Vero menangis di pelukan ibunya. Aku juga ingin ada mama di sini!! Aku ingin semuanya kembali. MILIKKU!!!!


Tatapanku nanar, namun aku tidak berani berkedip. Khawatir akan kehilangan satu moment lagi. Kakek sudah stabil, namun untuk berjaga-jaga ia masih di tempatkan di ruang ICCU. Aku merasakan seseorang menyentuh pundakku. Tante Lia dan om Arya berdiri di sana di belakangku. “Tante, om... aku ingin berbicara,” ujarku dingin. Entah dimana aku meletakan rasa sopan santunku pada mereka. “Aku ingin membatalkan perjodohan ini,” suaraku tercekat mengingat sosok Luna dan Raka. Tante Lia tampak syok di belakangku.
“Kimi ada apa?” tanya tante Lia. Aku menggeleng tanpa menoleh.
“Aku rasa, aku tidak bisa mencintai Raka,” bisikku.
“Kimi, kami tidak akan memaksamu bertunangan lagi. Kami akan menunggu sampai kau benar-benar siap,” ujar om Arya. Aku kembali menggeleng dan berbalik menghadap mereka. “Kami tidak ingin kau sendirian,”
“Aku tidak sendirian, aku punya kakek, tante, om, Vero, Raka dan sahabat-sahabatku, Kirana dan Luna,” tante Lia tercekat mendengar kata-kata terakhirku. dia tentu mengenal Luna, tunangan putra tersayangnya. Ia mencengkram lengan suaminya erat. “Tante, Luna dan Raka saling mencintai,” ujarku perih. Diam-diam aku bisa mendengar isakan Vero dari balik pintu. “Aku tidak mungkin berdiri menjadi penghalang diantara mereka,”
“Tapi gadis itu akan segera mati,” tante Lia menatap jauh kedepan. Aku menggeleng tidak percaya.
“Tidak,” bisikku lebih pelan dari yang ku harapkan. “Luna akan selamat, dia akan baik-baik saja,” bisikku sebelum hilang kesadaran.


Aku terbangun oleh aroma yang aneh. Aroma menyenangkan yang begitu maskulin dan dingin. Hatiku perih mengingat dari mana aroma itu berasal. Aku enggan membuka mata dan mendapati hayalku akan aromanya akan menghilang. Aku ingin tetap begini, menikmati dirinya meski hanya dalam hayalku.
Sebuah tangan mengusap punggung telapak tanganku. Aku terkesiap menikmati sentuhannya.
“Kau?” tanyaku tidak percaya. Raka menatapku jelas tampak khawatir. Wajahnya mendadak mencair ketika melihatku membuka mata. “Apa yang kau lakukan di sini?” tanyaku kikuk. Ia memelukku erat, membuatku kembali merasakan pahit itu. tidak, ini tidak boleh terjadi. Aku mendorong tubuhnya dengan lemah. Raka menatapku, terkejut.
“Aku mengkhawatirkanmu,” ujarnya. Aku memalingkan wajahku ke sisi lain. Enggan menatap wajah tampannya. Aku harus melupakannya.
“Mana Luna?” tanyaku dingin. Aku muak pada diriku sendiri karena memiliki setetes rasa cemburu dalam hatiku. Aku menyayangi gadis itu.
“Dia bersama Kirana,” jawab Raka menyadari keenggananku.
“Pergilah,”
“Aku berjanji pada diriku sendiri untuk pergi saat mendapati dirimu baik-baik saja,”
“Dan aku baik-baik saja sekarang,” potongku. Kaget mendengar suara menyakitkan itu sendiri. “Pergilah,” kini berupa lirihan. Raka duduk menegang disampingku. Wajahnya mengeras.
“Tidak, aku juga berjanji pada Luna untuk memastikanmu baik-baik saja,”
Jadi semua lelucon ini karena Luna. Astaga Tuhan...



4 komentar:

Mas Parnoe mengatakan...

Menyentuh sekali... keren...speechless.... Keep writing ya sist...

Unknown mengatakan...

Lanjut ya mbak. Aq nangis mbacanya. Antara sahabat n cinta.

Unknown mengatakan...

terima kasih...
terima kasih semuanya...
:) :)
tunggu lanjutannya ya...
sudah selesai ditulis tinggal di posting... :)

Nunaalia mengatakan...

masih sedih sama Kimi....
Raka knp mesti datang sih??? itu kan malah buat Kimi tambah perih...