Kamis, 08 November 2012

HUJAN KEMARIN -03-


BAB TIGA
Love and you.

“Hai,” sapa Ethan dengan senyuman manisnya. Tubuhku bergetar, mataku melebar menatapnya, otakku masih tidak bisa percaya jika cowok tampan itu berjalan tepat kearahku. “Kau baik-baik saja?” Ethan menggerak-gerakan tangannya di depan wajahku. Aku mengerjap beberapa kali ketika kembali tersadar. Kemudian aku merasakan wajahku memanas malu.
“Maaf,” bisikku tercekat. Ethan mengerutkan keningnya.
“Seharusnya aku yang meminta maaf. Aku tidak tau kalau latihannya sampai sesore ini. Sebenarnya kau bisa saja meninggalkanku, dan kita akan membuat janji di lain hari.” Melihat penyesalan di wajahnya membuat hatiku terpilin. Aku ingin menyentuh kerutan di keningnya, mengatakan bahwa semuanya baik-baik saja. Namun tubuhku kaku di hadapannya. “Kita bisa pergi sekarang, sebelum mereka kembali memanggilku untuk latihan lagi. Sejujurnya, aku sudah sangat lelah,” Ethan melirik jam tangannya. Aku tau, sekarang sudah pukul setengah enam. Dan hanya tinggal kami dan anak-anak klub basket yang masih berada di sekolah. “Gawat, itu mereka! Ayo pergi!”
Aku tersentak linglung ketika melihat keterkejutan di wajah tampan Ethan. Namun itu belum seberapa jika dibandingkan dengan genggaman tangannya setelah itu. ia menarik tanganku, berlari kecil menjauhi gerbang sekolah yang mulai gelap. aku melihat Ethan tersenyum ketika sesekali menoleh kebelakang. Tanganku terasa begitu dingin dalam genggamannya, namun dalam waktu yang bersamaan wajahku terasa panas. Aku ingin menangis karena perasaan bahagia ini. Aku ingin waktu berhenti saat ini!
“Hh… hh… maaf membuatmu berlari seperti ini…” ujar Ethan ketika kami sudah cukup jauh dari sekolah. Aku mengatur nafasku yang masih tersenggal-senggal. Entah mengapa hatiku terasa sedikit kebas ketika ia melepaskan genggamannya. “Kamu baik-baik saja?” tanyanya. Aku mencoba tersenyum dan mengaguk. Kini malam benar-benar akan hadir beberapa saat lagi. Namun aku tidak merasa takut sama sekali, tidak seperti biasanya. Apakah itu karena ada Ethan disampingku?
“Ayo, kita harus cepat sebentar lagi gelap, dan sepertinya akan turun  hujan juga,” ia menatap langit yang gelap. aku mengaguk dan berjalan di sampingnya dalam diam. “Kau bilang, kau mau mengajukan beberapa pertanyaan?” tanyanya ketika kami berjalan mendekati toko dvd di ujung jalan. Aku tersentak kikuk. Astaga bagaimana mungkin aku bisa lupa??!!
“Ah, iya,” aku mengambil buku catatanku. Tanganku masih gemetar karena kejadian beberapa saat yang lalu. “Kenapa kakak pindah ke sekolah SMA ini?” aku merasa bingung mendengar kata-kataku yang berantakan. Namun jujur saja, saat berada di sampingnya tidak ada satu bagian dari tubuhku yang berjalan normal. Hatiku berdetak kencang, dan rasanya aku ingin menjerit kegirangan. Namun tentu saja itu tidak akan aku lakukan disini.
“Kakak??” ia terkekeh pelan. “Panggil aku Ethan, aku tidak lebih tua darimu. Well, mungkin hanya berbeda satu atau dua tahun.” Ethan mengangkat bahu. Aku tersenyum malu-malu. “Ah, alasan kepindahanku ya…” ia merenung sejenak, menatap kegelapan di hadapan kami. “Awalnya, tentu saja karena kepindahan orang tuaku ke Indonesia, dan…” Ethan berhenti sejenak, tampak tengah berpikir, kemudian tersenyum lembut. “Aku merasa alasan hidupku menarik diriku mendekat, ke sini… ke kota ini… dan kesekolah ini…” nafasku tercekat ketika ia menoleh dengan senyuman lembutnya. “Sedikit klise memang, tapi aku sadar, takdir cintaku lah yang menarikku kesini,”
Aku merasa jantungku berhenti berdetak untuk sesaat. Aku tidak tau harus berkata apa, aku tidak tau harus melakukan apa, langkahku membeku di tempat. Kemudian aku melihat ia kembali menegakan tubuhnya. Berjalan mulus ke dalam toko dvd. Aku mengatur napasku untuk beberapa saat kemudian berjalan mengikutinya. Ia melangkah ke rak film action, aku tidak terlalu menyukai film itu. dan aku sedang tidak ingin berdiri terlalu dekat dengannya, atau aku bisa kembali membeku di hadapannya. Akhirnya aku mendekati rak film romance, berpura-pura menyibukan diri dengan kaset-kaset di hadapanku, meskipun sesunggunya aku hanya berdiri mematung, menatapnya dari balik bulu mataku.
Ia membaca synopsis sebuah kaset. Dan napasku kembali tercekat, aku tidak tau bagaimana mungkin ia bisa membuat tubuhku terasa panas dan dingin secara bersamaan. Aku menyukai wajah seriusnya ketika membaca synopsis kaset itu, kerutan keningnya, senyuman apresiasinya, decakan kagumnya dan… tatapannya ketika memandangku. Apa?? Astaga memandangku??? Aku tersentak kaget ketika menyadari pandangannya kepadaku. Entah sejak kapan ia memandangku seperti itu.
“Kau mencari sesuatu?” tanyanya. Aku terbelalak. Ia sudah berdiri di sampingku. Aku mencoba membuat wajahku setenang mungkin, kemudian mengangkat sebuah kaset yang tidak benar-benar ku ketahui judulnya. Ia mengerutkan keningnya, kemudian mengaguk pelan. “You are the apple of my eyes,” bacanya. Aku mengaguk kikuk. “Pilihan yang menarik,” bisikknya. “Ada lagi yang ingin kau cari atau kita bisa pergi sekarang?” tanyanya.
“Ah, pergi sekarang tentu,” lagi-lagi kata-kataku terlontar tak beraturan. Aku bisa melihat senyuman mengembang di wajahnya. Kemudian ia mengambil kaset di tanganku dan membawanya ke kasir. Aku tidak mengerti apa yang sedang terjadi hingga beberapa saat kemudian ia sudah kembali dengan dua bungkusan.
“Ini untukmu, sebagai tanda maafku karena sudah membuatmu menunggu lama tadi sore,” ujarnya. Aku melongo. Diam-diam mulai kesal padanya yang seakan-akan memang mau membuatku mati karena lupa caranya bernafas. “Ini,” ia meraih tanganku dan meletakan bungkusan itu disana, kemudian menarikku keluar toko dvd. “Sudah malam, sebaiknya aku mengantarmu pulang,” Ethan melirik jam tangannya lagi. Kemudian menatap serius padaku.
“A… Aku bisa pulang sendiri,” ujarku tercekat. Ia tersenyum kemudian menggeleng.
“Sebentar lagi hujan, ayo pulang.” Aku menatap sosok Ethan yang berjalan di hadapanku. Kemudian di langkahnya yang kelima ia berbalik, menatapku dengan kening berkerut. Aku ikut bingung menanggapi tatapan keheranannya, sesaat kemudian barulah aku sadar bahwa aku masih mematung di depan pintu toko dvd itu. “Kau tidak mau pulang?” tanyanya bingung. Aku tersenyum kikuk dan melirik toko kaset di belakangku.
“Pulang,” ujarku akhirnya.
Sepanjang perjalan itu aku hanya terdiam. Rasanya aku sudah melakukan banyak kesalahan yang tentu saja mempermalukan diriku sendiri. Aku tidak yakin bagaimana reaksi Lena ketika mendengar semua kekacauan sore ini. Aku terlalu gugup untuk melakukan ini. Bukan berarti aku hebat dalam melakukan hal lain. Tapi aku memang gadis yang terlampau jauh dari kata gaul. Kalau bukan karena Lena, mungkin aku masih menjadi gadis Nerd yang hanya bisa membaca buku di sudut perpustakaan.
Aku mengangkat wajahku ketika Ethan mendadak menghentikan langkahnya. Ia tersenyum manis dan mengaguk. Aku mengerutkan keningku tidak mengerti. “Kenapa?” tanyaku polos.
“Kita sudah sampai,” ujar Ethan sepertinya sedikit terkejut dengan pertanyaanku. Aku tergagap kemudian menoleh ke sisi lain. Astaga, itu rumahku, bagaimana mungkin aku tidak menyadarinya??!!!! Wajahku terasa kembali memanas. Ia pasti berpikiran bahwa aku adalah gadis terbodoh yang ada!
Aku mendesah dan menatap jalanan, merasa putus asa dengan semua lelucon ini. Sudahlah, kekacauan ini sudha terlalu jauh. Dia pasti sudah muak dengan kebodohanku. Dia pasti sudah tidak ingin melihat wajahku. Lagi pula aku sendiri sudah tidak punya keberanian untuk hadir di depannya lagi. Dan soal profil students of the week itu, mungkin aku akan mencari kak Sazkia sebagai gantinya. Karena saat ini aku hanya ingin menghilang dalam sekejap dari hadapannya.
“Masuklah,” ujarnya. Aku masih menunduk, kemudian berjalan perlahan ke dalam pekarangan rumahku. Aku tidak mengatakan sepatah katapun padanya. Hatiku terlalu lelah dengan semua kebodohan yang sudah ku perbuat. Dan aku ingin menyerah. Maafkan aku Le…
Tiba-tiba aku merasakan ponselku bergetar ketika aku memasuki kamarku dan menyalakan lampu. Aku menghempaskan diriku di kasur dan meraih  ponselku. Pesan dari seseorang.

From : 0878780XXXXX
‘Maaf untuk hari ini karena membuatmu menunggu, dan terima kasih karena telah menungguku. Untuk pertanyaan students of the week itu, aku akan menemuimu besok.’ E.R

Aku melongo menatap pesan itu. membacanya ratusan kali kemudian wajahku memanas. Entah mengapa air mata itu perlahan mengalir. Aku menggeleng tidak percaya. Sebagian otakku masih mempertanyakan siapakah pengirim pesan ini. Namun sebagian yang lainnya menekankan nama Ethan Rafael dalam hatiku. Aku berlari ke jendela kamarku, membukanya dan menoleh ke bawah, Ke arah gerbang depan. Dan betapa terkejutnya aku ketika melihat sosok jangkung Ethan masih berdiri disana. ia mengangkat wajahnya perlahan ketika menyadari pandanganku.
“Itu nomorku, selamat malam,” teriaknya. Aku menutup mulutku dengan kedua tanganku. Tuhan, aku tidak percaya ini!! Ia melambaikan tangannya dan berbalik pergi. Aku membalas lambaian tangannya. Ah pangeran tampanku… aku benar-benar jatuh cinta padanya!!!!!
                              ***
I look at you, you look at me, I look away so you can’t see me,
I’m dreamin’ of u, and u don’t even know,
That I’m fallin’ madly in love with you…
And I wish that ur going crazy for me too…
                                          Tiffany Alvord – possibility-
                              ***

0 komentar: