Rabu, 14 November 2012

UNTUKMU... alasan terbesar dalam kehidupan kecilku...




hari itu adalah kala pertama aku melihatmu. sosok culun dengan celana menggantung, sama sekali tak sedap di pandang mata. sosok mengerikan dengan potongan rambut yang terlampau kuno dan lagi-lagi terlihat -culun-. aku masih ingat bagaimana mataku menyipit jijik padamu. cibiran bibirku yang begitu sinis. namun aku masih terus bertanya-tanya mengapa kau tidak juga pergi dari hadapanku saat itu. 

kau sama sekali tidak tersinggung dengan tatapan cemoohku. kau malah tersenyum semakin lebar, membuatku semakin jijik. apa kau  tidak bisa sedikit saja melihat ketidak sukaan itu di mataku???

aku tau ada yang aneh dengan dirimu. namun aku tidak perduli, atau memang tidak pernah ingin peduli. dan lagi pula, untuk apa aku peduli padamu. kau begitu aneh, dan masih -menyebalkan- di mataku. 
aku masih memiliki banyak daftar hal yang tidak ku sukai tentang dirimu. caramu menggangguku di tengah jam belajar, caramu tertawa pada kecerobohanku, caramu memandangku, caramu melakukan semua hal yang seakan mencoba untuk membuatku tersanjung. 

Dan kemudian, entah bagaimana caranya, kau mencoba menunjukan keberadaanmu. mengetuk perlahan pintu hatiku yang terkunci rapat. lagi-lagi aku memberikanmu tatapan jijik, namun kau dengan manisnya masih berdiri di sana. menatapku dengan senyuman konyolmu. kau tidak pernah secara terang-terangan memanggil namaku, namun pandanganmu selalu tertuju padaku. jangan mencoba mengatakan bahwa itu hanya perasaanku! karena semua orang juga tau kau memandangku. 

tidak, tentu saja aku tidak pernah tertarik untuk membalas pandanganmu. aku terlalu angkuh dengan sejuta gengsiku. aku terlalu tinggi dengan kata-kataku. aku tidaklah sebaik yang mereka pikirkan, atau terlebih, yang kau pikirkan. aku tidak ingin dengan sengaja berhenti di hadapanmu, menyapamu, atau hanya untuk sekedar tersenyum padamu. aku sama sekali tidak ingin. 

saat itu, -terlepas dari kekonyolanku akan gengsi itu- ada hal lain yang membuatku tidak ingin meyentuhmu, sesuatu hal yang aku sendiripun tidak mengerti. namun kemudian, kau berjalan disana. masih di jalan yang sama, masih dengan senyuman konyol yang sama, membuatku -entah mengapa- mulai ikut tersenyum. 

aku benci mengakuinya. aku benci menyerahkan diriku pada keadaan kala itu. aku muak pada diriku yang mulai tersenyum menyadari keberadaanmu. aku benci pada diriku yang mulai membalas tatapanmu. aku benci pada diriku yang dengan sengaja berhenti di mejamu, menyapamu, dan tersenyum manis padamu. aku benci segalanya, namun sialnya... aku menyukai hal itu. 

tidak ada yang salah dengan dirimu. kau selalu membantuku dalam segala hal, menemaniku sepanjang waktu, menjagaku agar tidak terjatuh, bahkan kau selalu membuatku tersenyum. namun aku masih memiliki satu hal yang ku benci darimu. satu hal yang aku tau akan menjatuhkanku begitu dalamnya pada suatu hari yang lain -aku hanya tidak tahu kapan-. Ya, kau membuatku tergantung padamu. bagai zat adiktif yang kuat dan takkan pernah terlepas. 

tapi aku senang kita bersahabat... sungguh. Bersahabat?? Ya, tentu saja kita adalah sahabat, kan??! aku mulai menyayangimu, sebagai sahabat -meski tatapan mereka selalu beranggapan bahwa kita lebih dari sekedar sahabat-. karena kala itu, hatiku, telah terisi oleh orang lain. aku menyukai seorang senior yang sebenarnya sedikit jauh dari jangkauanku. namun siapapun tahu bahwa cinta itu buta, kan? dan aku... Ya, aku menyukai pemuda berparas indah itu sejak pertama kali melihatnya.


dan kau -masih dengan kebaikan yang tidak pernah bisa ku bayangkan- membantuku untuk mengenalnya. membantuku untuk mendapatkan tatapannya. kau dengan semua kebaikanmu itu. sahabat terbaikku. Kau adalah satu-satunya orang yang mengetahui perasaanku padanya. dan kau mendukungku, kau membantuku. aku harus berterima kasih akan hal itu. sungguh. 

meskipun, well, aku masih tidak mengerti dengan sikapmu yang terkadang berubah tak menentu itu. kau mendukungku untuk bisa bersamanya, namun terkadang kau menghentikan langkahku, meraih lenganku, menatapku, seakan ingin mengatakan sesuatu. dan sialnya, kata-kata itu tidak pernah terdengar sampai saat ini. aku -yang terlalu mencintai pemuda itu- tidak pernah peduli tentang kata-kata yang tak pernah terucap itu. hormon remajaku membuatku terpusat pada cinta konyol untuk pangeranku. 

hingga suatu hati, aku terjatuh. sebuah kenyataan pahit tentang pangeran impianku menghadangku. ya, dia sudah memiliki kekasih hatinya sendiri. 
aku terjatuh begitu dalamnya. menangis terluka tak tertahankan. aku merasakannya, perih itu... yang menyatu dengan gelap di tengah hujan badai dalam hatiku. konyol memang, namun aku benar-benar merasakannya. terjatuh telak karena kata klise bermakna cinta itu. aku jijik pada diriku sendiri. namun aku tidak bisa memungkirinya. aku terlalu rapun untuk menghadapinya. 

Tapi kemudian kau disana. dengan senyuman konyolmu, namun kali ini aku bisa melihat luka di wajah jenakamu. kau kembali tersenyum, senyuman menguatkan. 
"Aku terjatuh," kataku sedih. kau tidak mengatakan  apapun. kau hanya mengaguk dan mengusap air mataku, merangkulku hati-hati, menenangkanku dengan tatapan sendumu. kau mengulurkan tanganmu dengan senang hati, menarikku dari genangan luka yang teramat dalam itu. kau membersihkan semua lumpur yang ada dengan senyumanmu. kau mulai menggoreskan sebuah warna pelangi dengan candamu. 

Dan ya, kau berhasil mengusir semua luka itu. Kau berhasil mengukir cerita baru, senyuman baru, lembaran baru yang lebih indah. kau bekerja sangat keras untuk itu. seakan berusaha membuktikan pada dunia bahwa kau begitu penting dalam hidupku. satu hal yang kau tidak mengerti adalah, kau sudah sangat penting bagiku sejak pertama kali kau tersenyum konyol padaku. namun ya, julukan nona sejuta gengsiku memang tidak bisa diabaikan begitu saja. 

aku mulai terbiasa denganmu. aku bahkan mulai merasa gelisah tanpa keberadaanmu. aku bisa merasakan kau juga mengiyakan pendapatku. kau dengan senyuman konyolmu itu selalu menyimpan hal-hal lain yang akan membangunkan sisi lain hatiku yang gelap. kau dengan seluruh kisah indahmu itu...
 dan gadis itu, kau mengenalnya juga, kan? Ya, dia sahabat baikku. ia mengatakan suatu hal yang selama ini tak pernah ku pikirkan. Dia menyukaimu. sebuah kata yang begitu sederhana. sampai-sampai aku tidak yakin bagaimana cara memahaminya. Aku -saat itu- tentu saja merasa sangat bahagia. bagaimana tidak jika kedua sahabat dekatku bisa menjadi sepasang kekasih. dan aku -dengan senyuman lebarku- berjanji padanya untuk menjodohkan kalian berdua. well, saat ini aku memang meragukan apakah senyuman lebarku ketika berjanji padanya itu tulus atau tidak. karena, kau tau... itu juga menyentuh sisi gelap dalam hatiku -lagi-. 

Tapi kau tau diriku, ingat, aku adalah seorang gadis dengan sejuta gengsi. terlebih mengenai janji, jadi tentu saja aku akan melakukannya. Dan pada saat itu, aku bersumpah aku memang menginginkan semuanya berjalan baik. Aku memang ingin melihat kau bersamanya. atau setidaknya, aku ingin mengatakan tentang perasaannya padamu. satu hal yang tidak kuungkapkan -dan memang ku coba rahasiakan- adalah yang sebenarnya menjadi tujuan utamaku. melihat bagaimana responmu terhadapnya. itu saja, simpel bukan??

 
namun ternyata tidak sesederhana itu. Untuk kali pertamanya aku melihat wajah penuh kemarahanmu. wajah yang seakan-akan tidak menerima perkataanku. wajah yang tampak terluka sangat dalam. Saat itu, aku tidak mengerti tatapanmu. Aku tidak menegerti alasan yang membuatmu terluka. tidak, sama sekali tidak. aku bahkan tidak tau mengapa kau begitu marah ketika aku mengatakan perasaannya padamu. aku sama sekali tidak mengerti -bahkan sampai saat ini-. 
aku masih beranggapan itu adalah hal terbaik yang ku lakukan, hingga sebuah kenyataan mengguncangku. sebuah kenyataan yang seharusnya ku perhitungkan sebelumnya. 


Jarak...
ya, seharusnya aku memikirkan hal ini sebelumnya. seharusnya aku memperkirakan apa yang akan terjadi setelah apa yang ku lakukan -pengakuan itu-. well, aku memang sudah banyak berfikir, namun sepertinya ada beberapa hal yang terlewatkan. Ya, jarak itu. seharusnya aku menyadari opsi ketiga dalam pikiranku. harusnya aku tau itu. harusnya aku tau jika pengakuanku akan perasaan sahabatku hanya akan menyisakan jarak diantara kami. 
perlahan namun pasti, aku bisa melihat jarak itu semakin melebar. kisah kelamku, lembaran hitamku, akankah kembali dimulai sejak saat itu?

  dan kemudian, kau semakin menjauh. Saat itulah aku merasakan ketakutanku yang tak beralasan. atau mungkin memang beralasan, hanya saja aku tidak ingin mengakuinya. aku hanya mulai merasa khawatir ketika kau berhenti tersenyum padaku. aku mulai resah ketika kau tidak lagi menatapku. kau terdiam, masih dengan tatapan terluka yang begitu menyedihkan. Untuk sesaat, aku merasakan sebuah penyesalan dalam lubuk hatiku. aku ingin kembali menyentuhmu, mencari tau dan menghilangkan sorotan terluka dimatamu, aku ingin meminta maafmu -untuk alasan yang lagi-lagi tak kumengerti-. namun sejujurnya, aku berharap kita akan kembali seperti dulu. tersenyum bersama seperti dulu, berbagi canda tawa seperti dulu, dan kembali bersahabat seperti dulu...
namun aku sadar, mimpi hanyalah mimpi. Dan ketika kau duduk bersama sahabatku, bukankah aku seharusnya bahagia melihat kalian berdua?? tapi mengapa justru air mata itu yang mengalir??


Dan ya, aku terluka. Aku merasa hatiku semakin perih. rasanya begitu menyakitkan, melebihi rasa sakit yang pernah ku rasakan sebelumnya. dan sialnya, saat ini aku sendiri. dan aku tidak bisa menyalahkan siapapun tentang ini. aku sendiri yang telah mendorongmu menjauh. ya, itu adalah kesalahan terbesar dari hidupku. kesalahan yang membuatku menyesali kehidupanku, mengutuki kebodohanku. 


Aku merindukanmu... 
teramat sangat...
tidak peduli pada kisah barumu dengan sahabatku. tapi aku merindukanmu. aku merindukan kebersamaan kita...
aku membenci perasaan ini, namun aku tidak bisa menahannya. rasa perihku selalu menghimpit dadaku setiap kali mengingat kebersamaan kita. dan itu selalu membuatku kembali mengutuki diriku sendiri!

kau mungkin tidak akan percaya, tapi, ya... aku benar-benar merindukan hal itu. saat-saat terindah dalam hidupku, bersamamu...

                      saat kita pulang bersama setiap usai sekolah. 





ketika kau menghiburku di kala gundah. senyumanmu, canda tawamu, belaianmu, bahkan kebisuanmu. yang seluruhnya mengukir tawa itu kembali dalam diriku. 









  atau bahkan ketika kau lelah dan terluka.... 





dan...

 seluruh kebersamaan kita... tidakkah kau ingat itu???



well, mungkin ini yang seharusnya terjadi. kau dan aku, kau dan dia, aku dan dia, -dan- aku dan kau. aku mulai sedikit lelah, namun tenang saja aku takkan menyerah... walau mungkin akan sedikit melambatkan langkahku...
sudah terlampau dini hari untuk memejamkan mata, namun bukan itulah alasanku tidak ingin memejamkan mataku... melainkan dirimu. Ya, aku takut kembali memimpikanmu. kemudian kembali menangis seperti idiot. 

seseorang mengatakan sebuah kata-kata -yang sebenarnya tidak indah- namun entah mengapa tidak bisa terlepas dari pikiranku. 'Tidak ada persahabatan yang murni persahabatan diantara pria dan wanita, selalu ada cinta di antaranya'. konyol bukan??
dan kau tau, sampai saat ini aku masih tidak mengerti kisah masa laluku. alasan utama tawa dan tangis itu... hahahah... lupakan sajalah...

oya, apa aku lupa mengucapkan selamat untukmu?
tentu saja aku akan mengatakan hal itu. bukankah itu adalah tujuanku menulis catatan ini?
ya, selamat atas pernikahanmu dan dirinya. 
semoga kalian bahagia. 


sahabatmu, 
Aku...



11 komentar:

narnia mengatakan...

cherry,galau lagi kan?
hhhihihi
btw,ini kisah bneran ato cuma fiksa belaka?
*mikir*

Unknown mengatakan...

hihihihihi coba tebakkkkkk.... asli ato fiksiii

Anonim mengatakan...

Dtinggal kawin yagh, Zia???
Udah,,,sabar...banyak2 b'doa...
Insya Allah dapat yg lebih baik dari diriny,,,
"lelaki baik2 dpruntukkan utk wanita baik2..."

Unknown mengatakan...

hehehe blom nikah sih mba orangnya...
hm... tapi ya gitulah...
sedihnya sampe nusuk di hati,
bloon bgt yah akuuu...
xixixi
amin mbaa.........

Anonim mengatakan...

Ga ada yg ga bloon klo soal cinta & kasih sayang,,,
Tinggal bgmna mnyikapiny saja,,,

Jangan GALAU mulu akh,,,
Dunia t'lalu indah utk b'GALAU ria,,,

Unknown mengatakan...

hihihihi sip sip sip...
mba... kalau aku ga galau aku ga bisa nulis nantinyaa... hihihihihih

Unknown mengatakan...

Pukpukpuk...don't be sad,sweety honey bunny fruity smiles. I still recognized that
You are the kind of girl who's always smiling and loves to
laugh.
if u are falling down, she'll be
right there to pick u up.
she is the one that always says sorry, even if
it's not her fault.
even if she is feeling like the scum of the
earth, she will never let u know.
(Honestly) I don't like to mentioned the last paragraph,so I won't write it...Ough,km kok demen nyebarin Hormon Galau tho Cher...

Unknown mengatakan...

ehhhh mba Aini...
its so sweet, but the truly me is the last paragraph, im just little bit crazy, hehehe,

Carpe Diem mengatakan...

nice story ....

Nunaalia mengatakan...

beneran kisah pribadi ya Cher???
ikutan sedih n galau...

Unknown mengatakan...

Suka