Sabtu, 10 November 2012

HUJAN KEMARIN -06-


BAB ENAM
Way of sorrow.


Aku mengerutkan keningku ketika terbangun pagi itu. pening menghantam kepalaku, menusuk-nusuk setiap sudut tengkorakku. Membuatku meringis kesakitan. Aku merasakan tenggorokanku perih dan kering. Mataku panas dan tidak bisa terbuka. Aku ingin berteriak, takut akan gelap yang seakan menghatuiku. Namun tidak ada suara yang keluar dari mulutku, semuanya tampak kabur. Dan kemudian, aku bisa merasakan air mata meleleh di pipiku. Aku terisak dengan mata masih tertutup. Aku terisak penuh luka. Aku ingin memberontak. Namun tubuhku kaku.


“Izzi sedang sakit,” samar-samar aku mendengar suara mama dari balik pintu kamarku. Namun aku enggan membuka mataku untuk melihat mama sedang berbicara dengan siapa. Aku hanya ingin kembali tertidur dan melupakan semua kisah itu. namun kemudian suara pintu itu mengusik ketenanganku. Mama memasuki kamarku, duduk di samping ranjangku, membelai lembut kepalaku. “Sayang…”Aku membuka mataku perlahan. “Kita harus kerumah sakit,” aku menatap mama perih. “Kau sudah sakit seperti ini selama dua hari, mama khawatir kau terkena demam berdarah,” ujar mama. Aku hanya terdiam.
“Aku baik-baik saja ma,” bisikku pelan.
“Teman-temanmu banyak yang berkunjung, ini ada kiriman coklat lagi dari mereka,” aku melirik keranjang coklat cantik di meja kecil samping ranjangku. Kemudian mendesah, tidak tertarik untuk membuka kartu yang tertera disana.
“Apa Lena sudah kesini?” tanyaku. Mama terlihat kikuk.
“Sayang…”
“Aku tau,” potongku cepat kemudian membalikan tubuhku hingga membelakangi mama. Aku bisa mendengar isakan mama dari balik punggungku. Ingin rasanya aku menghapus air mata itu, namun tubuhku kaku tak bisa bergerak, bahkan untuk menghapus air mataku sendiri saja aku tidak sanggup.
                              ***
Beberapa siswa menyapaku ketika aku berjalan di koridor sekolah beberapa hari kemudian. Mereka tersenyum dan menanyakan kabarku. Aku tau mereka hanya bicara basa basi. Namun, Lena selalu mengajariku untuk bersikap ramah. Maka dari itu aku menjawab semua pertanyaan mereka dengan senang hati.
“Izzi,” panggil kak Lolita. Aku tersenyum memandangnya. “Kami sangat mengkhawatirkanmu,” ujarnya. aku hanya bisa tersenyum. “Bagaimana keadaanmu?”
“Sudah lebih baik kak, hanya demam biasa karena hujan beberapa hari yang lalu,” jawabku. Kak Lolita tersenyum tipis. Namun senyuman itu tidak menyentuh matanya. “Aku pergi dulu kak, sahabatku pasti sudah menunggu,” bisikku. kak Lolita menyulurkan tangannya ingin menahanku. Namun kemudian menariknya kembali. Aku berjalan dalam diam, meninggalkan semua kenyataan itu di belakangku.


“Izzi…” suara merdunya membuyarkan lamunanku. Aku menatap Lena yang berdiri di ambang pintu kelas kami. Ia terlihat lelah, namun masih cantik seperti biasanya. “Maafkan aku soal kemarin,” aku menatapnya perih. Aku merindukannya. Aku merindukan sahabat kecilku.
“Aku juga minta maaf,” aku berlari memeluknya. “Aku merindukanmu,” bisikku perih. Lena membalas pelukanku. Aku menghirup dalam-dalam aroma tubuhnya yang menenangkanku. “Aku harap kejadian seperti itu tidak pernah terulang lagi,”
“Ya tentu… maafkan aku,” bisik Lena. Aku bisa merasakan getaran di suaranya.
“Maaf karena aku telah meninggalkanmu,” bisikku. Lena mendesah lelah.
“Aku yang sudah meninggalkanmu,” ujarnya. aku menggeleng dan mempererat pelukanku, seakan dengan begitu aku tidak akan pernah kehilangan sahabatku.


Aku mendesah lelah ketika pelajaran hari itu selesai. Lena menyeringai lebar di sampingku. Hari ini ia akan membantuku latihan cheers. Oh tuhan, apakah ini hal yang harus aku bayar untuk mempertahankan persahabatan kami???
“Bagaimana kabar kak Stefan?” tanyaku sore itu ketika kami berjalan beriringan ke aula yang kosong di sore hari. Lena mengangkat wajahnya, menatapku sejenak kemudian tersenyum lebar.
“Dia baik-baik saja, dia ingin bertemu denganmu!” ujar Lena riang. “Kau tau, dia mengajakku bermain game bersama kemarin malam, dan coba tebak!! Aku mengalahkannya!” Lena terus bercerita tentang kak Stefan di sepanjang sore itu. sesekali aku terkikik geli mendengar ceritanya, dan benar-benar bersyukur karena akhirnya dia lupa sejenak akan latihan cheers yang begitu menakutkan dimataku.
“Bagaimana perasaanmu tentang Andrew?” tanyaku hati-hati. Dan wajah itu membeku. Ia menerawang cahaya senja dari balik jendela besar aula itu. “Maaf, aku tidak bermaksud mengungkitnya,” bisikku. Lena tersentak, seakan baru tersadar dari lamunannya.
“Tidak apa,” katanya riang, namun matanya terlihat perih. “Ayo kita latihan!!!” Lena bersorak riang. Aku menepuk keningku perlahan. Astaga!!!!
                              ****
“Wow!!!” pekik Lena kagum ketika melihat keranjang coklat di kamarku. Ia duduk di tepi ranjangku sambil mengagumi keranjang cantik itu. “Semoga kau cepat sembuh.” Bacanya. Aku mengangkat bahu, memandangnya dari cermin. “Kau yakin ini bukan dari Ethan?” desaknya. Aku duduk di samping Lena setelah mengganti bajuku dengan t-shirt dan celana pendek.
“Aku tidak tau Le,” ujarku gemas. Aku sudah mengatakan hal itu ratusan kali kepadanya. “Mama yang menerimanya, dan dia sama sekali tidak ingat seperti apa wajah orang yang memberikan ini,” tuturku. Lena mendesah dan mengerutkan keningnya. Ia merebahkan tubuhnya di kasur, kembali memandang langit-langit.
“Kalau begitu kita akan melanjutkan perjuangan cinta ini!” ujar Lena penuh semangat seperti biasa. aku menatapnya ngeri. “Kau jatuh cinta padanya kan?? Jangan jawab!” aku mendelikan mataku. “Aku bisa melihatnya, kau benar benar benar dan benar mencintainya.” Aku terkikik, ia mulai berlebihan. “Kita akan cari tau pengirim keranjang coklat ini!” matanya mulai bersinar-sinar penuh semangat lagi. “Dan aku yakin bahwa pengirimnya adalah Ethan!!!” wajahku memerah mendengar kata-katanya. “Lihat kan, dia sudah jatuh cinta padamu!!!”
“Le…” aku mendesah pelan. “Kurasa kita tidak bisa menebak seperti itu,” tambahku, meskipun dalam hati aku merasa begitu tersanjung mendengar kata-katanya.
“Kalau begitu, kita akan melakukan penyelidikan mulai besok,” ujarnya. aku meringis ngeri pada semangatnya yang menggebu-gebu.
                              ***
Aku memiringkan wajahku ketika mendengar suara familiar dari balik rak buku di perpustakaan sekolah siang itu.
“Oke, terima kasih,” ujarnya lagi kemudian menutup teleponnya. Aku mendesis ketika menyadari suara itu. aku harus sembunyi! Hati kecilku berteriak. Mataku memandang kesekeliling, mencari tempat persembunyian. Namun tampaknya aku terlambat, karena sosok jangkung yang super angkuh itu kini berdiri di belakangku. “Issabela,” bisiknya, suaranya terdengar terkejut. Aku membalikan wajahku dan menatapnya. “A…Aku dengar kau sakit,” tambahnya, kini terdengar kikuk. Aku mendesah. Benar-benar ketua yang sempurna! Desisku dalam hati.
“Ya, tapi sekarang sudah baik.” Jawabku dingin. Entah mengapa aku lelah bersikap baik padanya. Kak Sam mengangkat bahunya tak acuh.
“Baguslah!” ujarnya. aku sedikit terkejut mendengar nada kelegaan dari suaranya. “Kau tau, masih banyak artikel yang harus kau buat,” tambahnya. Aku mencibir dalam hati. Ah tentu saja, itu adalah alasan yang sangat tepat untuk perasaan leganya! Aku merasa sedikit bodoh karena sempat tertipu dengan nada suaranya beberapa saat yang lalu.
“Aku harus pergi,” ujarku. “Aku masih memiliki banyak tugas,” tambahku, kemudian berjalan tanpa menunggu jawabannya.
“Issabela,” panggilnya tiba-tiba. Aku menoleh. “Ah tidak apa,” ujar Sam setelah diam sejenak. Aku mengangkat bahuku tidak peduli, kemudian berlalu pergi.
                              ***
Aku mengerutkan keningku ketika selembar kertas putih terjatuh begitu saja dari pertengahan buku Matematikaku. Aku mengambilnya dan mengerutkan kening ketika membaca tulisan aneh di kertas itu.

‘Dan ketika malam tak berbintang, aku mengenangmu, seakan kaupun tengah mengenangku. Hatiku sakit melihatmu terluka, segeralah kembali bersinar matahariku…’

Aku membulak-balik kertas itu, mencoba mencari tanda pengenal dari pemilik kertas aneh itu. namun ketika aku sama sekali tidak menemukan apapun, aku membuang kertas itu. well, beberapa saat yang lalu aku memang sempat tersanjung ketika memikirkan kata-kata secret admirer. Namun entah mengapa sesaat kemudian aku malah membuang kertas itu. tidak adil memang, namun aku merasa sesuatu tengah mengincarku, sesuatu yang menyedihkan dan menuntutku menyiapkan air mata sialan itu.

14 komentar:

Unknown mengatakan...

cherry... makasih udah d posin... bsk y aq berkomentar... coz mlm ini g sanggup baca'y....

Unknown mengatakan...

hihihi sip mba riri... :) :)

anakcantik(Santhy Agatha) mengatakan...

Cherryyy ini belum tamat kan? aku tadi koment di sini tp komentku ga bisa muncul huhuhuhu ;'(
*peluk2*

anakcantik(Santhy Agatha) mengatakan...

pantesan komentku tadi ga keluar, krn aku posting koment di bab 7 tp meriksa nya di bab 6 hihihi maafkan akuuu...

Unknown mengatakan...

*peluk mba*
hihihi... aku suka berjalan2 ke tempat mba...
walau abisan itu pasti aku bakal tambah galau, blog mba isinya buat aku mereenung terus, hehehe

Anonim mengatakan...

Zia,,,, aq nebakny si Izzi bakal jadi ama si Sammuel,,, iya kan????
*spoilerny donk say,,,,

Anonim mengatakan...

Zia,,,, aq nebakny si Izzi bakal jadi ama si Sammuel,,, iya kan????
*spoilerny donk say,,,,

Unknown mengatakan...

Hehehe aku juga masih belum tau mba Riska...
masih bingung, akhrnya sama siapa yah... *merenung sendiri*

anakcantik(Santhy Agatha) mengatakan...

waaaa iya setuju sama mba eriska, pasti sama samuel ini ahkirnya...heeee blog-ku memang auranya galau yah hihihi,,, padahal udah kuselipin cerita2 lucu lho :D *peluk erat cherry*
jangan galau adeku sayang, ingat disini ada mbak-mbak mu yang selalu setia menemanimu hihihihi

Unknown mengatakan...

huhuhuhu yang ganteng itu kan Ethan!!! aku mau ama dia.... *loh loh ko jadi aku yang mau (?)*

tapi aku klo baca tulisan mba bawaannya serius, walaupun akhirnya lucu dan ga terduga pasti tetep merenung. heheheh
hihihi iya... makasii mba mba ku sayang... :) :) :)

anakcantik(Santhy Agatha) mengatakan...

iyaa adekku cintakuu

lhooo pengarangnya udah milih yang ganteng duluan nih berbahaya hehehe
aku ga sabar nih nunggu bab berikutnya, kabarin yah kalo dah ada cherryy :D

Unknown mengatakan...

eh bahaya yah??? *melongo sambil mikirin Ethan dan sam* padahal sam itu kan cuma cameo ceritanya....

sip sip mbaku.... :) :)

Fika Hikmah mengatakan...

Iyaa... Stuju sm mba eriska Izzi sm samuel aja haha.. *Ngarep*

Unknown mengatakan...

ko sama sam sih???
sam kan jutek mba Fika...
lagian gantengan Ethan, seriusan deh...
*menatap serius dan meyakinkan*