Minggu, 04 November 2012

Midnight Wishes -06-


ENAM
CINTA ITU...

Aroma alkohol yang tajam membuat Davela sedikit bergeming. Ia membuka matanya perlahan. Dan semuanya terlihat putih bersih. Davela terhenyak saat melihat sosok Raka tertidur di samping ranjangnya. Ia meraba wajah Raka yang begitu tenang. Namun ia bisa melihat gurat-gurat kelelahan yang teramat sangat. Wajah koboi kecilnya mulai terasa memudar karena genangan air mata yang terbendung.
Raka benar, aku tidak mungkin selamat. Aku akan mati. Dan kau harus bertahan... kau harus bertahan... andai aku memiliki lebih banyak waktu... andai saja... Tuhan... ku mohon...
“Kau sudah siuman?” tanya Raka sedikit  terkejut. Davela tersenyum lemah. “Syukurlah... karena aku tidak bisa tenang jika melihatmu terlelap seperti itu,”
“Ya, aku sudah bangun, sekarang kau bisa bebas pergi,” ujar Davela dingin. Raka menatapnya tidak percaya. “Pergilah, buatlah orang-orang yang membutuhkanmu tersenyum, pergilah, aku tidak mau kau melihat kematianku,” tutur Davela perih.
“Tidak bisakah kau bertahan??”
“Hm, untuk apa???”
“Untukku,” Davela tercekat. Ia menatap Raka sesaat kemudian memalingkan wajahnya kembali. Ia tertawa hambar penuh luka. “Maaf putri jika permintaanku keterlaluan, maaf, aku tidak seharusnya mengatakan ini, maaf, permisi...” ujar Raka seraya berlalu pergi. Davela tersenyum sinis pada dirinya sendiri.
Apa kau sudah puas???!!
***
“Kakek... ini aku, sekarang kita hanya berdua, kakek bisa dengar aku???  Aku senang kita akan terus bersama... aku senang tidak membiarkan kakek sendirian. Aku senang... kakek kita akan terus bersama... kakek bisa mendengarku?? Kek... ku mohon bangunlah... ku mohon...” bisik Davela perih. Ia menangis sesenggukan di samping tubuh kakeknya.
“Vella...” Davela tercekat. Perlahan ia berbalik. Irene ternganga menatapnya. Air matanya mengalir perlahan. Ia menggeleng tidak percaya.
“Dari mana kau tau aku disini?” tanya Davela perih. Irene tidak menjawab. “Untuk apa kau kesini??? Kau ingin mengejekku hah???” tanya Davela histeris. Irene menggigit bibir bawahnya keras. Kemudian berlari memeluk sahabat terbaiknya. “Untuk apa kau kesini??” rintih Davela dalam pelukan Irene.
“Vella, kau keterlaluan...” ujar Irene di tengah isakannya. Ia memeluk Davela erat.
***
Irene tak henti-hentinya memandang sosok Davela yang baru. Wajahnya terlihat pucat meski tetap nampak cantik. Rambutnya sudah berkurang banyak. Bahkan hanya dalam hitungan hari mungkin ia akan mengalami kebotakan. Tubuh semampainya tampak begitu lemah tak berdaya. Beberapa kali ia muntah-muntah di hadapan Irene.
“Aku membawa jus Wortel, ini juga ada pai apel, kemudian ada salad dengan sayur-sayuran khusus, ini kau lihat... kau bisa menghabiskan semuanya, kalau kau suka aku akan membawakanmu setiap hari, aku akan belajar memasaknya sendiri, aku berjanji...”
“Irene... Irene...  dengar...” Davela menyentuh wajah sahabatnya perlahan. “Kau tidak perlu repot-repot... semua ini memang sudah menjadi makananku disini...” ujar Davela perih. Irene tidak kuasa menahan tangisnya kembali.
“Kenapa... kenapa kau tidak mengatakan hal ini kepadaku??”
“Aku hanya tidak ingin membuat kalian sedih, apa yang lainnya tau?”
“Tidak, aku tidak mengatakannya, saat mendengar berita ini, hanya satu hal yang ingin aku lakukan, yaitu membuktikannya,”
“Siapa yang mengatakan hal ini?”
“Raka,” ujar Irene pelan. Davela tersenyum pahit, seharusnya ia tidak perlu bertanya. “Dia memintaku untuk menemanimu, setidaknya sampai...” Irene tidak mampu meneruskan kata-katanya.
“Sampai aku mati??” tanya Davela getir. Irene memalingkan wajahnya. “Apa lagi yang dokter itu katakan?”
“Tidak ada, aku hanya menemukan ini di kursinya,” Irene memeberikan selembar kertas kepada Davela.

                                                                     To you my princess
                                                                             Davela
If You're Not The One
If you're not the one, then why does my soul feel glad today?
If you're not the one, then why does my hand fit yours this way?
If you are not mine, then why does your heart return my call?
If you you are not mine, would I have the strength to stand at all?

I never know what the future brings
But I know you're here with me now
We'll make it through and I hope
You are the one I share my life with

I don't wanna run away but I can't take it, I don't understand
If I'm not made for you, then why does my heart tell me that I am?
Is there anyway that I can stay in your arms?

If I don't need you, then why am I crying on my bed?
If I don't need you, then why does your name resound in my head?
If you're not for me, then why does this distance name my life?
If you're not for me, then why do I dream of you as my wife?

I don't know why you're so far away
But I know that this much is true
We'll make it through and I hope
You are the one I share my life with

And I wish that you could be the one I die with
And I pray that you're the one I build my home with
I hope I love you all my life

I don't wanna run away but I can't take it, I don't understand
If I'm not made for you, then why does my heart tell me that I am?
Is there anyway that I can stay in your arms?

'Cause I miss your body and soul so strong
That it takes my breath away
And I breath you into my heart
And I pray for the strength to stand today

'Cause I love you whether it's wrong or right
And though I can't be with you tonight
And though my heart is by your side

I don't wanna run away but I can't take it, I don't understand
If I'm not made for you, then why does my heart tell me that I am?
Is there anyway that I can stay in your arms?

Davela terhenyak. Ia menghapus airmatanya perlahan.
“Dia mencintaimu Vell,” bisik Irene. Davela menggeleng. “Dia mencintaimu seperti kau mencintainya,” Davela menatap Irene sesaat. “Kau mungkin bisa membohongi orang lain, tapi kau tidak bisa membohongi aku, aku sahabatmu Vell, aku bisa melihat cinta itu,”
“Tapi Ren, ini tidak mungkin, kau tau, aku sakit... aku sakit!!! Dan aku akan mati...” bisiknya lemah.
“Setiap orang akan mati!!” ujar Irene geram. “Itulah mengapa tuhan memberikan kita kesempatan terakhir untuk menyempurnakan hidup ini,” tutur Irene tegas. Davela manatapnya ragu.
“Apakah aku masih memiliki kesempatan lain?”
“Tentu, itulah sebabnya Raka datang kepadamu,”
“Tapi saat ini dia sudah pergi... dia sudah pergi... dan aku yang menyebabkan kepergiannya,” Davela menangis perih.
“Dia belum pergi...” ujar Surya dari balik pintu.
“Dokter...”
“Pesawatnya di tunda setengah jam karena cuaca buruk,” tutur dokter tua itu hangat. Davela tersenyum lebar.
It is your second chance,” bisik Irene. Davela tersenyum dan mengaguk mantap. “Ayo kita bersiap, ku antar kau ke bandara,” ujarnya senang.
***

0 komentar: