Minggu, 04 November 2012

Midnight Wishes -05-



LIMA
KOBOI KECIL


Davela menghentikan langkahnya saat melihat setumpuk kertas di meja ruang tamu. Ia terduduk sejenak kemudian membaca beberapa kertas itu. Kertas-kertas milik seorang dokter tentu saja. Hampir sebagian kata-katanya tidak dapat ia mengerti. Ia tersenyum tipis saat melihat selembar foto usang. Foto seorang pemuda kecil dengan topi koboi yang begitu lucu. Pemuda itu tersenyum namun dengan mata yang sembab sehabis menangis.
DEG...
Davela terhenyak saat melihat foto kedua yang ia dapat. Foto yang memuat seorang gadis cilik dengan gaun pink menjuntai. Ia memang tidak begitu mengenalinya, namun wanita disampingnya tampak begitu familiar. Senyuman itu adalah satu-satunya yang selalu ia nanti selama ini.

‘Selamat ulang tahun Vella,’ ujar seorang pemuda cilik dengan topi koboinya. Davela mengendus kesal.
‘Panggil aku putri!!’ teriaknya keras sebelum menangis. Koboi kecil itu menggigit bibir bawahnya ketakutan.
‘Maaf putri...’ ujarnya gugup. Davela tersenyum lebar.

Davela tersenyum tipis. Koboi kecil itu kini sudah berubah. Koboi kecil yang selalu berusaha membuatnya menjadi seorang putri. Koboi kecil yang selalu melindunginya. Koboi kecil yang akhirnya pergi seiring dengan harapannya.
Davela menggeleng perlahan dan berlari menuju kamar sang koboi cilik. Ia menggenggam erat foto-foto usang itu. Namun langkahnya terhenti saat melihat sang koboi kecil tengah termenung menatap rembulan yang tak berbintang di ujung taman.
“Vella...”
“Ah ibu ada apa??”
“Ini ada surat untuk dokter Raka,”
“Biar Vella yang berikan,” Laras memberikan surat itu kepada Davela. Kemudian berlalu pergi.
Davela mengerutkan keningnya saat membaca pengirim surat itu.

KEMILITERAN ANGKATAN LAUT

Davela terhenyak. Namun ia tetap menghampiri sang dokter.
“Ada surat untukmu,” ujar Davela pelan. Raka terlonjak kaget kemudian berbalik. Ia mengaguk santun dan tersenyum. “Apa  maksudnya itu?” tanya Davela ragu. Raka tak bergeming kemudian tersenyum tipis.
“Bukan apa-apa, mungkin hanya persetujuan dari pusat,”
“Persetujuan untuk apa?”
“Aku melamar untuk menjadi relawan di Afganistan selepas tugasku disini,”
“Maksudmu??? Tugas di sini itu aku?? Jadi masalahku sudah selesai??” tanya Davela tidak percaya. Raka tersenyum getir tanpa memalingkan wajahnya dari rembulan.
“Maaf, tapi apa lagi yang bisa seorang dokter lakukan jika pasiennya sendiri sudah menyerah, lagi pula, tujuan hidupku sendiri sudah tidak menentu, aku hanya ingin sedikit berguna. Di sini aku sudah tidak di butuhkan lagi bukan? Dan urusan kesehatanmu sudah ku bereskan, dokter Surya akan menanganimu, dia lebih berpengalaman dibandinganku yang hanya memiliki semangat, namun melupakan kemauan pasienku sendiri,” tutur Raka perih.
“Jadi kau menyerah?” bisik Davela lirih.
“Tidak, tentu saja aku tidak ingin menyerah. Namun kau sudah membuka mataku, dunia ini luas. Dan banyak hal yang tidak sejalan dengan yang kita harapkan. Kau benar percuma saja kita melakukan segala pengobatan ini. Aku memang dokter terbodoh. Aku bahkan sempat membuang semua pelajaran yang ku dapat tentang kematian. Aku bahkan sempat berharap pada mimpi yang takkan pernah jadi nyata, hahaha aku sangat bodoh,” ujarnya getir. Davela meraba dadanya perlahan. Tetesan airmatanya mulai membanjiri relung hatinya yang terdalam.
Kau bilang kau akan selalu melindungiku, tapi kau bohong... kau menyerah...
“Maaf Nona, sudah terlalu larut, anda sebaiknya beristirahat,” ujar Raka  dingin. Davela mengaguk dalam diam kemudian berbalik.
Koboi kecilnya sudah menghilang... koboi kecilnya...
BRUK....
“Davela...!!!”
***

0 komentar: