Kamis, 27 Desember 2012

Bumiku


Hujan perlahan turun. Aku berdiri terpaku memandang tetesan itu dari balik kabut tebal. Asap hitam memenuhi seluruh sudut pandangku. Nafasku mulai terasa sesak. Hatiku sakit menahan isak tangis.
“Kau harus kuat,” ujar ibuku. Aku ingin menggeleng, aku tidak ingin mengiyakan permintaannya. “Ibu akan melindungimu,” ujar ibu. “Hanya sebentar lagi dan semuanya akan segera berhenti, kau harus bertahan,” ibuku terus mengulang-ngulang perkataannya bagai mantra yang memiliki kekuatan magis. Aku menangis dan menggeleng, merengek bagai bocah lima tahun.
“Aku tidak ingin ibu pergi,”
“Ibu tidak akan pergi, ibu hanya ingin melindungimu,” dan selalu itu yang ia katakan, menguatkanku. “Lihat, sebentar lagi bantuan akan datang. Kau hanya perlu bertahan sedikit lagi. Kau tau banyak orang membutuhkan dirimu, kau harus bisa membantu mereka. kau harus terus hidup untuk membantu mereka.”
Dan ibu akan pergi meninggalkanku?
Aku tercekat. Namun tidak bisa meneriaki pertanyaan itu. aku hanya bisa terdiam dan terdiam, bahkan ketika akhirnya lautan warna merah membara itu menutupi sosok ibuku hanya sedetik sebelum mereka datang.
Suara sirine mengaung-ngaung disekelilingku, namun tidak bisa mengalihkan pandanganku dari sosok ibuku yang menghitam dibalik kilauan membara si jago merah. Aku ingin menangis, dan memberontak. Namun tubuhku terlalu kaku.
Orang-orang mulai sibuk menumpahkan air, mencoba meredam amuk api itu. aku hanya terdiam, kaku tak bisa bergerak. Tiba-tiba hujan mulai turun bertambah deras. Entah membantu para pemadam kebakaran atau menumpahkan tetesan air mata kesedihan…
Samar-samar ku dengar seseorang berteriak. “Mohon bantuan, ada kebakaran hutan,” katanya lantang. Aku tersenyum miris. 
Ku tatap sosok ibuku yang sudah menjadi abu. “Apa yang harus ku lakukan bu? Haruskah aku melindungi orang-orang yang menyebabkan bumiku hangus seperti ini? Haruskah aku hidup untuk melindungi mereka yang membuat langit negriku menangis sedemikan derasnya?”
Teriakan itu kembali terdengar, kini tampak bertambah panik. “YA, BANYAK POHON YANG TERBAKAR!”
Dan salah satunya adalah ibuku…




3 komentar:

Unknown mengatakan...

Cherry... sadis amat,hikhikhikz

Nathalia Diana Pitaloka mengatakan...

blogwalking..
kereeennn! :)

naoki anxiantha citra mengatakan...

wuz kereeennnnn,,,