Kamis, 20 Desember 2012

GAUN MERAH






“Kau akan menikah?” suaraku terdengar begitu parau. Namun tidak ada jawaban dari sebrang sana. Aku tau ia masih disana, aku bisa mendengar desahan nafasnya yang lelah. Air mataku mulai menetes. “Mengapa kau tidak member tahuku?” tudingku perih. Masih belum ada jawaban.
Semenit… lima menit… hingga sepuluh menit kemudian…
“Aku takut kau akan terluka.”
“Lucu. Kalau takut membuatku terluka mengapa kau tetap akan menikahinya?” ia kembali terdiam, namun tidak terlalu lama.
“Karena aku mencintainya,” bisiknya. Aku terdiam. Air mataku tidak berhenti mengalir, tapi hatiku mulai mengeras penuh kebencian.
“Baiklah, kalau begitu aku akan datang,”
“Tidak.” potongnya cepat, bahkan tampak terlalu cepat. “Dress codenya adalah merah, kau tidak menyukai warna itu. Kau tidak memiliki satu gaunpun yang berwarna merah. Dan kau tidak akan sempat membelinya,” aku terdiam lagi. Ia benar. Aku membenci warna merah.
“Baiklah,” hanya itu yang kuucapkan kemudian menutup teleponku.

***
Aku tampaknya sedikit keliru, pesta pernikahan itu begitu meriah, ramai oleh tamu berbaju merah dan berjas hitam. Aku tersenyum, sebuah pilihan tema pernikahan yang sangat berani. Kemudian seseorang mulai berbisik-bisik sambil mencuri pandang kearahku. Dan bisikan-bisikan itu meluas, hingga akhirnya sampai ketelinga sang mempelai. Karena sedetik kemudian ia berdiri disana, beberapa meter di depanku dengan tuksedo hitamnya yang begitu indah.
“Elena…” desisnya. Aku tersenyum manis padanya. “Apa yang kau lakukan?” tanyanya gugup dan penuh ketakutan. Lagi-lagi aku tersenyum.
“Menghadiri pernikahanmu,” bisikku. “Lihat aku sudah memakai gaun merah,” ia menggeleng.
“Ini bukan gaun merah,” katanya seraya meraba bagian lengan gaun itu yang masih berwarna putih. Aku mendesah, ternyata masih ada yang terlewat. Kemudian aku mengeluarkan sesuatu dari dalam tasku.
“Ah, iya aku tidak menyadari bagian itu,” bisikku dan mulai menyayat kulit dibagian bawah gaunku. Matanya terbelalak.
“Apa yang kau lakukan?!” bentaknya keras.
“Menghadiri pernikahanmu dengan gaun merah,” bisikku pelan, sebelum ambruk karena kehabisan darah. 


4 komentar:

Shin Haido mengatakan...

Shin Haido menebah dadanya sambil berujar pelan "OH EM JI, ada darahhh" lalu kedua tangannya menepuk dipipi. menirukan gerakan unyu-unyu penyanyi K-pop.

Peace sista.. what a shocked story. ;) can;t wait to see the next chapter. Keep Up the Good Works

Unknown mengatakan...

Eh, hehehehehe mba Shin, blom bobo...
iya mba shin, mba juga keep spirit sama kisah tulisannya... :) :)

Unknown mengatakan...

Keren..
:-)

Carpe Diem mengatakan...

crta ya bgus.....