Rabu, 19 Desember 2012

I found you in london -05-


BAB 5


Kondisi kak Sandra berangsur-angsur pulih. Oleh karenanya dokter memperbolehkan kak Sandra pulang.
"Welcome home!!!!" Sambut Mark yang memang sengaja tak ikut. Dia ingin membuat suasana yang berbeda agar kak Sandra tak perlu lagi mengingat kejadian yang dialaminya.
"Mark turunkan aku!!!!" Teriak kak Sandra terkejut karena tiba-tiba Mark mengangkat tubuhnya.
"Percuma kamu memberontak kak, aku gak akan menurunkan kamu," kata Mark yang tertawa melihat raut wajah kak Sandra yang memerah.
"Mark, aku gak mau ngomong sama kamu kalo kamu gak mau nurunin aku sekarang!!!" Teriak kak Sandra lagi kali ini dia memasang muka marah.
Usaha kak Sandra sia-sia karena aku, Mark dan Mbok Nah makin tertawa, keras. Kak Sandra tak dapat lagi menyembunyikan keinginannya untuk ikut tertawa. Mark dengan sigap membawa kak Sandra ke kamarnya.
"Gimana suka gak sama kamar barumu?" Tanya Mark saat tiba di kamar kak Sandra. Kak Sandra melihat ke sekeliling kamarnya yang telah banyak kami rubah.
"Mark tolong turunkan aku," pintanya lirih. Kak Sandra masuk ke kamarnya memandangi seluruh ruangan dengan penuh tanya. Matanya terlihat sedih ketika barang-barang yang dulu menghiasi kamarnya sudah tak ada lagi.
"Aku suka cuma aku bakal kangen...." Kak Sandra tak ingin melanjutkan kata-katanya.
"Kangen apa kak?" Tanyaku pelan.
"Ah sudahlah lupakan saja," jawab kak Sandra cepat. "Kemarilah," kak Sandra mengulurkan tangannya kepadaku dan Mark. Kak Sandra memeluk kami erat.
"Aku lapar," Mark berceloteh di saat kami berpelukan. "Mark, kamu ini apa-apaan sih laperan trus, perutmu isinya apa sih?" Aku mengejek Mark. "Yah kamu, Ki. Serius deh aku laper banget," Mark mengelus-elus perutnya.
Kak Sandra tertawa melihat tingkah Mark yang memang tak pernah kenyang.  "Udah lah yuk kita ke bawah, aku juga lapar," ujar kak Sandra yang tak bisa berhenti tertawa. "Nah kaya kak Sandra dong Kian. Dia mengerti banget sama aku," Mark sangat senang mendapat dukungan dari kak Sandra. "Dasar perut karet," ejekku lagi.
Kamipun bergegas keluar kamar kak Sandra. "Eits tapi aku gak mau digendong lagi ya Mark," kak Sandra memperingatkan Mark. "Aku juga gak kuat kak kalo harus mengangkatmu sekarang," canda Mark.

****

Seminggu setelah kak Sandra keluar dari rumah sakit. Om Marcus  ternyata sudah membuat laporan kejadian yang menimpa kak Sandra. Om Marcus mengurus semuanya sendiri tanpa kedua orangtuaku, karena dia menganggap kalau orang tuaku hanya merepotkannya. Sekali-kali om Marcus mengajakku ke kepolisian. Aku ditugaskan menjaga kak Sandra agar dia tidak menjadi kecil hati.
Namun apa yang kami rencanakan tak semulus yang kami duga. Orang-orang yang memperkosa kak Sandra ternyata mempunyai link ke berbagai orang penting di pengadilan. Sehingga kami menemui banyak kesulitan.
Pemberitaan tentang kak Sandra telah dimanipulasi sehingga kebenaran dari cerita sebenarnya tak banyak yang tau. Keluarga kami pun banyak menerima teror supaya kami menghentikan segala tuntutan kami. Dari teror ringan sampai ancaman pembunuhan terhadap kak Sandra. Hal ini membuat om Marcus semakin geram.
"Inilah kalau kalian memperkarakannya. Sudah ku bilang lebih baik gugurkan saja," papa mencibir ke arah kami.
"Teddy kalau kamu gak mau memperjuangkan nasib anakmu, pergi dari ruangan ini," om Marcus berusaha untuk menahan emosinya.
“Aku rasa yang dikatakan Teddy ada benarnya,” ucap mama yang belakangan entah mengapa selalu saja mendukung papa dalam segala hal. Senang melihat mereka bisa kompak tapi sekaligus sedih karena yang mereka  lakukan bukanlah mendukung kami.
“Teddy, Frida, aku menghargaimu karena kalian orang tua dari keponakan-keponakanku. Kalo kalian memang gak mau mendukung kami, tutup mulut kalian atau pergilah dari ruangan ini,” ucap tante Dira sarkastis.
“Okey.... okey...” Ujar mama dan papa bersamaan.

****
Sebulan sudah kami melaporkan kedua teman papa ke kepolisian. Namun rupanya kasus tersebut tak mengalami kemajuan apa-apa, bahkan hanya diam di tempat.
Walaupun kami berasal dari keluarga berada, kami tak mau membayar polisi ataupun hakim agar masalah kami cepat seleai. Karena dengan memberi mereka uang, kami tak yakin orang-orang tersebut medapatkan hukuman yang setimpal.
Kami tak mau membuang-buang uang kami untuk orang-orang yang hanya mementingkan harta di atas segala-galanya.
Pemberitaan lama kelamaan jauh dari kenyataan sebenarnya. Walaupun banyak wartawan yang datang, hal tersebut tak membantu kami mengungkapkan kebenaran. Kak Sandra malah dituduh hanya mencari ketenaran semata. 
Teror datang ke keluargaku secara bertubi-tubi, hampir setiap hari ada saja telepon dari orang tak dikenal yang menanyakan kak sandra. Dari teror yang paling sederhana hingga teror untuk membunuh keluargaku, khususnya kak Sandra. Hal ini yang membuatku makin khawatir akan dirinya.
Pada akhirnya aku dan Mark membantu om Marcus dan tante Dira untuk mengusut kasus ini.
Hal ini membuat kondisi kejiwaan kak Sandra makin menurun. Kak Sandra jadi makin sering berdiam diri di kamarnya. Mbok Nah sering ku mintai tolong untuk menemani kak Sandra saat dia terjaga maupun tertidur.  Aku tak mau jika kak Sandra merasa sendirian. Jika aku dan Mark mempunyai waktu kosong, maka kamilah yang menemani kak Sandra.

****

Walaupun kak Sandra mengandung anak hasil perkosaan, dia tak pernah sekalipun berfikir untuk menggugurkan anak tersebut. Dia sungguh menyayanginya dengan sepenuh hati. Kak Sandra sering membacakan buku cerita untuk anak dalam kandungannya.
Segala aktivitas kak Sandrapun sangat kami batasi. Bukan karena malu tapi kami menjaga kondisi kak Sandra yang masih terpuruk.
Di kampusnya kak Sandra tak pelak mendapat cemooh dari orang-orang yang tak mengenal dirinya. Siapakah Sandra Alvaro? Bagaimanakah Sandra Alvaro?
Apa yang kami lakukan rupanya tak bisa mengalihkan perhatian kak Sandra. Yang aku takutkan adalah kak Sandra mencoba untuk bunuh diri lagi.
Kekhawatiran bahwa kak Sandra melakukan percobaan bunuh diri tidak menjadi kenyataan. Rupanya kini kak Sandra lebih kuat menghadapinya pikirku.
Perkiraanku kali ini pun meleset. Karena ternyata kondisi kejiwaan kak Sandralah yang terguncang. Hal ini mengakibatkan ia jadi sering murung dan menutup diri dari kami. Dia sudah tidak mau jika aku, Mark ataupun Mbok Nah menemaninya tidur.
Tuhan jika ini adalah hukuman untuk kedua orang tuaku, mengapa ENGKAU menjatuhkannya kepada kak Sandra? Kenapa tak KAU biarkan mereka atau aku dan Mark yang merasakan hukuman dari-MU, Tuhan? tanyaku dalam hati. Hatiku perih melihat keadaan kak Sandra sekarang.

****

“Om, aku ingin membawa kak Sandra ke psikiater,” kataku suatu hari pada om Marcus.
“Apa yang terjadi?” tanya om Marcus cemas.
“Gak ada apa-apa om, aku hanya berjaga-jaga aja,” jelasku tak ingin membuat om Marcus tambah cemas.
“Baiklah. Minta tolonglah pada tante Diramu untuk mencarikan psikiater yang terbaik untuk kak Sandra,” ujar om Marcus dari sebrang telpon.
“Baik om,” kataku singkat.
“Oh ya Kian mengenai biaya, om akan....”
“Jangan khawatir om. Aku rasa warisan kakek untukku lebih dari cukup untuk membiayai pengobatan kak Sandra,” potongku cepat.
Aku sudah tak ingin membebani om Marrcus lagi. Dia sudah terlalu banyak membantu keluargaku. Hanya masalah biaya, aku ingin menanggungnya sendiri.
“Kak, kita ke rumah sakit yuk,” ajakku pada kak Sandra yang sedang memandang keluar jendela dari kamarnya. Kak Sandra menoleh padaku tapi dengan cepatnya dia memandang keluar jendela lagi. Tak ada kata yang keluar dari mulutnya. Matanya menatap kosong.
“Mbok tolong bantu kak Sandra ganti pakaian yah,” pintaku pada Mbok Nah yang sedari tadi menemani kak Sandra.
“Baik, Mas,”
“Nanti kalo sudah selesai, tolong antar kak Sandra ke  mobil ya mbok. Aku menunggunya di mobil,” kataku lagi.
Mbok Nah mengangguk. Mbok Nah mengajak kak Sandra untuk berganti pakaian. Aku keluar untuk mengganti pakaian. Mataku tertuju pada nampan yang berisi makanan. Sarapan untuk kak Sandra pagi tadi tak disentuhnya sedikitpun. Mbok Nah tak berani untuk memaksa kak Sandra. Karena jika dipaksakan Kak Sandra akan marah besar.

****

Sebelum ke rumah sakit, aku memberitahu tante Dira mengenai maksud kedatangan kami.
Sesampainya di rumah sakit, kami dipertemukan dengan seorang psikiater terbaik di rumah sakit tersebut, dokter Carlos namanya.
Pertemuan pertama kak Sandra belum mau untuk berbicara dengan dokter tersebut. Kak Sandra hanya memutar kursi yang di dudukinya. Tingkahnya sungguh seperti anak kecil kecuali tubuhnya yang sudah beranjak dewasa.
“Dokter di dalam perutku ada bayinya, dokter tau?” ucap kak Sandra.
“Oh ya?” tanya dokter Carlos berpura-pura tertarik dengan ucapan kak Sandra.
“Dokter tau gak?!!!” teriak kak Sandra tiba-tiba.
“Saya gak tau Sandra bisakah kamu menceritakannya?” tanya dokter Carlos.
“Dokter apa kamu ini, hah? Masa gak tau sih. Dasar kamu ini dokter gak berguna!!!” kak Sandra terlihat sangat marah.
“Kian, aku mau pulang. Ngapain kamu membawaku ke dokter ini,” suara kak Sandra meninggi.
“Baik kak,” aku menyetujui perkataan kak Sandra.
Dokter Carlos mencoba untuk berbicara dengan kak Sandra tapi aku melarangnya. Aku gak mau liat kak Sandra mengamuk di rumah sakit.
Hari demi hari kak Sandra tak mau lagi untuk dibawa ke rumah sakit. Aku tak tega untuk membawanya ke rumah sakit secara paksa. Padahal papa dan mama sudah bersiap dengan segala kemungkinan.
Saat kak Sandra sedang dalam kondisi yang paling membuatnya terpuruk hanya Mbok Nah lah yang dapat membuatnya tenang, nyaman. Hanya dengan sebuah pelukan dan kasih sayang tulus yang diberikan Mbok Nah.
Hal ini tentu sedikit mengusik jiwa mamaku. Mama sebagai seorang ibu yang melahirkan tak dapat membuat kak Sandra tenang. Sering ku pergoki mama pergi ke kamar kak Sandra hanya untuk mengucapkan selamat malam atau hanya memberi sebuah kecupan di keningnya.
Tak jarang pula mama mengelus lembut perut kak Sandra. Jika sedang melakukannya, mama meneteskan air matanya.
“Maafkan mama, Sandra. Mama sudah terlalu jahat sama kalian, mama tak pernah memberikan perhatian dan kasih sayang mama untuk kalian. Tapi mama sayang sama kalian, mama cinta kalian,” ucap mama suatu malam saat semua orang sudah tertidur di kamarnya.
Walau telat, mama menyadari kesalahannya tapi aku bahagia. Lebih baik telat daripada tidak sama sekali.

****

“Ma, Pa, aku ingin membawa pergi kak Sandra dari negara ini,” kataku saat aku, Mark, mama dan papa berkumpul.
“Apa maksudmu, Kian?” tanya papa tak mengerti.
“Aku ingin membawa kak Sandra ke luar negeri. Aku ingin kak Sandra melupakan semua yang terjadi. Aku ingin agar kak Sandra tak lagi menjadi bahan berita murahan, pa,” jelasku.
Mama hanya bisa terdiam melihat tekadku. Tapi di matanya dapat kutemukan kalimat persetujuannya.
“Kemana kamu akan membawanya? Kamu pikir kamu bisa merawatnya? Gak semudah itu, Kian. Siapa yang membantumu untuk merawatnya? Dimana kamu akan tinggal?” tanya papa yang tak percaya jika aku dapat merawat kak Sandra.
“Aku akan membawa kak Sandra ke London. Aku juga akan membawa Mbok Nah bersama kami. Pertama mungkin aku akan menginap di rumah om Leo selama beberapa hari sebelum aku menemukan sebuah apartemen untuk ku tempati. Aku tak perduli kalian setuju atau tidak,” jelasku
“Memang kamu punya uang berapa banyak sih Kian? Apa yang kamu kerjakan untuk menghasilkan uang? Darimana uangmu, Kian?” papa benar-benar merendahkanku.
“Papa ingat kakek pernah mengajarkanku cara berbisnisnya? Aku masih ingat hingga saat ini. Aku akan menjual beberapa persen sahamku untuk modal hidupku di London dan modal awal usahaku. Om Leo pun selama ini telah mengajakku berbisnis kecil-kecilan di London. Jadi aku mengenal beberapa pengusaha,” jelasku.
Mama menggenggam tangan papa ketika papa akan membuka mulutnya. “Kami setuju Kian,” kata mama yakin. “Sudahlah Ted, biarkan Kian melakukan yang terbaik untuknya,” ucap mama ke papa.
“Okey okey. Tapi jika terjadi sesuatu terhadap kalian semua, jangan salahkan kami,” ancam papa. Aku mengangguk mendengarnya.

****

Restu dari kedua orang tuaku dan Mark sudah ku kantongi. Begitu pula restu dari om Marcus dan tante Dira.
Aku melangkah penuh kepastian untuk pergi ke London bersama kak Sandra dan Mbok Nah. Mark memutuskan akan tinggal selama beberapa hari bersama kami. Memastikan kak Sandra akan aman sampai tujuan.
Sampai ketemu tanah airku tercinta. Suatu saat aku akan datang kembali dengan penuh kebahagiaan, tak akan ada lagi kesedihan. Saat kak Sandra sudah tak ingat lagi tentang semua kejadian buruk yang menimpanya. Saat semua orang sudah melupakan Sandra Alvaro korban pemerkosaan yang terabaikan akibat hukum yang dapat dibeli.
****

INDEKS

5 komentar:

liatanubrata mengatakan...

Sedih liat sandra ky gitu #sambil peluk.. Semangat Kian n mark buat jagain sandra..suka ma critanya... :)

Ririn athaya mengatakan...

Mb cherry,kalo bisa ditampilin link buat ke bab sblumnya yaa..
Atau kaya di pornov gt.
Agak susah kalo liat dr hp nyari bab sebelumnya :)

Unknown mengatakan...

Baguuusss :D

Unknown mengatakan...

Ngga,ada di wattpad kak?

Unknown mengatakan...

Ngga,ada di wattpad kak?