Sabtu, 01 Desember 2012

PUTRI KELABU -21-


BAB DUA PULUH SATU


3 tahun kemudian
Hembusan angin itu terasa begitu menyejukan. Seorang gadis cantik mengencangkan jaket kulitnya ketika keluar dari bandara soekarno hatta. Ia mendesah seraya melirik jam tangan cantiknya sekilas.
“Nona, yang lainnya sudah menunggu di hotel,” ujar seorang lelaki paruh baya yang mengenakan seragam hitam. Gadis cantik itu mengaguk pelan, membetulkan letak kaca mata hitamnya dan berjalan menunduk. Rambut indahnya dibentuk menyerupai ekor kuda yang halus, bergerak seirama dengan langkahnya yang anggun.
Berkali kali ia menghela nafas dalam mencoba menghalau gemuruh hatinya yang tak menentu. Wajah cantiknya tampak pucat. Matanya terus menatap awas keluar kaca mobil. “Apa nona baik-baik saja?” Tanya Tedi sang supir. Gadis itu hampir saja terlonjak karena terkejut. Namun kemudian ia menyandarkan punggungnya, memejamkan matanya sesaat kemudian mencoba kembali tenang.
“Ya,” jawabnya pelan. Suaranya merdu bagaikan lonceng, namun dingin dan penuh ketakutan.
Ayolah, aku hanya akan berada di Indonesia selama beberapa jam. Aku harus bisa bertahan. Bisiknya seakan mengucapkan mantra untuk dirinya sendiri. Namun bukannya merasa tenang, gemuruh hatinya malah bertambah tidak menentu.
Aku harus tenang. Aku harus tenang. Aku tidak mungkin bertemu dengan mereka di sini. Memikirkan hal itu membuat mata gadis itu memanas, sudah tiga tahun ia mencoba untuk menahan seluruh emosi itu, namun tampaknya semuanya sia-sia. Duduk di dalam mobil dengan bersupirkan orang Indonesia, berada di keramaian orang Indonesia dan menjadi orang Indonesia tampaknya tidak membuatnya merasa lebih baik.
Gadis itu kembali terlonjak ketika ponselnya bergetar. Ia menggeleng pelan untuk menghela rasa ketakutannya. Ini sudah tiga tahun, dan seharusnya ia sudah bisa menguasai dirinya lagi.
“Halo,”
“Val, kau akan datang bukan?” suara di serbang sana terdengar sedikit khawatir.
“Tentu. Aku akan berada di sana dua puluh menit lagi.” Jawab gadis itu. Tedi melihat majikannya dari kaca spionnya, kemudian kembali menatap jalan yang berdebu. “Aku ingin semuanya disiapkan sebaik mungkin,”
“Ya tentu. Cepatlah datang semuanya sudah menunggu,” dan kemudian teleponnya terputus. Valerina, begitu gadis itu kerap dipanggil, melepaskan kaca mata hitamnya, membiarkan mata coklat jernihnya menerawang jauh ke depan. Sudah tiga tahun, dan aku akan baik-baik saja. Batinnya.
***
Aroma mawar langsung menyerbu indra penciumannya ketika ia melangkah masuk kedalam aula besar salah satu hotel terkenal di Jakarta. Ia tersenyum singkat pada beberapa orang yang ia temui di pintu masuk. Tubuh semampainya dengan mudah melenggang masuk dan menemukan orang yang meneleponnya di perjalanan tadi.
“Selamat siang,” ujar Valerina sopan kepada beberapa orang berpakaian rapih di hadapannya.
“Ah Valerina, akhirnya kau datang juga,” ujar gadis cantik berambut pendek. Valerina kembali tersenyum dan menjabat orang-orang yang ada di hadapannya. Wajahnya datar dan professional.
“Maaf membuat anda menunggu,” ujarnya formal.
“Ternyata kabar tentang kecantikan anda memang benar adanya,” ujar seorang pria jangkung berjas coklat tua. Valerina hanya tersenyum singkat kemudian mengaguk santun.
“Maaf sebelum acara ini di mulai, saya harus bicara dengan nona Keysa sebentar. Permisi.” ujarnya. Keysa melongo. Melirik kikuk tamu-tamu terhormat di hadapannya kemudian berjalan mengikuti gadis cantik itu. Ia mendesah pelan, menyadari kegagalannya untuk menghindari badai. “Aku suka hasil kerjamu,” ujarnya sambil lalu. Keysa berjalan tertunduk di belakangnya.
“Aku hanya mengikuti instruksimu,” jawabnya datar. “Tapi Val, mengapa kau menggunakan warna kelabu ini?” ia melirik kain satin yang menjadi penghias dinding di sampingnya. Valerina menghentikan langkahnya. Keysa tercekat, menyadari kesalahannya sekali lagi. Bagaimana ia bisa lupa kalau kehidupan pribadi rekan kerjanya adalah hal yang tidak boleh ditanyakan. “Maaf,” bisiknya. Tapi toh siapa yang tau jika warna kelabu ini menyangkut dengan kehidupan pribadinya?
“Aku hanya berusaha membuatnya sesuai dengan tema.” Bisik Valerina dingin, kemudian kembali berjalan. “Ini adalah gaun-gaun terakhir yang akan diperagakan hari ini, kau sudah menyiapkan modelnya bukan?” Tanya Valerina ketika mereka sampai di ruangan lain yang lebih tertutup. Keysa melongo melihat gaun-gaun cantik di hadapannya. Sudah dua tahun ia bekerja dengan gadis itu, dan selalu saja ia terkagum dengan rancangan indah Valerina. Meski sampai saat ini ia selalu bertanya-tanya bagaimana mungkin ia merasakan kagum, ketakutan, dan sedikit perih ketika melihat gaun-gaun indah bernuansa kelabu itu. Seakan semuanya dirancang untuk menghadiri pemakaman yang begitu  fenomenal. Ya, pemakaman sesuatu yang begitu berharga.
Seakan baru tersadar dari lamunannya, Keysa mengaguk cepat. Valerina mengaguk dan berlalu pergi. Begitu angkuh dan formal. Dua tahun berlalu, dan ia sama sekali tidak pernah melihat mata itu tersenyum. Wajahnya seakan memang diciptakan untuk hanya menunjukan senyum formalitas yang anggun dan dingin. “Ah, tunggu dulu,” ujar Keysa saat tersadar akan sesuatu. “Beberapa media ingin meliputmu,” Valerina membeku diambang pintu.
“Aku tidak ingin ada publikasi.” Ujarnya dingin. Keysa menggigit bibir bawahnya, membulatkan tekadnya.
“Val, ini adalah debut ketigamu. Kau pasti akan sangat terkenal, kau salah satu orang Indonesia yang sukses dalam bidang Fashion di Perancis. Dan kini kau kembali, tentu saja hal ini akan sangat membanggakan.” Tutur Keysa. Valerina memutar tubuhnya hingga berhadapan dengan sosok cantik Keysa.
“Tidak ada publikasi.” Bisiknya tajam, membuat Keysa tergagap di tempatnya. Dan ketika gadis itu kembali pergi, barulah Keysa bisa bernafas dengan lancar. Ia masih tidak mengerti dengan keangkuhan putri cantik itu. Apa sulitnya duduk di depan wartawan, menjawab sedikit pertanyaannya? Renungnya kesal. Sampai kapan gadis ini akan bersembunyi di balik karya-karya indahnya?






4 komentar:

Fathy mengatakan...

cherryyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyy

knp g bilang ini dilanjutkan???
hiks hiks hiks
sudah menunggu diriku ini

naoki anxiantha citra mengatakan...

aih....
Cherrrrryyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyy sayang akhirnya diposting jg....
Maksih maksihhh....
#peluk erat(ga pake tali) n cium,,,,

naoki anxiantha citra mengatakan...

inikah alasan ganti wallpaper?...
Hehehehe#kepo

Nunaalia mengatakan...

cherry... val itu kimi ya??
kok jadi designer? bukannya kuliah kedokteran yaa??