Kamis, 13 Desember 2012

HUJAN KEMARIN -27-


BAB DUA PULUH TUJUH
I Miss You


Aku membanting pintu kamarku dengan keras, menguncinya. Kamar ini tidak terlalu besar, bahkan terlampau tua. Namun aku begitu tenang di sini. Begitu aman menangis disini. Begitu terlindungi.
Ketukan pintu itu terdengar. Aku berjalan perlahan ke depan mejaku, memandang mendung di balik jendela kamarku yang usang. Kupeluk erat-erat lututku. Menekan seluruh keperihan dalam dadaku.
Ketukan itu kembali terdengar. Tapi aku tidak ingin menoleh. Aku tidak ingin membukanya. Aku tidak ingin melihatnya. Aku tidak ingin merasa tercampakan lagi.
Aku tidak pernah mengerti dengan semua jalan ini. Bukankah ini yang ia inginkan. Bukankah ia ingin agar aku menjauh. Bahkan dengan piawai ia menuliskan sebuah skenario yang dengan jelas menghapuskan peran dirinya dalam kehidupanku. Menghapuskan cinta yang kini menyisakan lubang besar dalam hatiku. Aku membenci diriku sebesar aku membenci dirinya. Membenci kerapuhanku. Bukankah aku kehilangan seluruh ingatanku? Tapi mengapa aku tidak juga kehilangan perasaan perih itu? mengapa aku masih merasakan sakit ketika melihat sosok tampannya?
“Izzi… aku tau kau di dalam,” bisiknya. “Aku ingin bicara denganmu, ku mohon.” Kata-katanya begitu lirih, penuh pinta yang mungkin bisa membuatku luluh. Tapi aku sudah mengunci hatiku, seperti aku mengunci pintu tua itu. ia terdiam cukup lama, hingga membuatku berpikir ia sudah pergi.
Dan mungkin dia memang sudah pergi. Toh aku memang tidak penting untuknya, buktinya ia membuangku dengan mudahnya. Memanfaatkan amnesiaku untuk meninggalkanku. Tapi kemudian aku menangis, merasa begitu sedih dengan pemikiran itu. Aku merindukannya.
“Maafkan aku,” bisikkan itu terdengar begitu pelan. namun bisa membuat tubuhku terlonjak. Ia masih disana! ia masih di depan pintu kamarku!! Sorakku dalam hati. Dengan segera aku beranjak dari kursiku dan berjalan menuju pintu. “Maafkan aku karena telah melakukan semua kebodohan itu. Tapi kau memang harus pergi dari hidupku,” kata-katanya membekukan tubuhku didepan pintu. Kutarik kembali uluran tanganku yang hampir saja menyentuh handle pintu. “Aku pikir, aku yang akan meninggalkanmu. Namun kemudian selalu kau yang meninggalkanku,” ia terdiam sejenak. Suaranya terdengar serak dan lelah.
“Aku pikir itu adalah yang terbaik untuk hubungan kita. Untuk dirimu…”
Tidak!!!
Hatiku meronta. Aku tidak bisa menerima kebaikan apapun jika itu berarti harus membuatku kehilangan cintaku.
“Kau benar, aku memang sangat bodoh. Aku minta maaf atas semua skenario itu. Aku minta maaf atas semua kebohongan itu. Tapi orang tua mu benar-benar mencintaimu, mereka mencarimu.”
Dan kau tidak??? teriakku dalam hati. Apa kau tidak mencintaiku? Apa kau tidak mencariku?
“Dan Ethan juga sangat mencintaimu.” Bisiknya dingin. Kini aku tidak lagi menyeka air mataku. Aku lelah dengan semua ini. Semua orang tampak mencintaiku, tapi orang yang ku rindukan malah tidak mencintaiku. Apakah itu hal yang adil?
“Aku minta maaf…”
Berhenti meminta maaf!!! Tidak bisakah kau hanya mengatakan bahwa kau mencintaiku. Kau menginginkan hubungan kita kembali?? Tidak bisakah aku mendengar itu???
Aku tersenyum mengejek. Apa-apaan aku ini, aku bahkan tidak mengenalnya, bagaimana mungkin aku sangat menginginkannya? Ada apa dengan pria ini? Siapa dia? Sebesar apa cintaku padanya?
“Aku mengerti jika kau memang tidak bisa memaafkanku. Aku memang tidak pantas menerima maafmu. Aku sudah terlalu banyak menyakitimu. Aku terlalu sering mengecewakanmu. Aku memang terlalu bodoh karena telah menyia-nyiakanmu,” ia meninju pintu di hadapanku, hingga aku terlonjak. Hatiku perih mendengar semua pengakuannya. Aku bisa mendengar isakannya yang samar-samar dari balik pintu itu. “Tapi aku sangat merindukanmu…”
Deg…
Hatiku mencelos.
“Aku merindukanmu. Aku ingin bertemu denganmu, aku tau ini sangat memalukan. Tapi aku benar-benar ingin melihatmu. Kumohon, bukalah…” aku menutup mulutku erat-erat untuk menahan isakan itu. “Aku mencintaimu Isabella,” isaknya. “Aku selalu ingin bersamamu. Aku selalu ingin menjagamu,”
Tapi mengapa kau mendorongku menjauh???
“Aku benar-benar merindukanmu. Aku tidak bisa melupakanmu, sekeras apapun usahaku untuk itu. tapi aku tau ini adalah jalan yang terbaik. Ini hanya masalah waktu, dan suatu saat kita akan benar-benar terpisah.” Aku menyandarkan keningku di pintu tua itu. menangisi kebodohanku. “Maafkan aku,” bisiknya. “Aku pergi,”
Dan duniaku menghilang.


“Semudah itu?” tanyaku ketika membuka pintu dengan segera. Sosok itu hanya lima meter di hadapanku, namun aku merasa ia begitu jauh. Tak akan pernah terjangkau walau aku berlari untuk mengejarnya. Ia membelakangiku, sudah siap untuk pergi meninggalkanku. “Semudah itu kau akan meninggalkanku?” tanyaku perih. ia tidak berbalik, namun dengan jelas menghentikan langkahnya. “Aku tidak mengingatmu, aku tidak tau siapa dirimu, aku tidak tau apa yang sudah terjadi di antara kita. Aku tidak tau apapun! Tapi entah mengapa aku tidak bisa berhenti memikirkan dirimu. Aku bahkan masih merasakan perih itu di sini!” aku menekan dadaku dengan keras. Meresapi seluruh kekosongan yang menyakitkan itu.
“Siapa dirimu??!!!! Mengapa kau lakukan ini kepadaku??! Mengapa kau terus menyakitiku??? Bahkan dengan semua omong kosong itu! mengapa kau terus membuatku  perih? siapa kau? Sepenting apa dirimu untukku? mengapa aku selalu merindukan dirimu??!!!!!” aku berteriak keras. Menumpahkan seluruh perih dan lukaku yang sejujurnya membuatku benar-benar muak.
“Sebesar apa cintaku untukmu hingga aku tidak bisa membenci orang yang jelas-jelas mencampakanku?” aku menangis keras. Tidak lagi menutupi seluruh isakan itu dengan tanganku. Aku ingin ia mendengarnya. Aku ingin ia tau!
Tapi sosok itu masih terdiam untuk beberapa saat. Tangannya mengepal di kedua sisi tubuhnya. Mungkin ia marah kepadaku, mungkin ia ingin memukulku, mungkin ia akan kembali menyakitiku. Tapi aku tidak peduli, asalkan ia tetap berada di sampingku.
“Aku merindukanmu,” bisikku pelan. Ku coba untuk menenangkan gemuruh hatiku. mencoba berdiri setegar mungkin. Meskipun aku sudah tidak memiliki kekuatan untuk sekedar mengangkat tanganku. Aku lelah Tuhan. Teramat lelah. Aku ingin menyerah, mungkin untuk beberapa alasan, kematian akan menjadi sesuatu yang lebih baik.
Kemudian tubuh jangkung itu berbalik dengan cepat. Mataku terbelalak ketika ia memelukku. Menekan tubuhku ke tubuhnya. Aku kehilangan kontrol atas tubuhku ketika luapan emosi dalam diriku meledak. Ia memelukku erat. Menekan seluruh luka itu semakin dalam. Membuatku semakin perih ketika memikirkan jika ia mungkin akan melepaskan pelukannya dan berlalu pergi.
Aku masih terpaku tak percaya dengan apa yang ia lakukan. Tubuhnya keras dengan aroma maskulin yang begitu memabukan. Tangannya dengan erat mengunci punggungku. Tiba-tiba aku merasakan tetesan air di bahuku. Ia menangis.
“Maafkan aku, maafkan aku Isabella, maafkan aku…” ujarnya parau. Aku terisak di bahunya. Ia membelai kepalaku dengan lembut. Seluruh perasaan itu terasa seperti mimpi. Seluruh kerinduanku yang tak masuk akal. Seluruh asaku tentangnya.
“Aku merindukanmu,” bisikku di tengah-tengah isakanku. Ia mengangguk.
“Aku tau.” Ia mengecup rambutku.
Tuhan… aku merindukannya, aku merindukan pria ini dengan alasan yang tidak ku mengerti. tapi aku tidak ingin ia pergi. Aku tidak ingin pergi darinya. Aku tidak ingin ia jauh dariku. Tuhan…  ku mohon…

“Aku mencintaimu,” bisikku tercekat. Ia tertegun sejenak, kemudian memelukku semakin erat. Memelukku seperti ia benar-benar mencintaiku, membalas kasih yang memenuhi relung hatiku.
Tuhan… ku mohon… jagalah ia…


              ****



7 komentar:

christinee mengatakan...

Hiks hiks.. Di kantor jd nangis baca ini, Cher...huhuhuhu...endingnya harus happy ya Cher, plisss ;-)

Unknown mengatakan...

christinee.... ini kan happy ceritanya, hihihihi
itu akhirnya sam ketemu sama Isabella, masa masih bikin sedih???

Unknown mengatakan...

Cherry,, hikshikshiks

Unknown mengatakan...

masih ga ngerti kenapa pada sedih di bagian yang *seharusnya* bahagia ini, hihihihi

christinee mengatakan...

Cher, di bgn ini sedih, nangis mlh, krn kan msh penasaran.. Love u Cher,thank you buat kiriman epubnya.. *peluk erat* :-) ;-)

Unknown mengatakan...

eh iya yahh... kayaknya kurang gregett nih di bab2 terakhirnya, aku ganti lagiii ahhh... hihihihi

Unknown mengatakan...

ur velcome christine...
*peluk erat juga*