Sabtu, 01 Desember 2012

PUTRI KELABU -22-


BAB DUA PULUH DUA


Peragaan busana hari itu berjalan lancar. dan memang selalu begitu, semua mata menatap antusias pada gaun-gaun yang diperagakan. Nuansa kelabunya membuat semua mata tercengang. Begitu kontras dengan mawar putih yang menumpuk indah di sisi ruangan. Keysa melirik sosok Valerina yang berdiri jauh di sudut ruangan, menatap serius pada model-model yang berjalan anggun di cat walk. Ia mendesah, entah apa yang membuat gadis itu bersikeras tidak ingin menunjukan wajahnya sendiri di tanah kelahirannya.
“Aku dengar perancangnya datang hari ini,” bisik seorang wanita cantik berbusana kasual. Keysa tergagap.
“Ah, iya.” Ujarnya sedikit terkejut.
“Tidakkah ia ikut berjalan disana? Dengan model-model yang memperagakan gaun cantiknya?” Keysa tersenyum kikuk. “Maaf, apakah dia… hm… mempunyai suatu masalah? Maksudku, apakah ia cacat atau apa?” tanyanya lagi. Keysa menatapnya kesal.
“Dia hanya tidak suka terekspos,” ujar Keysa dingin.
“Tapi ini adalah peragaan busananya, bagaimana mungkin ia selalu bersembunyi di balik semua ini,”
aku juga berpikiran seperti itu. “Entahlah,” bisik Keysa akhirnya. Ia kembali melirik sosok cantik Valerina yang berdiri jauh di belakang. Tuhan, sebenarnya ada apa dengan gadis itu??
Keysa menatap ponselnya heran ketika benda itu bergetar. Apa lagi sekarang? Runtuknya, ketika membaca nama yang ada di layarnya, Dion, orang yang menjadi penanggung jawab acara hari ini.
                                                ***
“Sial!” runtuk seorang pria muda berjas biru tua kesal. “Bagaimana mungkin ini bisa terjadi, aku sudah mengatakannya padamu,” ujarnya pada pria paruh baya di hadapannya.
“Maaf ada kesalah pahaman disini,” bisik pria paruh baya itu penuh sesal. “Mungkin kami bisa membereskannya dalam jangka waktu dua hari lagi,”
“Dan maksudmu mengundurkan acara kami?! Jangan bercanda!” ia benar-benar kesal. Wajah pria paruh baya bernama Rudi itu memucat ketika melihat seseorang berjalan menghampiri mereka.
“Ada apa?” Tanya pemuda itu dingin.
“Gedung itu di pakai untuk acara Fashion show sialan!” runtuk Ben. Pemuda di hadapannya mengaguk pelan. Ia menatap lurus pada hotel berbintang di hadapannya.
“Gunakan Wide tower,” ujarnya tenang. Ben mendesah, benar-benar kesal. Semua rencananya gagal total. Namun ketika atasannya sendiri yang berkata seperti itu, ia tidak bisa berkata apa-apa lagi. “Seminarnya akan kita adakan di kampus yang bersangkutan,” tambahnya. Ben mengaguk mengerti. “Aku tidak ingin ada kesalahan lagi kali ini.” Ia berbalik.
“Kakak,” panggil seorang gadis cantik berbusana abu-abu. Ia melambaikan tangannya pada pemuda jangkung itu dengan riang.
“Apa yang kau lakukan di sini?” Tanya Pemuda itu heran.
“Menghadiri Fashion Show, apa lagi?” tanyanya.
“Terbang jauh dari Tokyo hanya unttuk ini?”
“Hanya untuk ini? Jangan main-main kak, aku sudah menantikannya sejak dulu, kau tau untuk menghadiri Fashion show dengan Brand sefenomenal ini aku bahkan rela melakukan penerbangan lebih dari ini,” Pemuda itu mendesah dan mengaguk. Menyerah pada antusiasme adiknya. “sudahlah, aku sudah terlambat, kakak mau masuk bersama ku?”
“Tidak, aku ada pekerjaan,”
“Hm, baiklah,” ia melenggang anggun menuju aula.
“Ah Vero,” panggilnya tiba-tiba. Gadis cantik itu menoleh. “Datanglah ke kantorku setelah kau selesai,” tambahnya. Vero mengaguk dan tersenyum sebelum menghilang di balik pintu aula yang begitu besar.

1 komentar:

Nunaalia mengatakan...

itu vero n raka ya??
mrk berada di gedung yg sama dgn val ya??