Sabtu, 01 Desember 2012

I found You in London -01-

BAB 1

Aku tak pernah diminta untuk dilahirkan dalam kondisi keluarga yang serba berlebih. Aku hanya ingin berada di tengah-tengah keluarga yang bisa saling mendukung dalam susah ataupun senang, saling menghargai. Tapi hal itu tidak terjadi di keluargaku.
Aku lahir dari keluarga pengusaha sukses, yang seakan-akan harta mereka takkan pernah habis tjuh turunan. Aku mempunyai seorang kakak perempuan, Kak Sandra yang teramat mencintaiku dan adikku dengan segala caranya. Dan satu orang adik laki-laki, Mark yang super arogan namun penyayang. Sedangkan aku sendiri adalah seseroang playboy sejati.
Aku tak perlu mengejar wantia manapun karena merekalah yang mengejar-ngejarku. Tiap hari aku bisa bergonta ganti pasangan semauku, yang manapun aku mau. Yah walaupun sebenarnya tak satupun dari mereka yang benar-benar aku cinta.
Tak hanya sekedar bergonta ganti pasangan yang kulakukan tapi hampir setiap hari aku bisa menghabiskan waktu untuk pergi ke semua klub malam. Aku jarang di rumah, kebanyakan waktuku, ku habiskan di luar rumah. Toh orang tuaku juga takkan perduli dengan keadaanku dan kedua saudaraku.
“Kian!” seru Kak Sandra setelah dia mengetahui apa yang kulakukan di luar sana.
BRAKKK!!!!
Pintu kamarku terbanting terbuka. Di depannya ku lihat muka kakakku yang memerah menahan amarah. Ku hadiahkan sebuah senyum indah untuk dirinya. Namun rupanya senyumku tak bisa menghilangkan amarahnya.
Plakk!!!! Plakkk!!!! Plakk!!!
Tiga tamparan mendarat di pantatku.
“Awwww!” teriakku sambil mengusap-ngusap pantatku yang terasa panas. “Kakak apa-apaan kau ini?” tanyaku tak kalah sengitnya. “Kau yang apa-apaan? Kenapa sih kamu gak bisa berbuat sedikit normal? Kenapa kau selalu membuat masalah? Kenapa ....” tanya kak Sandra bertubi-tubi tapi kemudian berhenti.
Dipandangnya aku dengan penuh kasih sayang. Matanya berkaca-kaca, air mata itu akan segera keluar. Ku peluk kakakku tercinta.
“Hussssttt, katakan padaku pelan-pelan kenapa kau sangat marah padaku?” tanyaku pelan.
Dilepaskannya pelukkanku. “Kian sebenarnya apa maumu? Aku tau kita lahir dari keluarga yang tidak harmonis seperti keluarga lain. Tapi taukah kau, aku berusaha agar kau dan Mark merasa seperti keluarga lain? Aku hanya memintamu tak membuat masalah. Apa kurang cukup masalah di keluarga ini untukmu?” ujarnya sambil membelai lembut pipiku.
Ku ambil nafas dalam-dalam. Ku perhatikan lagi wajah kakakku yang terlihat lebih tua dari umurnya. “Aku tau kau berusaha keras untuk semuanya, kak. Maafkan aku karena selalu membuatmu susah dan terluka, aku tak bermaksud ....” kata-kataku terhenti ketika kak Sandra menempatkan jari-jari tangannya di mulutku.
“Aku lelah,” katanya singkat lalu pergi meinggalkanku.
Sebelum dia mencapai pintu, kutarik lengannya. Ku peluk dan ku cium kenignya sebagai tanda kasihku pada kakakku tercinta. “Maafkan aku,” bisikku di telinganya.
Isak tangisnya pecah kembali di dadaku. Lama kami terdiam dalam posisi itu.
Ku ajak kakakku untuk duduk di tempat tidurku. Diamnya kak Sandra adalah hal yang paling buruk yang aku rasakan. Dia tak pernah mengeluh akan keadaan keluarga kami. Dia selalu mengucapkan “untung kita punya mama papa...”. Entah apa maksud dari ucapannya tersebut tapi Sandra adalah seorang yang sangat tegar. Senyumnya selalu menghias wajahnya yang cantik dan ayu.
“Ceritakan padaku apalagi yang mereka keluhkan tentang aku,” ucapku lembut. Menghirup sebanyak oksigen yang ada ketika dia mulai berbicara. “Tadi pihak kampu telpon katanya kau sudah 15 hari tidak masuk. Sekalinya kau masuk kamu melawan dosen, menghajar beberapa teman kampusmu, kamu juga menyuruh seseorang untuk menggembeskan ban mobil dari beberapa dosen”, kak Sandra menghela nafas sebelum melanjutakan, “Kian sayang, kakak tau kamu, anak yang baik. Kamu hanya butuh kasih sayang dan perhatian, tak cukupkah kakak menyayangimu, sayang?” tanyanya dengan mata berkaca-kaca.
Kusematkan kedua tanganku di wajah kakakku tercinta, kukecup keningnya, “kasih sayangmu sangat berlebih kak. Hanya aku saja yang tak pernah bisa menghargainya,”
“Jadi anak yang baik ya sayang. Jaga Mark baik-baik untuk kakak, sayang,” pesannya sebelum dia meninggalkan kamarku.
Entah karena apa kakakku tak melanjutkan apa yang ingin disampaikan. Mungkin dia lelah melihat tingkah pola kami, keluarganya.
Pelukannya teramat dalam padaku. Ciuman di rambutkku terasa sangat manis. “Oh kak, seandainya engkau bukan kakakku, aku sudah memacarimu dari dulu,” gumamku dalam hati.

****

Setelah itu tak pernah lagi kak Sandra terlihat marah ataupun sedih. Yang dia lakukan hanya membuat kami bahagia dengan hal kecil yang dia lakukan untuk kami.
Tak pernah dia berbicara tentang apa yang dihadapinya di tempatnya kuliah. Walaupun ku tau dia sudah sangat susah payah melakukan semuanya sendiri.
Suatu malam, aku pulang telat....
Sengaja aku pulang telat karena di rumah sedang ada pesta papaku dengan beberapa teman pestanya. Aku berharap ketika aku pulang mereka sudah tidak ada.
Bip suara sms dari hpku. “Kian tolong cepat pulang. Kakak takut” kubaca sms dari kakakku. Ku coba untuk menelponnya. Bunyi pertama kakakku langsung menjawab, “Kamu dimana Kian? Cepat pulang, Kakak.... Kakak...,” nada suara yang begitu sedih. “Kak ada apa? Apa yang terjadi?” potongku cepat.
“Hanya segera pulang, Kian...”
Tak perlu berfikir panjang, langsung ku pacu mobilku dengan kecepatan tinggi. Yang ada dalam pikiranku sekarang adalah keadaan kakakku sekarang.
Ketika sesampainya di rumah, aku langsung pergi ke kamar kakakku. “Mas Kian tolong bantu Mba Sandra. Mas Kian, Mba Sandra, mas...” ujar Mbo Nah sesegukkan tak mampu berkata-kata.
Aku melihat kecemasan dalam mata Mbo Nah. Tak lagi ku tanya Mbo Nah. Aku berlari sekuat-kuatnya ke kamar kakakku. Apa yang terjadi? Kenapa dengan kakakku tersayang? Seribu tanya berkecamuk dalam hatiku.
“Tolong!!! Tolong, jangan lakukan ini padaku!” teriak kakakku dari dalam kamarnya. “Tolong... Tolong.... “ teriaknya dalam isak tagisnya.
Sayup-sayup ku dengar lagi suara dua orang laki-laki, “Mau kemana cantik?” suara laki-laki pertama. “Kau sungguh menggoda, kecantikanmu luar biasa,” suara laki-laki kedua.....
“Tidak, ku mohon, jangan...” pintanya kepada kedua laki-laki tersebut.....
BRAKKKK!!!!!!!
Ku dobrak pintu kamar kakakku....
Astaga!!! Teriakku dalam hati ketika ku lihat kakakku telah diperkosa dua orang laki-laki paruh baya. Hampir semua pakaian kakakku telah rusak. Laki-laki pertama telah menaruh kemaluannya di lubang vagina kakakku. Yang satu lagi memegang kedua tanganku dan mulutnya sedang menciumi kakakku dengan nafsunya.
Airmata kakakku mengalir deras. Tanpa berpikir lagi ku tarik laki-laki yang sedang asyik menciumi kakakku. Ku hadiahi dia beribu-ribu pukulan. Yang pertama ku tinju adalah wajahnya lalu badannya. Tiba-tiba badanku ditarik menjauh dari laki-laki tersebut.
“Lepaskan aku!” ku berteriak sambil meronta-ronta. Dua tangan memegang dari bawah ketiakku sehingga tanganku tak bisa bergerak. Sementara kakiku terus berusaha menendang laki-laki yang sudah ku pukul tadi.
BUG!!!! BUG!!! BUG!!!
Tiga buah tinju mendarat di perut dan wajahku. “Kau pikir hanya kau yang mampu meninju, anak muda? Rasakan ini!” ucap laki-laki tua itu sinis. Tiga buah tinju melayan lagi di perut dan kepalaku. Pukulannya membuatku kehilangan keseimbangan.
Tangan laki-laki itu sudah melayang lagi di atas. Namun tangan itu tak sampai untuk meninjuku.
“ADUH!!! Sakit!!!” teriak laki-laki itu kesakitan. Ku buka mataku yang sudah lebam. “Hai Kian!” sapa sebuah suara yang sangat ku kenal. “Hanya menghadapi mereka berdua saja kau sudah babak belur? Payah kau Kian,” ujarnya sambil tersenyum mengejek.
Ku putar badanku untuk menghadapi laki-laki di belakangku. Setelah itu tak henti-hentinya ku berikan laki-laki itu tinjuku. “Aku sengaja mengalah sama mereka, Mark. Jadi ketika kau datang kau dapat memberi mereka pelajaran,” kataku disela-sela tinjuku pada adikku, Mark.
“Ya.... Ya...” katanya sambil terus mengejekku. “Akui sajalah Kian, kau memang sudah kalah,” sambungnya disela-sela kami memberi tinju pada kedua orang itu.
“Ayolah Mark sejak kapan aku bisa kalah saat berkelahi. Apalagi menghadapi dua cecunguk ini,” kataku sambil memandang jijik pada keduanya. Mark tertawa keras mendengarnya.
Saat kami berkelahi aku sedikit melihat ke arah kakakku yang berlari ke sudut tempat tidurnya sambil terus menangis dan menutupi tubuhnya dengan apapun yang bisa diraihnya.
“CUKUP!!!! CUKUP!!! CUKUP!!!” teriak kak Sandra yang sedari tadi hanya menangis. “Ku mohon cukup Kian, Mark.... “ ucapnya disela-sela tangisya.
Kulemparkan laki-laki itu ke lantai. Ku hampiri kak Sandra, kurengkuh di dalam pelukku. “Ya, ya kak, aku sudah berhenti. Kemari kak,” ujarku dengan tangan terulur untuk memeluknya. Awalnya kak Sandra menggelengkan kepalanya. Dia melihat ke arahku, ku tatap lembut sosok yag sudah rapuh di depanku. Kak Sandra bergeser sedikit demi sedikit ke arahku.
“A-a-aku sudah kotor Ki, aku sudah bersalah sama mama dan papa, aku ....”
“Hentikan kak!!!” potongku cepat. Ku peluk erat kak Sandra. Ku cium rambutnya yang harum. “Ku mohon hentikan memandang rendah dirimu Kak,” pintaku tulus. Dalam pelukkanku kak Sandra terus menarik-narik bajuku, menggigit bibir bawahnya hingga berdarah.
Ku lihat darah diatas seprai kakakku. Ya Tuhan, kakakku kini sudah tidak perawan lagi. Satu-satunya hal yang dia banggakan kini sudah tiada. Tak terasa airmata megalir di pipiku. Buru-buru kuhapus airmataku.
“Mark bawa orang-orang ini ke bawah lemparkan mereka ke hadapan teman-temannya!” perintahku penuh amarah.
Mark tak berdebat denganku. Ku tutupi tubuh kakakku dengan selimut. Ku ajak dia untuk pergi dari kamarnya. “Mbok Nah tolong jaga kak Sandra,” ucapku ketika menemukan Mbok Nah berdiri di depan kamarku.
Ku cepat-cepat pergi ke kerumunan orang-orang yang sedang berpesta. Pesta itu terhenti, sunyi...
“Apa-apaan kau ini, Mark? Kau mau menjadi jagoan? Apa yag kau lakukan dengan teman-temaku?” teriak Papa. Tak hanya dimarah Mark juga menerima beberapa tamparan dari Papa.
Sebelum tangannya sempat mendarat lagi di pipi Mark ku hentikan ketika tangannya melayang di udara. “Bubar kalian semua! Bubar!!!!!” teriakku penuh amarah yang membuncah dari dadaku.
“Nah sekarang apa-apaan kau juga, Kian. Berani-beraninya kau membubarkan pestaku. Kau tak tahu seberapa pentingnya pesta ini untuk perusahaan kita?” Ucap Papa sarkatis. Kini Papapun menamparku beberapa kali. Namun tak mampu mengalihkan pandanganku ke wajahnya dengan penuh kebencian dan rasa jijik.
“Yah aku berani. Seharusnya Papa tanyakan kepada kedua teman Papa ini apa yang mereka lakukan sama Kak Sandra,” kataku dingin. Papa terdiam sesaat tampak berfikir sesuatu dan, “Halah kalian berdua kan biang masalah, mana Papa percaya sama kalian!” ujar Papa dengan peuh tatapan mengejek.
“Tanyakan pada mereka sekarang!” teriakku sambil menendang-nendang ke bagian perut, kaki dan tangan mereka. Sebuah tangan menghentikanku.
“Kian hentikan, kau bisa membunuh mereka,” Mark memegang badanku untuk menjauh dari mereka.
Namun Papa tak bergeming, dia hanya berdiam diri. Dilihatnya kedua temannya denga penuh tanya. “Oh ayolah Alvaro. Kau taukan, kami tak sengaja itu dibawah kesadaran kami.” Jelas salah satu laki-laki tersebut berusaha untuk berdiri. “Lagipula kau taulah, Putrimu itu sangat cantik, dia juga....”

BUGGG!!!!
Sebelum sempat laki-laki itu berdiri sebuah tinju dariku mendarat di perutnya. Laki-laki itupun terjatuh ke tanah kembali. Mark dan Papa terlihat sangat terkejut dengan kecepatan reaksiku. Tak kuperdulikan ancaman laki-laki itu yang akan membawaku ke penjara. Toh dia juga akan meringkuk di dalamnya.
“Hentikan, Kian!!!” Papa berteriak keras. Sementara Mark berusaha memegangku. “Kalian berdua enyah dri hadapanku!!! Sekarang!!!!” kali ini Papa berteriak ke teman-temannya itu.
Rupanya teriakan Papa dianggap angin lalu oleh kedua temannya. “Ayolah Al, kau tau kan rasanya menikmati wanita seperti putrimu itu,” goda laki-laki itu masih berusaha untuk berbicara dengan Papa. Kali ini ku lihat tangan Papa mengepal dikedua sisi tubuhnya. Rahang Papa mengeras, matanya membara penuh kebencian.
“Keluar kalian sekarang!” bentak Papa tangannya menunjuk ke arah pintu keluar. Kedua temannya pun langsung buru-buru berdiri. “Kau akan menyesal telah mengusir kami, Alvaro!” ancam salh satu laki-laki tersebut sebelum mereka menghilang dari hadapan kami.
“Dimana kakak kalian?” Papa bertanya tanpa menoleh ke arah kami. Rona merah di pipi Papaku. Rona amarah, malu, benci dan menyesal. “Benarkah Papaku menyesal?” tanyaku pada diri sendiri.
“Di kamarku,” jawabku singkat. Setelah mendengar jawabanku, Papa segera pergi ke kamarku. Aku dan Mark mengikutinya dari belakang.
“Sedang apa dia, Mbok?” tanya Papa ketika bertemu dengan Mbok Nah di depan pintu kamarku. “Mba Sandra baru saja tidur tuan,” ujar Mbok Nah sedih. “Pergilah Mbok” perintah Papa singkat.
Mbok Nah secepatnya melangkah pergi dari kamarku. “Terimakasih,” ucapku singkat sebelum Mbok Nah pergi dari kami. Mbok Nah menganggukkan kepalanya.
Papa masuk ke kamarku. Beliau duduk disamping tubuhku kakakku yang tertidur pulas. Dibelainya pipi dan rambut kakakku. Sebuah airmata lolos dari matanya yang susah payah dia hapus agar tak terlihat olehku dan Mark. Tapi terlambat, aku sudah melihatnya.
“Jaga kakakmu baik-baik,” Papa berkata dan berlalu pergi dari hadapan kami.
“Ya Tuhan hanya seperti itu dia melihat keadaan kak Sandra?” ucap Mark frustasi.
Tak ku perdulikan yang masih terpaku reaksi Papa akan keadaan kak Sandra. Kutarik seuah kursi, ku genggamnya tangannya. “Kau masih sama seperti yang dulu, Kak. Walau apapun yang terjadi kau masih kakak yang paling ku sayangi,” bisikku di telinganya.
Sebuah senyum terukir di bibirnya yang tipis seakan-akan dia mendengar suaraku. Ku kecup kening dan pipinya. Melihat reaksiku terhadap apa yang Papa lakukan membuat Mark bingung.
“Tak ada gunanya kau marah-marah seperti itu, Mark,” ucapku lirih. “Pergilah tidur. Nanti ku bangunkan kalo ada apa-apa,” lanjutku. Mark mengikuti ucapanku. Dia melangkah pelan, didekatinya kak Sandra dan berkata, “Tidur yang nyenyak kak. Semoga bsok kau bisa melupakan segala,”. Mark memegang bahuku sebelum pergi dari kamarku.


**** 

5 komentar:

Unknown mengatakan...

Hoho,lnjut dunk mba fathy qu syg.thx jg y cher :)

Anonim mengatakan...

hebat mba Fathy~~~~~~aq stuju ma Rena

lanjutkan nulisnya,,,^-^

Shin Haido mengatakan...

wah, cerita 1 aja udah bikin esmosi n gregetan. hahahha. kl aku jd Seung Ho. udah aku dorr tuh semua yg pesta2 disana gak terkecuali bapaknya si Kian n MArk. wkwkwkkwkw... hidup Seung Ho... lol

narnia mengatakan...

waah,ini yg nulis mba fathy??
cayoooo mba fathy..
cayoooo cherry..
muah..

amanda qadira mengatakan...

awalnya udah bikin galau dan sedih...
lanjutkan karyamu mbg,dtunggu trus....