Kamis, 13 Desember 2012

HUJAN KEMARIN -Epilog-


Epilog-


“Itu putriku,” bisikku pelan. wanita di sampingku tersenyum dan mengangguk bahagia. “HeLena Saira Mahardika,” tambahku dengan kebanggaan yang tiada tara. Ku genggam erat jemari wanita di sampingku dengan penuh kasih. “Ku harap kau mengerti, bahwa sampai kapanpun aku tidak akan pernah melupakanmu, kau selalu di hatiku,” ujarku tulus. Wanita itu menatapku penuh haru. Air matanya mengalir perlahan.
“Terima kasih…” bisikknya tertahan. Aku memelukknya erat.
“Aku yang seharusnya berterima kasih,” bisikku. “Terima kasih karena telah mengizinkanku memberikan nama indahmu untuk putriku,”
Gadis itu mengangguk di bahuku. Membuatku merasakan tetesan air matanya yang mengalir perlahan. “Terima kasih karena telah menjadi sahabat terbaikku Lena…”
***
“HOREE!!!!!!!!” sorak sorai itu langsung terdengar memenuhi ruang tamu rumah mungilku. Tepukan tangan, dan siulan terdengar dari seluruh penjuru ruangan ketika gadis kecilku meniupkan lilin berbentuk angka 4 nya. Savanna kembali menekan tombol kameranya, ia bergerak keberbagai sisi untuk mendapatkan sudut yang pas untuk fotonya.
“Mari peluk nenek sayang…” ujar mama lembut.
“Biarkan ia memotong kuenya dulu!” tegur papa. Aku terkekeh memandang mereka berdua. Akhirnya, mereka kembali menikah. Well, lucu memang, tapi aku bisa melihat cinta itu kembali merekah diantara papa dan mama.
Seorang bocah kecil berumur 5 tahun berdiri tepat di samping putri kecilku. “Jangan menyentuhnya,” bisik bocah itu ketika tangan Ethan terulur untuk menyentuh wajah putriku. Aku langsung melongo menatap sikapnya, kemudian menyeringai kikuk pada wanita lemah lembut yang tersenyum –sama kikuknya- sepertiku.
“Ayolah, bocah kecil. Kita tidak mungkin bersaing, aku lebih keren dari pada dirimu,” ejek Ethan sarkastis. Bocah itu menatap sosok jangkung Ethan dengan geram. Aku sampai geli menatap tingkahnya.
“Ethan! Yang benar saja,” ujar Kyna seraya menarik daun telinga pemuda itu. “Kalau kau masih bertingkah konyol aku akan membatalkan pernikahan kita!” ancamnya. Ethan meringis, dan kami semua tertawa lebar. seluruh sahabatku, seluruh keluargaku, kerabat pantiku, masa laluku dan masa depanku. Aku memang kehilangan ingatanku tentang mereka, namun aku terus bersyukur karena tidak pernah kehilangan cinta mereka.
“Apa aku terlambat?” kami semua langsung terdiam dan menoleh kearah pintu. Kak Stefan berdiri disana dengan boneka teddy bear yang sangat besar. Aku tersenyum dan menggeleng. Anak-anak  yang menjadi tamu putriku langsung berdecak iri ketika kak Stefan memberikan boneka itu pada putriku.
Ethan tersenyum kepadanya.
“Kalian mendapat salam dari Romi,” ujarnya santai. Aku mengangguk. Kemudian sosok duplikat sahabatku itu duduk bersama Galang dan yang lainnya. Aku mendesah perlahan.
“Izzi…”
“Kak Lita,” bisikku.
“Ia pasti sangat bahagia disana,” bisiknya lembut. Aku menatapnya sedih. “Ia selalu bersama kita, kau ingat?” aku mengangguk perlahan. “Ia akan selalu bersama kita,” ulang kak Lita, pandangannya menerawang jauh. “Ia pasti bangga melihat putri cantik ini,” bisiknya sambil mencium pipi kiri putri kecilku. “Semua orang sangat menyayanginya, bahkan putraku…” ia mendesah ketika melirik bocah kecil yang berdiri di samping putriku. Aku terkekeh.
“Aku tau…” bisikku bahagia.
Kau lihat, hidupku begitu indah. pelangi itu telah ku temukan, meski setelah melewati hujan badai yang begitu deras. Tapi kau lihat? Aku bisa tersenyum kini. Aku bahagia bersama orang-orang yang paling ku kasihi, kau tentu harus bahagia juga di sana. kau harus baik-baik saja.
Aku merindukanmu. Setiap hari, setiap detik, setiap desahan nafasku.
Kau adalah anugrah terindah dalam hidupku. Terima kasih karena telah menjagaku selama ini. Terima kasih karena telah menuntunku menuju pelangi yang indah ini. Terima kasih banyak.
Aku mencintaimu…
Sahabatku…

“Ayah… bunda menangis lagi!” teriakan itu membuatku terlonjak dari lamunanku. Buru-buru ku hapus air mata yang mengalir itu dengan cepat. Kemudian menyeringai pada sosok tampan yang tengah duduk bersama papa. Ia berjalan perlahan kearah kami. Matanya mengunci mataku yang sedikit basah.
“Tangisan bahagia,” bela kak Lita. Aku mengangguk mengiyakan.
“Sudahlah Lita,” desis pria di hadapanku dengan dingin. “Apa kau tidak bisa menahan air mata itu?” tanyanya padaku. “Bahkan di hari ulang tahun putri kita?” aku mencibir. Selalu angkuh, selalu menyebalkan, selalu dingin, dan sialnya selalu mendapatkan cintaku yang terbesar. Sebenarnya siapa penghianat disini??!!
“Uhuk!” tiba-tiba aku terbatuk, kemudian dengan cepat aku berlari kebelakang karena tiba-tiba perutku mual.
“Kau tidak apa-apa?” Tanya Kak Sam dengan panik. Ia memegang rambutku agar tidak ikut terjatuh kedalam westafel. Aku mencoba menggeleng. Namun mual itu terus menghampiri perutku.
“Apa bunda baik-baik saja tante?” aku meringis ketika mendengar suara ketakutan putri kecilku.
“Bunda baik-baik saja sayang,” bisik Savanna lembut. Kemudian ia tersenyum. “Kamu hanya akan mendapatkan adik baru dari Bunda,” tambahnya.
Aku terdiam, mual itu masih memenuhi perutku, namun entah mengapa aku malah ingin tersenyum mendengar kata-kata adik yang diadopsi orang tuaku itu. ku lirik pria berkaca mata di sampingku. Ia masih menunjukan wajah khawatirnya, namun aku bisa melihat binar bahagia di balik mata coklat mudanya yang indah.
Ah… betapa indahnya pelangi itu….
The end


TANGERANG, 12 12 12. 1.04 AM

INDEKS

9 komentar:

Unknown mengatakan...

so sweet :) mau epub nya ya cher,, senangnyaa

Unknown mengatakan...

siiip mba Ren, sudah ku kirim yahh :)

christinee mengatakan...

Thank you Cher, for this lovely story.. Happy ending, senangnya, love u, dear..:-)
Keep the spirit up, can't wait for ur next novel... ;-)

Vie mengatakan...

Yeayyyy,,happy ending...
Mksh Cherry..

Shin Haido mengatakan...

wah keren bgt sist.. aku jd menggalau nih... pengen baca dr awal tp kok takut ya? hahahahaha... kerennn mantab ;)

Unknown mengatakan...

hihihihi aku kan penganut happy ending story,
hidup kita sudah banyak lika likunya, hehe jadi tulisannya jgan dibuat sedih lahh... happy aja... :) :)

christinee, makasi juga sudah membaca tulisanku yang sumpaahhh beneran berantakan ini.. hehehehe

iya mba Vie... ini akhir yang bahagia... *jadi iri* hihihi

mba Shin, tapi beneran deh ini novel terpanjang yang pernah aku buat, dann astagaaa... ceritanya berantakan, hihihihi

Unknown mengatakan...

mbak cherry ..
Bagus skali crtanya ..
#ikut menangis bahagia . :D
mbak, boleh mint epubnya nggak ?
Ini almat email q mbak mithapratiwi2889@yahoo.com

terima kasiih ..
Hehe

Ria Astutik mengatakan...

M cherry bs mnta EPUPnya g?

Thks ya

Unknown mengatakan...

@Kaliandra : ada kok, :)
kirim email ke aku aja yah, nnti aku kirimin... :) cherryvhaniella@ymail.com