Jumat, 21 Desember 2012

Yang Terbaik



“Kau puas?!” teriakan itu begitu mengejutkanku. “Gara-gara kau dia memutuskanku!” amuknya keras. Aku terdiam di tempat, bingung harus berkata apa. “Dasar sialan!!” maki gadis itu frustasi. “Kau tau sendiri aku sudah mengincarnya sejak lama. Tapi kemudian kau datang entah dari mana dan mengacaukan semuanya!”
Mungkin jika aku bisa menangis, aku sudah menangis dengan keras. Tapi tubuhku terlalu kaku. Masih teramat syok karena teriakannya.
Aku ingin meminta maaf, -meskipun aku masih ragu, apakah itu benar-benar kesalahanku?
Aku ingin meminta maaf, menjelaskan padanya, jika aku-pun tidak pernah berharap untuk diciptakan. Aku tidak ingin menghancurkan harinya, mengecewakannya. Tapi apa daya, ini adalah jalan Tuhan untukku, untuknya, untuk kami.
“Elena ada apa?” Tanya ibu dari gadis itu. aku membeku, bersiap menerima makian berikutnya.
“Aku kesal ma. Nathan memutuskanku!” isak Elena sedih penuh emosi. Aku menunduk dalam.
“Sudahlah…” bisik ibunya menenangkan seraya melirik diriku untuk sesaat.
“Aku sudah tidak tahan! Aku akan melakukan facial untuk menghilangkan jerawat sialan ini!” teriaknya sambil menunjuk tepat pada diriku. 
Aku mengejang. Mungkin inilah akhirnya. Inilah yang terbaik untukku, untuknya dan untuk kami…

3 komentar:

ami mengatakan...

suka dengan cara penulis di blog ini mengambil sudut pandang dalam cerita....menginspirasi...
semua berhak bercerita...^^
keep writing!!

Unknown mengatakan...

waaah... terima kasihh mba.. :)
hehehe... aku suka banget kata2 mba..
"semua berhak bercerita"
:) :)

Carpe Diem mengatakan...

gak nyangka rupanya "jerawat",,,,,trms crtax