Kamis, 13 Desember 2012

I Found You In London -04-


BAB 4


Kak Sandra sudah dipindahkan ke kamar rawat inap. Aku berharap darah yang didonorkan Mama tak akan sia-sia.
“Tidurlah, Kian," suruh om Marcus. Aku hanya menggeleng. Tak ingin sedetikpun aku meninggalkan kak Sandra.
"Kian, om mengerti tapi tubuhmu butuh istirahat," kali ini om Marcus memegang pundakku. Ku tengok ke arah om Marcus. Baru akan ku buka mulutku tapi om Marcus sudah memotong terlebih dahulu, "Jangan berdebat dengan om sekarang. Karena om yakin kamulah yang akan kalah," canda om padaku.
Akhirnya ku menyerah dengan keinginan om. Ku langkahkan kakiku ke arah sofa yang terlihat sangat nyaman. Di atas sofa itu Mark sudah tertidur pulas.
Kubaringkan tubuhku di dekat tubuh Mark. Ku coba untuk memejamkan mataku. Walau terasa sangat mengantuk namun aku tak kunjung jua untuk tertidur.
Kurang lebih dua jam aku berjuang agar bisa tertidur. Akhirnya aku tertidur pukul dua belas malam.  Rasa lelahku mengalahkan tekadku untuk tetap terjaga.
“Lepaskan dia!!! Lepaskan dia!!!”
“Kian sadarlah... Kian... Kian....” om Marcus menepuk-nepuk pipiku agak keras ketika aku tak terbangun juga dari tidurku.
Aku terbangun dari tidurku. Badanku penuh dengan keringat sebesar biji jagung, nafasku tersengal-sengal tak beraturan, dadaku naik turun dengan cepat. Aku seperti orang yang sudah lari ratusan mil.
Mark yang ada disampingku ikut terbangun juga. Rupanya teriakanku sangat keras.
“Kenapa Kian?” tanya om Marcus menatapku bingung. Ku gelengkan kepalaku. Karena aku tak juga menjawabnya, om Marcus hanya diam. “Baiklah sekarang cuci mukamu,” perintah om Marcus.
Aku berjalan lemah ke kamar mandi. Lama ku berfikir di dalam kamar mandi. Jangan sampai om Marcus tau yang sebenarnya apa yang terjadi dengan kak Sandra.
Om Marcus orang yang sangat emosional dan ekspresionis. Dia mampu melakukan apapun demi kami, keponakan-keponakan tercintanya.

****

“Om tidurlah. Aku yang menjaga kak Sandra sekarang,” kataku saat berada disamping tempat tidur kak Sandra.
“Kita akan menjaganya bersama-sama,” ucap om Marcus menatap kak Sandra pedih.
Aku tak bisa membantah kata-kata om Marcus. Karena aku tau alasan kenapa dia rela menjaga kak Sandra. Selain karena om Marcus, kakak dari mamaku. Kak Sandra mengingatkan dirinya dengan putri semata wayangnya, Leona.
Yah Leona seumuran dengan kak Sandra apabila dia masih hidup. Leona dan istri om Marcus meninggal beberapa tahun yang lalu. Mereka meninggal berkaitan dengan pekerjaan om Marcus sebagai intelejen pemerintah. Entah bagaimana data mengenai keluarga om Marcus bocor.
Sebenarnya om Marcus sudah berusaha agar mereka tidak terlibat. Namun musuh-musuh om Marcus sudah selangkah lebih dahulu. Ketika om Marcus tiba di rumah, om Marcus menemukan istrinya meninggal akibat serangan di kepalanya.
Sementara Leona sebelum meninggal diperkosa terlebih dahulu. Setelah mereka puas, mereka membunuhnya secara kejam, dengan menyayat urat nadi di kedua pergelangan tangan Leona. Butuh waktu yang lama untuk menyembuhkan luka batin om Marcus.
Kini bila dia mengetahui apa yang terjadi dengan kak Sandra, kenangan itu akan bangkit kembali. Dan dapat dipastikan Om Marcus akan berubah menjadi seseorang yang sangat berbeda. Seseorang yang tak kan kenal ampun untuk melampiaskan emosinya.

****

Aku terbangun dari tidurku ketika sebuah tangan membelai lembut rambutku. Dengan mata sedikit terbuka, aku melihat ke tempat kak Sandra terbaring. Senyum pertamanya berkembang di bibirnya yang indah. Ku genggam dan tak henti-hentinya kucium tangan yang telah membangunkanku. Airmata bahagia menetes dari mataku.
“Hai,,,,” kata pertama kak Sandra setelah siuman.
“Hai,” balasku dengan penuh kebahagiaan.
“Om, Mark, Mbok Nah,,,,” panggilku membangunkan semua yang ada di kamar kak Sandra.
“Ada apa sih Kian? Kamu gila yah jam 3 pagi teriak-teriak!” protes Mark yang merasa terganggu tidurnya.
Mbok Nah terdiam, dia menarik-narik tangan Mark.
“Sekarang kamu, Mbok? Ada apa tiba-tiba bisu gitu?” protes Mark lagi.
“Mba Sandra, mas....” Mbok Nah terlalu senang sampai tak mampu melanjutkan kata-katanya.
“Ada apa dengan kak Sandra? Mbok, jawab aku!!!” kepanikan muncul di wajah Mark ketika Mbok Nah mendadak gugup,
“Mba Sandra sadar, mas,” akhirnya suara Mbok Nah keluar.
Mark langsung memalingkan wajahnya. Dilihatnya kak Sandra yang tersenyum melihat Mbok Nah dan Mark.
“Kak, aku seneng kamu udah siuman,” ujar Mark saat berada di dekat kak Sandra. Erat dipeluknya kak Sandra. Airmata bahagia Mark akhirnya keluar juga. “Jangan pernah mengulanginya lagi!” ancam Mark di telinga kak Sandra. Kak Sandra terkikik mendengar ancaman Mark.
Saat Mark melepaskan pelukannya, kak Sandra menjulurkan tangannya ke arah Mbok Nah.
Mbok Nah menghampiri kak Sandra. Saat berada disamping kak Sandra, Mbok Nah hanya terdiam. “Gak kangen sama aku, Mbok?” canda kak Sandra. Mbok Nah tersenyum mendengarnya. Diraihnya tangan kak Sandra, kak Sandra menarik Mbok Nah dan memeluknya. “Maafkan aku membuat kamu khawatir ya Mbok,” bisik kak Sandra di telinga Mbok Nah. Mbok Nah menggelengkan kepalanya.
Kak Sandra membeku ketika dia melihat di belakangku berdiri om Marcus. Om Marcus baru saja kembali dari toilet. Perasaan senang, sedih, takut, cemas, kangen bercampur aduk di mata kak Sandra.
“Om,” panggilnya lirih.
“Hai flowy,” sapa om Marcus mendekat dan memeluknya. Kini airmata kak Sandra tak terbendung lagi. “Husssttttt. Tenang flowy, om ada disini. Jangan menangis lagi ya,” om Marcus berusaha menenangkan kak Sandra.
Mendengar ucapan om Marcus bukan membuat kak Sandra berhenti tapi membuat airmatanya terus mengalir. Om Marcus melepaskan pelukkannya. “Ada apa flowy?” tanya om Marcus bingung. Kak Sandra berpaling ke arahku mencari jawaban. Ku gelengkan kepalaku.
Setelah mengetahui bahwa om Marcus belum mengetahui cerita tentang apa yang terjadi dengannya kak Sandra menghapus air matanya.
“Ada apa flowy?” ulang om Marcus.
“Gak ada apa-apa om, aku hanya senang om disini,” kak Sandra berbohong pada om Marcus.
“Om juga senang bisa bersamamu. Akan lebih senang lagi kalo kamu kembali sehat,” Om Marcus berkata tulus dan tersenyum.
“Panggil tantemu, Kian,” perintah om Marcus.
Aku menelpon tante Dira yang kebetula sedang berjaga malam ini. Memberitahunya bila kak Sandra sudah sadar.

****

“Hai flowy!” sapa tante Dira saat memasuki ruangan, senyum khasnya pun tak lupa ia sematkan.
“Hai tante!” balas kak Sandra.
“Rupanya kamu sudah sadar. Mari kita lihat keadaanmu sekarang yah. Nah tuan-tuan dan mbok Nah bisakah kalian meninggalkan kami sebentar,” pinta tante Dira sopan.
“Bolehkah Kian menemaniku disini tante?” tanya kak Sandra pelan. Ku lihat wajah kak Sandra yang cemas. Kak Sandra juga memegang tanganku sangat erat.
“Tante rasa Kian gak mau melihat tubuhmu ketika tante membuka bajumu saat tante memeriksamu nanti,” ledek tante Dira dengan mengedipkan matanya padaku.
Kak Sandra tersipu malu mendengar ledekkan tante Dira. Dilepaskannya tanganku.
“Semua akan baik-baik saja,” janjiku di telinganya. Ku kecup lembut kening kak Sandra. “Terimakasih,” suara kak Sandra sekarang sudah mulai tenang.
Kami pun meninggalkan ruangan satu per satu. Meninggalkan tante Dira yang sedang memeriksa kak Sandra.

****

“Tante rasa tante berhak tau tentang yang terjadi denganmu, Sandra,” ujar tante Dira saat memeriksa kak Sandra.
“T... Ta... Tau a a apa tante?” tanya kak Sandra cemas.
“Ini dan ini,” tante Sandra menunjuk ke arah tangan kak Sandra yang terluka setelah itu berjalan ke arah perut kak Sandra.
Kak Sandra diam, wajahnya pucat pasi, darahnya seperti meninggalkan wajahnya mendengar ucapan tante Dira. Kak Sandra tertunduk malu.
“Sandra sayang,” panggilnya lembut. Direngkuhnya tubuh kak Sandra dalam pelukkannya. Dibiarkan kak Sandra menangis tanpa menjawab pertanyaannya.
“Maafkan aku tante,” disela-sela tangisnya.
“Husstttt..... Gak perlu minta maaf sayang. Tante hanya mau tau kenapa semuanya bisa terjadi? Karena yang tante tau, kamu itu anak yang sangat bertanggung jawab," jelas tante Dira.
"Maaf aku gak bisa tante. Aku gak bisa, aku malu, aku kotor,..."
Tante Dira melepaskan pelukannya. Diangkat dagu kak Sandra dengan jari telunjuk dan jempolnya. Ditatapnya dalam-dalam mata kak Sandra. Mencari jawaban di dalamnya.
"Teman Papa yang melakukannya," bisik kak Sandra lemah. Kak Sandra dan tante Dira saling memandang lama. Hati tante Dira terasa perih mendengar pengakuan kak Sandra.
Kak Sandra menceritakan seluruh kejadian yang menimpanya. Hingga reaksi yang dikeluarkan oleh mama dan papa saat mengetahui tentang kehamilannya. Pertengkaran aku dan Mark lakukan pada mama dan papapun tak luput dia ceritakan.
Kak Sandra nekad mengiris nadinya karena tak sanggup mendengar pertengkaran kami. Dia merasa menjadi orang yang paling bertanggung jawab atas apa yang terjadi.
“Tante, Sandra mohon jangan cerita sama om Marcus,” pinta kak Sandra.
“Apa yang gak boleh om dengar, Sandra?” tanya om Marcus yang menerjang masuk. Wajah kak Sandra kini kembali pucat pasi. Kami mengikutinya dari belakang dengan cemas.
“Sandra, Kian, Mark dan kamu, Inah ceritkan padaku sekarang!” Bentak om Marcus menahan amarahnya. Tangannya mengepal, rahangnya menjadi keras, tatapan matanya membara penuh emosi.
“Marcus hentikan!” suara tante Dira sedikit keras.
“Gimana mereka mau bercerita kalo muka kamu seperti itu,” lanjut tante Dira.
Tante Dira mengajak kami duduk di sofa minus kak Sandra yang harus beristirahat.

****

Keesokkan paginya saat papa dan mama datang ke rumah sakit. Om Marcus mengajak mereka secara paksa ke ruangan tante Dira terlebih dahulu sebelum mereka melihat kak Dira.
Aku dapat membayangkan wajah kedua orangtuaku kini saat mereka harus menghadapi kemarahan om Marcus.
Akhirnya mereka bertiga kembali ke ruangan, ku liat di sudut mulut papa sedikit mengeluarkan darah.
"Pa, Ma,"
"Udah lebih baik kamu?" Tanya Mama dengan wajah datar.
"Ya Ma," jawab kak Sandra dengan wajah tertunduk.
"Lain kali kamu berbuat seperti itu lagi, aku gak sudi menyumbangkan darahku lagi," jelas mama dengan nada sinis.
Kak Sandra menganguk. Om Marcus menatap mama seperti singa kelaparan. Matanya penuh dengan amarah tertahan. "Tutup mulutmu, Frida!" Bentak om Marcus.
"Ciss kamu ini Marcus gak bisa ya ngomong gak pake bentak-bentak," Mama mulai kesal dengan sikap om Marcus yang selalu memarahinya.
"Tutup mulutmu Frida, kamu memang pantas untuk bentak. Mereka semua seperti anak tiri saja. Dasar kamu..." Om Marcus yang telah menahan emosi mengangkat tangannya.
"Om jangan!!!!" Teriak Kak Sandra histeris. Sementara bergegas ke tempat om Marcus berdiri untuk menahan tangan om Marcus. Mama menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. Papa gak berani untuk melawan om Marcus.

****

"Marcus!!" Kini giliran tante Dira yang berteriak.
Serentak kami melihat ke arah tante Dira. Walaupun suara tante Dira sangat marah namun wajahnya terlihat sangat tenang.
"Kalian duduklah," ucap tante Dira menunjuk ke arah sofa. Kami semua duduk bersamaan.
Tante Dira membuka pembicaraan terlebih dahulu. Pembawaan tante Dira tenang dan lembut. Seolah-olah dia tak mempunyai emosi.
Tapi saat suasana menjadi tegang dan tak terkendali. Tante Dira bisa menjadi seorang yang sangat tegas, suaranya bisa naik beberapa oktaf. Siapapun tak kan berani membantah tante Dira bahkan om Marcus.
Malam ini tante Dira dan om Marcuslah yang banyak berbicara. Papa dan mama hanyalah menjadi pendengar yang baik. Mereka seperti kerbau dicucuk hidungnya hanya bisa mengangguk dan berkata "ya".
Malam ini, kami mencapai kesepakatan. Kami semua akan membawa hal ini ke jalur hukum. Apapun resikonya, kami akan siap menghadapinya. Demi kak Sandra, orang yang kami sayangi. 

10 komentar:

Shin Haido mengatakan...

kok aku jd pengen Kak Sandra pacaran ama Om Markus ya sist? wkwkkwkw...

"Badanku penuh dengan keringat sebesar biji jagung," duh.. Kian.. kamu kok segitunya sih?? pori2 kulitmu besar banget pst tu ^__^ :peacee:

Fathy mengatakan...

huaaaaaaaaaa mba masa keponakan sama om nya...
please mba mereka masih satu darah...

egede pohon jagung pori2nya
wkwkwkwkk

Shin Haido mengatakan...

namanya cerita sist... yg bikin heboh justru cerita itu... ahhhaha.. pst seru.. "cinta terlarang" wkwkkw.

jgn2 pori2nya Kian bs ngeluarin buah jagung juga tuh.. bisa panen donk.. ^__^

Fathy mengatakan...

berubah dong mba nti judul ceritanya....
yang ada aku nti dilemparin...

ya mba bsok kita panen jagung, mau ikut???

apa sih kita ini mba???

Shin Haido mengatakan...

hahahaha lho gpp.. cerita dalam cerita. wkwkkw kita ini petani sebenernya, cuman krn paceklik.. terpaksa jd penulis.. wkwkw

Fathy mengatakan...

huaaaaaa
mba jangan dong ah susah lagi nanti aku....

kepepet ya mba kita jadi penulis amatiran
hehee

Shin Haido mengatakan...

hahaha ya udah, atur aja deh.. aku menunggu cerita bab baru2nya ;)

Unknown mengatakan...

Aduh sesuatu bgt y om marcus nya,heheh

Fathy mengatakan...

@mba shin : sippppp mba....

@rena : mau sama om marcusnya??
hehehehe

Unknown mengatakan...

ahhhh aku makin penasaran sama kelanjutannya, cayyoo mba fathyy... aku tungguin terus kiriman emailnya... :) :)