Kamis, 20 Desember 2012

BINTANG



Aku menyukai bintang. Sejak pertama kali aku bisa memegang pensil dengan kaku, hanya bentuk lima sudut itulah yang  ingin aku ciptakan. Walaupun tentu saja hasilnya malah seperti coretan tak beraturan.
Hingga aku duduk di sekolah dasar, aku mulai mempelajari cara membuatnya. Selalu berantakan, selalu tak beraturan, dan selalu tidak nampak seperti bintang. Ketika anak-anak lain menggambar pegunungan lengkap dengan sekotak sawah dan jalanan panjang, aku masih sibuk dengan bintangku yang tidak beraturan.
Aku masih menyukai bintang. Bahkan dengan sengaja mama membelikanku segala sesuatu berbentuk bintang. Dari penghapus, baju, bahkan hingga sprei bermotif bintang. Mama pandai bercerita, ia banyak mengisahkan tentang putri dan bintang, atau bulan dan bintang, atau meski hanya kisah bintang saja.
Aku semakin mengaguminya.
“Aku ingin menjadi bintang,” mama tersenyum.
“Kau adalah bintang hati mama,” katanya dengan lembut.
“Tapi aku ingin menjadi bintang di langit,” rengekku. Mama mendekapku.
“Iya sayang, suatu hari nanti kita semua akan menjadi bintang,” bisiknya masih dengan suara yang sangat lembut. Aku tersenyum puas.
“Aku ingin menjadi bintang secepatnya,” bisikku sebelum terlelap.

***
Aku menyipitkan mataku ketika cahaya kemilau itu memenuhi pandanganku. “Hai bintang,” sapa seseorang. Aku membuka mataku perlahan. Dan ternyata itu adalah rembulan.
“Aku seorang bintang?!” pekikku tak percaya. Benda bulat itu mengangguk. Aku berteriak riang. “Hore!!!! Aku menjadi bintang!!!!!” aku benar-benar bahagia. Akhrinya mimpiku menjadi nyata.
Namun kemudian tarian gembiraku terhenti. Mataku menyipit ketika mendengar suara tangisan yang begitu akrab ditelingaku. Aku membulatkan mataku pada benda berbentuk lingkaran berwarna aneh jauh dariku. “Itu bumi,” bisik bulan seakan bisa menjawab pertanyaanku. “Dan yang menangis itu adalah ibumu,”
“Mengapa ia menangis?” tanyaku mulai ketakutan.
“Karena ia kehilanganmu,” bisiknya. Aku terdiam lama. “Tapi kau tidak perlu bersedih, setiap manusia akan menjadi bintang ketika kematian menjemput. Sekarang kau hanya perlu bersinar terang untuk menyinari hati ibumu, dan seluruh orang yang menyayangimu. Katakan pada mereka jika kau bahagia disini, dan menunggu mereka dengan sabar hingga waktu mereka datang,”

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Hikzhikzhikz...akhirnya kesampean jd bintang jg yaa