BAB DUA PULUH TIGA
Valerina menghentikan
langkahnya ketika jantungnya tiba-tiba berdetak kencang. Ia dapat melihat Keysa
berbicara dengan beberapa orang dan melirik sesekali padanya. Ia tau saat ini
gadis itu tentu masih kesal karena kekeras kepalaannya. Tapi apa lagi yang bisa
ia lakukan.
“Iya kek,”
ujar Valerina saat meletakan ponselnya di telinga. “Tunggu, aku tidak bisa
mendengar suara kakek di sini, aku akan keluar,” tambahnya sebelum berlalu
meninggalkan Keysa yang membulatkan matanya.
Valerina
kembali meletakan ponselnya di telinga ketika ia sudah berada di depan hotel.
ia kembali mengenakan kaca matanya. Melihat banyaknya wartawan di lobi hotel
membuatnya harus kembali menjauh. Dengan gayanya seperti ini ia memang tidak
akan menarik perhatian mereka, namun ia tetap ingin menjauh dari kerumunan itu.
“Iya kek,
aku baik-baik saja.” Valerina mendesah ketika mendengar suara khawatir Brian di
sebrang sana. Matanya menerawang jauh ke seluruh arah. Hingga akhirnya ia
melihat dua orang berjas tengah berdiskusi, atau mungkin lebih tepatnya
berdebat. Ia terus menatap kedua orang itu ketika berbicara di telepon. “Ah,
tidak apa-apa kek, hanya ada masalah sedikit. Ya, gedung yang kami pakai
ternyata juga akan di gunakan untuk seminar kesehatan,” ujar Valerina ketika
Brian menanyakan kediamannya. “Aku sendiri tidak tau bagaimana mungkin sampai
terjadi kesalah pahaman ini, tapi ya… semuanya berjalan lancar. iya kek, aku
juga menyayangimu.” Ia menutup teleponnya kemudian tergelitik untuk mendekati
kedua pria itu. Namun detak jantungnya terasa kembali berdebar tak menentu.
“Valerina!”
panggil Keysa diambang pintu. Valerina menoleh dan berjalan mendekatinya. Meski
sesekali ia melirik ke belakang untuk mengetahui kelanjutan perseteruan itu,
dan tampaknya semuanya semakin memburuk ketika ia lihat ada pria lain yang
berdiri disana. Tapi toh ini bukan
urusanku. Batinnya sebelum berlalu.
***
“Val, kita
mendapatkan tawaran menarik dari salah satu brand
ternama untuk bergabung,” ujar Keysa ketika mereka sudah berada di ruangan
Valerina. Gadis itu menatap beberapa majalah Fashion di mejanya. “Ini adalah
adalah kesempatan emas,” Valerina mendesah kemudian berjalan ke jendela.
Menatap ke lapangan parkir. Sedikit tergelitik untuk melihat kembali
perseteruan pria-pria tadi. Namun tempat itu sudah kosong. Mereka sudah pergi.
“Nah itu
dia,” bisik Keysa yang entah sejak kapan berdiri di sampingnya. Valerina
mengikuti arah telunjuk Keysa. “Dia designer yang ingin berkerja sama dengan
kita,” bisiknya.
Deg…
Valerina
tercekat. Matanya memanas, gemuruh hatinya kembali muncul.
“Kau
mengenalnya?” Tanya Keysa.
“Tidak.”
bisik Valerina dingin. Namun Keysa bisa merasakan auranya berubah. Aura
ketakutan itu kembali muncul. Keysa menatap sosok Valerina yang berlalu pergi
dalam diam. Kemudian berbalik kembali menatap sosok cantik berpakaian abu-abu
di bawah sana.
1 komentar:
yang dilihat val itu vero ya??
Posting Komentar