Rabu, 09 Januari 2013

I Found You In London -08-


BAB 8



16 Desember 2004, ulang tahun Keysha yang ke 17 diadakan sangat sederhana. Hanya beberapa orang yang diundang diluar keluarga. Om Leo bilang ini semua keinginan Keysha sendiri.

Keysha bilang ingin membagikan sedikit rezeki yang diberikan ayahnya untuk yayasan yatim piatu di sekitarnya. Hmmm sungguh berbeda dengan perayaan ulang tahun aku dan Mark yang dirayakan dengan pesta pora sehari semalam. Menghabur-haburkan banyak uang untuk orang-orang yang  hanya perduli pada kekayaan kami saja. Bukan menyombongkan diri,  tapi aku mendengar sendiri ucapan mereka.

Walaupun sederhana tetap saja pesta itu terlihat mewah. Dengan segala pernak pernik dan kue ulang tahun yang bertingkat 5. Kira-kira siapa yang akan menghabiskan kue ini? pikirku dalam hati.

“Key, ayo potong kuenya,” pinta om Leo yang sudah tidak sabar rupanya ingin segera menyantap kue tersebut.

“Tapi Pa, kak Frank belum datang, aku nggak mau potong kuenya,” Keysha tampak kesal karena Frank belum juga datang.

Frank belum juga menampakkan batang hidungnya padahal acara sudah mulai dari 1 jam yang lalu. Dia juga tidak memberi kabar mengapa ia terlambat?

“Kakakmu telat karena mobilnya mogok di tengah jalan. Sudahlah Key sekarang lebih baik kamu potong saja kuenya. Kasihan teman-temanmu sudah menunggu,” tante Keira berbohong kali ini. Rasa cemas tampak di wajahnya namun ia berusaha untuk tidak menampakkannya.

"Key," hanya dengan memanggilnya, Keysha mengerti apa yang ingin kukatakan.

"Okey, aku akan potong kuenya." Keysha melangkah mendekati kue ulang tahunnya. Diraihnya pisau yang terletak di meja dekat kue tersebut. Wajahnya benar-benar tak bahagia karena kakak satu-satunya tak kunjung datang.

Potongan kue pertama diberikan ke om Leo dan tante Keira. Yang kedua disimpan khusus untuk Frank.

"Mmm rasanya kamu bisa menyuapi kue itu untukku sekarang," tiba-tiba suara Frank terdengar. Kamipun mengikuti asal suara Frank yang rupanya sudah berdiri di pintu depan.

"Kakak,,,,," Keysha merajuk memanggil Frank yang menutupi badannya dengan boneka teddy bear yang tak kalah besar dengan tubuhnya.

Frank melangkah mendekat. "Maaf telat ya adikku sayang. Ini untukmu," Frank menyerahkan boneka tersebut.

"Aku bukan anak kecil lagi Kak. Lagipula sudah berpuluh boneka teddy bear kakak berikan padaku," walaupun dengan wajah sedikit kesal, Keysha tetap mengambil boneka yang diberikan Frank.

"Adikku yang satu ini, bukannya berterimakasih malah memasang muka seperti itu. Ya sudah kalau begitu aku ambil aja lagi yah," Frank mengajak Keysha bercanda dengan mencoba mengambil boneka dari genggaman Keysha.

Keysha menarik boneka menjauh dari Frank. Dia menjulurkan lidahnya membalas candaan Frank. Kami tergelak melihat tingkah pola Keysha. Walau sudah besar dia tak bisa menghilangkan sifat manjanya.

"Ini," Frank menyerahkan lagi sebuah kado kecil untuk Keysha.

"Lagi?" Keysha tampak sangat senang menerima kado dari Frank. Dengan tak sabar ia membuka kado tersebut. Di dalamnya terdapat sebuah gaun berwarna biru langit yang nampak serasi dengan warna kulitnya.

Keysha tak dapat menyembunyikan rasa gembiranya dengan hadiah yang diberikan Frank. Saat ia mengambil gaun tersebut, sebuah amplop jatuh. Keysha segera mengambilnya. Dibukanya amplop tersebut dan betapa terkejutnya ia saat membuka amplop tersebut.

"Kak, benarkah ini?" Keysha tak percaya dengan hadiah yang diberikan Frank. Keysha berlari kecil memeluk Frank dan menghadiahkan sejuta ciuman sayang padanya. Amplop itu berisi sebuah tiket perjalanan ke Perancis berikut dengan tempat hotel Keysha menginap.

"Ishhhh kamu ini nggak malu? Ya, tiket itu bisa kamu gunakan saat liburan nanti. Sekarang lanjutkan potong kuenya," Frank menunjuk ke kue yang masih belum sepenuhnya terpotong.

Sebelum Keysha melanjutkan memotong kue. Ia mengambil kue yang telah dipotong untuk Frank. Ia menyuapi kakaknya dengan penuh kasih.

"Sudah-sudah sekarang potong kuenya lagi sana. Kamu membuat kakak malu di depan teman-temanmu," Frank mengambil kue dari tangan Keysha. Sementara kami yang melihat mereka hanya tertawa ringan. Mengagumi juga indahnya ikatan persaudaraan diantara mereka.

Keysha melanjutkan memotong kue ulang tahunnya. Potongan ketiga lagi-lagi disimpan Keysha, entah akan diberikan kepada siapa kue tersebut. Aku tak ingin bertanya untuk siapa potongan kue tersebut. Potongan kue selanjutnya diberikan padaku, Mark dan teman-temannya. Tak ada kue khusus seperti yang kubayangkan. Aku sudah terlalu percaya diri rupanya hehehee....

Acara selesai ketika jam berdentang sebelas kali.  Teman-teman Keysha pun berpamitan untuk pulang. Om Leo dan tante Keira pun sudah masuk ke dalam kamar, ingin segera tidur. Diikuti oleh Frank dan Mark.

"Key, kamu nggak mau tidur?" Keysha tampak tak perduli pada pertanyaanku. Dia malah asyik mencari-cari sesuatu. Ku putuskan untuk meninggalkan Keysha sendiri.

"Yeeeee akhirnya," aku berhenti saat mendengarnya berteriak. Ku memutar tumitku untuk melihat Keysha sejenak. Aku tersenyum saat  melihatnya melompat-lompat kesenangan sambil memegang sebuah amplop lagi.

"Key hati-hati!" jeritku saat melihat kakinya terpeleset. Aku berlari dan menangkap tubuh Keysha dari belakang.

"Maaf," Keysha berucap lirih. Dia tak mampu memandangku, malu mungkin.

"Jangan pernah buat dirimu celaka," geramku menahan marah. Mataku menatap tajam ke arahnya, Keysha hanya bisa mengangguk lemah.

“Lagipula apa yang membuatmu sangat senang hingga kamu melompat seperti itu?” aku melirik ke arah tangannya, penasaran dengan amplop yang dipegangnya.

“Bukan apa-apa,” jawabnya sambil menyembunyikan amplop dalam genggamannya. Keysha juga berusaha melepaskan peganganku di tubuhnya. Ia nampak sangat salah tingkah dengan kedekatan yang tercipta diantara kami berdua.

“Ya sudah, kalo begitu aku tidur duluan,” pamitku ketika kurasakan mataku sudah sangat berat untuk terbuka. Lagi-lagi Keysha hanya menganggukkan kepalanya.

Ku tinggalkan Keysha sendiri yang masih asyik menimang-nimang amplop yang dipegangnya. Amplop itu nampak sangat berharga baginya.

Aku terbangun saat jam menunjukkan pukul 5 pagi. Badanku masih terasa sangat lelah, mataku pun masih sangat mengantuk. Tapi cacing-cacing di perutku tidak bisa diajak berdamai. Mereka udah protes karena kelaparan.

Dengan mata yang masih mengantuk, aku melangkah ke dapur. Mencari-cari makanan yang dapat membuat cacing-cacing di perutku tertidur lagi karena kenyang. Beberapa croissant kutemukan di atas meja makan, aku mengambil satu. Ku masukkan ke dalam microwave untuk sekedar dihangatkan.

“Mmmm rasanya sangat enak jika aku bisa menikmati croissant ini dengan secangkir kopi,” kataku pada diri sendiri. Ku buat secangkir capucino untuk menemani croissantku.

Secangkir capucino dan sebuah roti croissant sudah siap. Akan terasa nikmat jika ku nikmati di ruang keluarga di lantai dua atau taman di belakang rumah. Aku memutuskan untuk pergi ke taman belakang. Udara sejuk di pagi hari dapat membuatku sangat nyaman dan tenang.

“Kak Sandra?” aku terkejut ketika ku lihat kak Sandra yang duduk termenung di sebuah kursi taman. Seingatku, kak Sandra belum boleh ditinggal sendirian. Itu karena jiwa kak Sandra masih labil. Beberapa hari yang lalu entah mengapa kak Sandra mencoba untuk melakukan percobaan bunuh diri lagi. Dia pun masih sering berteriak-teriak jika ingatan akan malam itu terlintas di fikirannya.

“Mbok Nah,” pekikku tak terlalu kencang karena takut membangunkan seisi rumah.

Entah karena telinganya yang memang super peka atau memang karena Mbok Nah sudah mempunyai ikatan batin dengan kami. Dia selalu cepat datang jika kami memanggilnya, tak ingin membuat kami menunggu lama.

“Mbok Nah kenapa kak Sandra ditinggal sendirian? Kalau kak Sandra mencoba untuk bunuh diri lagi gimana? Mbok kan tau kak Sandra belum bisa ditinggal sendiri. Kenapa sekarang kamu teledor sekali mbok?” amarahku keluar tanpa memberi kesempatan untuk mbok Nah menjawabnya. Mbok Nah hanya menatap lantai yang dingin.

“Kian,” suara Keysha dari belakangku.

“Ada apa Key?” aku tak mengalihkan perhatianku dari Mbok Nah sedikitpun.

“Kian, aku yang meninggalkan kak Sandra sendirian,,,”

“Kamu... berani-beraninya kamu meninggalkan kakakku sendirian. Kamu mau tanggung jawab jika terjadi sesuatu dengannya, hah?” ku putar tubuhku untuk menatapnya dengan kemarahan yang memuncak.

Tubuh Keysha bergetar mendengar teriakankku. Piring dan gelas yang digenggamnya ikut bergetar. Mata itu mulai berkaca-kaca, airmata sudah mengantri untuk keluar dari sana. Keyhsa tak berani menatapku, hanya bahasa tubuhnya yang menyiratkan kata maaf. Lagi-lagi aku membuat dia takut akan diriku. Emosiku tak dapat dikontrol jika menyangkut kak Sandra.

“Aku... aku hanya ingin mengambil ini untuk kak Sandra...” Keysha menunjukkan sepotong kue ulang tahun yang disimpannya semalam dan segelas susu hangat.

“Non Keysha pergilah, berikan ke Mba Sandra,” suara Mbok Nah lembut membela Keysha. Aku berbalik menatap mbok Nah tak percaya. Mata mbok Nah kali ini tak kalah sengitnya menatapku.

Keysha tak juga beranjak dari tempatnya berdiri.

“Non... pergilah,” Mbok Nah mengulangi perkataannya. “Biar mbok nanti yang bicara dengan mas Kian,” lanjut mbok Nah mencoba menenangkan hati Keysha.

Keysha berlari kecil menghampiri kak Sandra. Tak lagi ia berpaling ke tempatku dan mbok Nah berdiri, terlalu takut mungkin.

“Mas Kian tak seharusnya memarahi non Keysha seperti tadi. Mas Kian harusnya bersyukur mengenalnya,” lirih mbok Nah lama setelah Keysha menghampiri kak Sandra.

“Apa yang mesti aku syukuri mbok? Dia itu ceroboh dengan meninggalkan kak Sandra sendiri seperti tadi,” aku terheran dengan perkataan mbok Nah.

“Mas hanya melihat sebentar sudah berteriak-teriak, bagaimana non Keysha bisa menjelaskan? Mas semenjak kita pindah kesini non Keysha selalu membantu mbok untuk mengurus mba Sandra. Setiap pagi dan sore, non Keysha ikut memandikan dan memakaikan baju mba Sandra. Setelah itu diluangkan waktunya hanya untuk menemani mba Sandra makan dan mengajaknya ngobrol. Setelah percobaan bunuh diri kemarin, dia tak pernah meninggalkan mba Sandra sedetikpun. Tadi malam, non Keysha datang untuk memberikan kue ulang tahunnya. Namun karena terlalu malam, mba Sandra sudah tertidur. Makanya pagi ini non Keysha semangat untuk memberikannya pada mba Sandra,” mbok Nah menceritakan seluruh kegiatan yang dilakukan Keysha untuk kakakku.

Aku hanya terdiam. Kemana saja aku selama ini hingga tak menyadari gadis inilah yang telah merawat kakakku? Sedangkan aku sebagai adiknya tak pernah meluangkan waktu yang cukup untuk kakakku sendiri. Aku terlalu sibuk dengan pekerjaanku.

“Umur non Keysha memang masih sangat muda, dia juga manja mas. Tapi jiwanya lembut, penuh kasih sayang, sabar, sangat keibuan. Jika mas Kian lihat ada banyak cinta yang dia berikan untuk semua orang. Tak pernah sekalipun ia mengeluh saat kak Sandra berteriak-teriak, memaki-makinya. Namun itu tak pernah menghentikannya untuk membantu mbok,” jelas mbok Nah lagi.

Kupandangi gadis kecil yang sekarang berada disamping kakakku. Menyuapinya kue ulang tahunnya dengan penuh kesabaran. Terkadang senyum dan tawa menghiasi wajahnya. Walau kakakku tak membalasnya, dia tak pernah terlihat lelah untuk terus berbicara, tersenyum dan tertawa. Wajahnya semakin cantik ketika semua dilakukannya.

“Dan sepertinya dia jatuh cinta sama tuan muda mbok yang satu ini,” goda mbok Nah.

“Mbok... apa-apaan sih. Mbok sok tau nih,” aku terhenyak ketika mbok Nah menggodaku. Keysha seperti tau jika kami sedang membicarakannya, ia menolehkan kepalanya ke arah kami. Sebuah senyum manis dipasang di wajahnya. Wajahku memerah melihat senyumnya.

“Dan sepertinya tuan muda mbok yang angkuh ini juga mempunyai perasaan yang sama dengan non Keysha.” Mbok Nah menggodaku lagi saat ia menyadari wajahku yang memerah.

“Mbok Nah, awas yah,” teriakku pada Mbok Nah yang menjauh dariku dengan tertawa geli.

Mungkinkah ini cinta? Aku hanya merasa dadaku sesak jika melihatnya sedih, merindunya jika dalam sehari tak dapat melihat wajah dan senyumnya. Benarkah ini cinta?  Entahlah, kataku dalam hati. 




6 komentar:

Unknown mengatakan...

Aih,,,aih,,aih,,,
Benih2 cinta mulai tumbuh Hah??
Mantaph nigh,,,
Lanjutkan mbak Fathy,,,,
Semangkaaa,,,,
Danke Zia saiank,,,

isna mengatakan...

ayo mbak fathy terusin ya....

Fathy mengatakan...

@riska : ya nih riska smoga benih cintanya gak layu yah hehehe... terimakasih canti

@isna : insyallah dilanjutkan, terimakasih isna...

@cherry : terimakasih y cher dh di posting, smoga msh tetep sabar dengan crt yg kelamaan ini heheheh

Unknown mengatakan...

baru baca bab ini , ntar baca ah bab awal awalnya :)

Anonim mengatakan...

makaci ya mbak critanya bagus..
ga sabar nunggu kelanjutannya mbak..
^_^

amanda qadira mengatakan...

ciee..ciee...
ada yang mulai jatuh cinta ni, mbg fathy next chapter...