Jumat, 18 Januari 2013

MELIHAT SURGA



“Putriku…” aku membulatkan mataku ketika melihat seorang gadis kecil yang sangat ku rindukan. Putri kecilku, bintang kehidupanku…
Tangan mungilnya terulur kepadaku, senyumannya begitu lembut dengan binar mata yang begitu indah. aku merasakan keperihan yang teramat sangat karena rasa rinduku kepadanya. Gadis kecilku yang sempat bersemayam dalam rahimku selama 9 bulan, dna memberikan cahayanya selama 6 tahun lamanya kepadaku.
Gadis kecil yang begitu berate dalam hidupku, yang membuatku percaya atas keberadaan Tuhan. Buah cintaku dengan kekasih hatiku.
“Sayang… mama sangat merindukanmu,” bisikku dengan deraian air mata. Gadis kecil itu mengangguk dan menatapku, menunjukan kerinduannya pada diriku.
“Aku juga rindu mama,” balasnya dengan suara seorang bocah yang begitu lucu.
“Kemarilah nak…” bisikku, dan ia menghampiriku dengan perlahan. aku memeluknya erat-erat, khawatir ia akan kembali menghilang.
“Ma…” bisiknya seraya menyentuh kedua pipiku yang basah dengan jemari kecilnya. “Jangan bersedih, aku baik-baik saja di sini,” ujarnya, namun air mataku tidak bisa berhenti menetes. Kerinduanku pada sosok mungil ini membuat jiwaku terguncang sedemikian dalamnya. Aku mencintainya, aku bersedia untuk melakukan apapun agar memiliki kesempatan kedua bersamanya… bersama bintang kecilku…
“Maafkan mama, tapi mama tidak bisa berhenti menangis ketika mengingatmu yang menutup mata ini,” aku menyentuh sisi mata kanannya dengan ibu jariku. Mencoba merasakan guratan-guratan lembut kulitnya. Kemudian dengan perlahan ku kecup keningnya, mencoba merasakan dirinya dalam diriku.
“Mama… aku bahagia disini. Dan justru dengan mata tertutup itulah aku bisa melihat surga,” ujarnya pelan. Tubuhku tersentak sesaat, air mataku terus menetes ketika aku mengangguk kepadanya.
“Iya sayang, mama tau…” ujarku seraya membelai kepalanya dengan perlahan. “Titipkan salam mama pada Tuhan, sampaikan rasa terima kasih mama kepada –Nya karena sudah menitipkan permata seindah dirimu ke dalam kehidupan mama…”
“Tuhan menyayangi mama…” bisiknya perlahan. Aku memeluk tubuh mungilnya erat-erat. Mencoba kembali meraih sisi logisku.
Tuhan… terima kasih karena anugrah terbesar yang telah Kau berikan pada diriku yang lemah ini… terima kasih…
Aku tau, ia sudah bahagia bersamamu. Ia sudah terbebas dari perihnya kanker yang menggerogoti tubuh kecilnya, dan dia sudah bisa melihat surgamu, terima kasih…
Aku terus memeluk putri kecilku. Menghirup aromanya yang lembut sebelum akhirnya aku merasakan kehampaan dalam diriku. “Mama menyayangimu Nak…” bisikku sebelum semuanya menghilang.
***
“Elena… sst…. Tenanglah,” aku masih memejamkan mataku ketika sepasang tangan itu memelukku dalam kegelapan malam. Tubuhku menggigil karena tangis yang begitu menyesakan dada.
“Putriku…” isakku parau. “Dia sudah bisa melihat surga,” tambahku. Sosok di hadapanku mendekapku semakin erat, menawarkan kehangatan di dadanya, memberikan ketenangan yang susah payah ia pertahankan.
“Iya sayang… aku tau, dia juga sudah mengatakannya padaku,” ujar sosok itu. Aku tersenyum di dadanya. Mencoba menenangkan gemuruh hatiku, meyakinkan diriku bahwa ia sudah bahagia di sana. Bintang kecilku… putri terkasihku… mama mencintaimu nak…

2 komentar:

Unknown mengatakan...

Sedih banget. Gak bisa nahan tangis :'(

obat telat bulan mengatakan...

thank you very much for the information provided