Jumat, 18 Januari 2013

Written In the Star -03- end


1 januari 2009.
Poster-poster happy New Year bertebaran di mana-mana, begitu pula di SMA Pelita Harapan itu. Seluruh siswa tampak sibuk membicarakan acara semalam. Begitu pula dengan tiga sahabat yang tengah asyik berbincang di taman sekolah yang cukup sepi. Meski sulit, terkadang Dara ikut memberikan komentar dengan bahasa isyaratnya. Terkadang mereka tertawa bersama, apa lagi bila Damar salah mengartikan bahasa isyarat Dara yang terkadang hanya ia dan Stela yang mengerti.
Sekarang Dara benar-benar tinggal sendiri, karena ayahnya sudah secara sah tinggal bersama Maya di luar kota. Mungkin hanya beberapa kali Tn.Harry datang menjenguk Dara. Selebihnya ia hanya mengirimkan uang kepada putrinya. Tapi meski begitu tidak ada lagi relung-relung sepi di hati sang putri bisu. karena ia memiliki sua sahabat yang selalu berada di sisinya setiap saat.

Awan senja masih menghiasi langit sore kala itu. Burung-burung berterbangan mencari tempat untuk bermalam. Anginpun tampak mempersiapkan diri untuk melengkapi kekelaman mala mini. Dara duduk sendiri di rumahnya yang indah. ia baru saja pulang dari rumah Stela. Pikirannya kini melayang jauh, memorinya kembali berputar-putar, ia memejamkan matanya perlahan, dan sebuah memori kembali terlintas di benaknya. Kata-kata Stela masih tergiang jelas di benaknya. Setetes air mata  jatuh membasahi pipinya yang halus.
“Cintaku, cinta segitiga…”
Lagi-lagi dada Dara terasa sesak. Kepalanya mulai berdenyut-denyut pelan. Ia mencoba meraih obat yang ada di atas meja dan langsung meminumnya. Meski tidak bisa membuatnya sembut, namun setidaknya obat itu bisa menidurkannya dan membuatnya meninggalkan rasa sakit itu untuk sesaat.
Lusa adalah hari ulang tahunnya yang ke-17. Namun dara sama sekali tidak berminat untuk merayakannya. Ia terlanjur kecewa atas apa yang terjadi di hari ulang tahunnya yang ke-16. Ia tidak ingin kejadian seperti tahun lalu terulang lagi. Cukup mamanya yang pergi di hari ulang tahunnya.
Jangan… jangan ada yang lain lagi… kalau memang harus ada yang pergi di tahun ini, biarlah aku yang pergi…. Doa Dara dalam hati.
***
“Semuanya sudah siap?” Tanya Stela selaku panita acara suprize party untuk Dara yang diadakan di rumahnya. “Well, kalau begitu, kita hanya tinggal menunggu sang putri datang,” ujar Stela dengan senyuman lebar. Ia tampak puas dengan hasil kerja kerasnya selama beberapa minggu belakangan ini.
Tiba-tiba Riko dan Anya, yang ditugaskan untuk menjemput Dara, datang dengan nafas terengah-engah. “Ada apa?” Tanya Stela cemas.
“Stel, Dara nggak ada di rumahnya,” lapor Anya. Stela mengerutkan keningnya bingung.
“Mungkin dia sedang pergi ke mall atau salon,” jawab Chaca sekenanya.
“Entahlah, yang jelas kami menemukan ini di kamarnya,” ujar Anya lagi seraya menyerahkan selembar kertas.
‘When I Fly without Wings, When I know that my name was written in the Star’
Stela terhenyak membaca tulisan sahabat baiknya itu, entah mengapa air matanya mulai mengalir perlahan.
“Aku tau di mana Dara,” gumam Damar pada dirinya sendiri sebelum berlalu pergi.
“Damar!!!” panggil Stela, namun Damar sama sekali tidak menoleh. Ia malah mempercepat langkahnya dan masuk ke dalam mobilnya. Satu jam kemudian ia sudah merada di jalanan yang kedua sisinya di penuhi pepohonan besar. Udara sejuk menyeruak kedalam paru-parunya. Plang bertulisan Bandung baru saja ia lewati beberapa saat yang lalu.
***
Cinta akan kembali pada sang pencinta. Meski cinta tidak mengerti makna cinta…
Hanya mengagumi cinta, dan mengagungkan cinta tanpa mencoba mengartikan cinta…
Cinta akan berkorban demi cinta, meski cinta tidak memiliki kekuatan selain cinta…
Tapi cinta akan terus mencoba untuk mencintai apa yang pantas dicintainya…
Cintailah cinta, karena cinta akan mencintai sang pencinta…

***
Mobil Damar melaju kencang, seakan tidak peduli akan bahaya yang mungkin saja mengancam. Jantungnya berdetak keras. Sesekali ia melirik jam tangannya, khawatir waktu sudah terlebih dahulu menghampiri takdir.
Di Jakarta, Stela masih mematung di ambang pintu. Ia tidak berniat mengejar Damar. Karena ia mengerti cinta sejati tidak akan pernah bisa di halangi. Di dalam lubuk hatinya yang terdalam, ia berdo’a atas keselamatan kedua sahabatnya. Kedua matanya terpejam, mencoba memutar memori-memori semunya dengan kedua cahaya kehidupannya. Diremasnya berkas yang baru saja ia terima dari pihak rumah sakit. Berkas putih yang mengabarinya tenatng penyakit akut yang diderita sang putri. Sungguh ironis.

Dara terduduk sendiri di dalam bosya. Matanya mulai kabur, namun hal itu tidak membuatnya putus semangat. Kepalanya terasa semakin sakit, entah sampai kapan ia bisa bertahan.
Ciiit…
Suara decitan rem mobil Damar terdengar nyaring. Namun tak menggubris Dara yang yang tengah tertegun menatap bintang yang cantik. Dammar memasuki Bosya perlahan-lahan. Jiwanya langsung merasa lega ketika melihat gadis cantik itu tengah terduduk lemah di hadapan teropong bintang.
“Dara…” panggil Damar. “Dara syukurlah, aku sangat khawatir,” Damar memeluk tubuh Dara yang seketika itu juga langsung ambruk. “Dara astaga! Dara bangun!!” pekik Damar panik. Perlahan namun pasti Dara menggerakan kelopak matanya, dengan susah payah ia tersenyum lemah pada sosok tampan di hadapannya. “Dara ku mohon, jangan pergi lagi.” Bisik Damar ketakutan.
Dara hanya tersenyum lemah dan menatap sosok itu penuh luka. Damar membopong tubuh Dara memasuki mobil dan membawanya ke suatu tempat di mana mereka bisa melihat bintang dengan lebih jelas. Dengan sisa-sisa kekuatan terakhirnya, Dara mencoba tersenyum manis seolah membalas sapaan hangat bintang-bintang cantik di langit malam itu. kini mereka berada di puncak, duduk di padang rumput yang lapang, membiarkan angin lembut membelai wajah mereka berdua.
Damar merangkul bahu Dara penuh kasih. Dara menyandarkan kepalanya yang sudah tidak bertenaga di dada Damar.  Bintang mala mini sungguh sangat indah. membuat Dara tak rela berkedip sama sekali. Damar melirik gadis itu dalam diam, enggan mengusik ketenangan sang putrid bisu. setetes air mata peih menghiasi sudut mata elangnya. Hatinya sakit menahan luka yang menghampirinya. Perlahan namun pasti Dara menutup matanya dengan senyuman manis terlukis di wajah cantiknya. Semua cinta dan citanya sudah ia gapai. Setetes air mata mengakhiri kehidupan sang putri bisu.
Tiba-tiba sebuah sms masuk, damar membukanya dengan sangat perlahan.
From : Stela
Damar kamu dimana? Bagaimana keadaan Dara?

Sms dari Stela. Damar hanya tersenyum pilu. Diletakannya ponsel itu diatas rumput begitu saja, ia sama sekali tidak berniat untuk membalas pesan dari Stela. Damar melirik dara yang menutup kedua matanya kemudian mengencangkan rangkulannya, khawatir jika tubuh kaku itu akna terjatuh lagi.
Damar menangis dalan diam. Cintanya yang besar membuatnya tidak ingin menyadari akan takdir yang telah menghampiri. Namun akhirnya iapun tersenyum tipis saat sebuah bintang cemerlang berkedip kearahnya.
***
Jakarta, 27 February 2009.
Stela masih berdiri di depan jendela kamarya yang terbuka lebar. Damar belum juga pulang. Namun ia sudah mengerti apa yang terjadi. Karena kini sosok Dara telah tergantikan oleh bintang yang paling cemerlang diatas sana. Stela menangis pilu dalam diam. Hatinya sakit mendapati sahabatnya tak lagi berada di sisinya.
***
                                                                                                            27 February 2009
Hari ini hari ulang tahunku yang ke-17. Mungki akan menjadi ulang tahunku yang terakhir. Tetapi aku benar-benar bahagia karena sudah mendapatkan cinta dan cita ku…
Stela, tidak pernah ada cinta segituga, yang ada hanyalah kamu dan Damar. Aku hanya setetes hujan. Yang datang ketika memang diharuskan datang. Namun sungguh, aku selalu berniat untuk memberikan rasa sejuk untuk pengalihan dari panas matahari. Jika akhirnya aku hanya memberikan luka, aku minta maaf. Tapi aku hanya sebuah hujan, dan akan terus seperti itu. La, kau harus tau, tidak pernah ada cinta segi tiga. Yang ada hanya kau dan Damar. Selalu hanya kalian, karena aku hanya hujan yang datang dan pergi. Cukup simpan aku dalam hatimu, karena akupun takkan pernah melupakanmu, sahabatku
Bila kalian merindukanku, tataplah bintang di langit, karena disanalah aku menanti kalian…
                                                                                                           
                                                                                                                With love
                                                                                                            Andhara Raina         

            Stela melipat surat terakhir dari Dara dengan perlahan, ia tersenyum tipis ketika merasakan rangkulan Damar semakin erat di bahunya. Damar tersenyum dan mengangguk, kemudian mereka berjalan perlahan meninggalkan pusaran sang bintang.
The end


5 komentar:

Unknown mengatakan...

Sedih mbak..:')

amanda qadira mengatakan...

sedih *ambil tissu sambil nangis*

Unknown mengatakan...

hehehe,
maaf yah sudah membuat galauu...

lovelywoman1 mengatakan...

haduh.. Bkin terisak2.. cherry bgus.... Suka crta yg bgni!

obat telat bulan mengatakan...

thank you very much for the information provided