Minggu, 27 Januari 2013

I Found You In London -10-





"Kian... Kian... Kian bangun. Kian, kamu kenapa?" Keysha mengguncang bahuku keras.

Jam masih menunjukkan pukul 2 pagi saat aku terjaga dari mimpiku. Wajah Keysha penuh dengan ketakutan karena mendengar teriakkan dari mulutku. Bulir-bulir keringat keluar deras dari kulitku.

Keysha menangkup wajahku dengan kedua tangannya. Menghapus setiap bulir keringat yang keluar dengan tangannya. Tangannya turun ke leher dan dadaku yang berbungkus kaos tipis.

"Key... Mau kemana?" ku genggam tangan Keysha ketika dia hendak turun dari tempat tidur. Perasaan panik dan tak ingin ditinggalkan olehnya menyelimutiku.

"Kaosmu basah perlu diganti, jadi -"

"Tak perlu... Cukup dengan seperti ini," aku menarik ke atas kaos yang melekat di tubuhku.

"Kian nanti kamu sakit," Keysha menarik selimut menutupi tubuhku sampai ke dada.

"Key..."

"Maafkan aku. Seharusnya tadi aku tak menahanmu untuk tidur bersamaku. Maaf, aku...." Keysha menatapku dengan rasa bersalah.

"Aku... Aku memang tak bisa dewasa, aku..."

Ku tarik tangan Keysha sehingga kini dia ada di atas tubuhku. Mata kami saling bertatapan. Aku dapat mendengar debar jantung Keysha yang berdegup kencang. Nafas yang memburu. Rasa gugup nampak jelas di wajahnya. Begitu pula denganku.

"Kian... a—“

Aku letakkan jari telunjukku di bibirnya. Kudekatkan wajah kami berdua.  Hidung dan dahi kami saling menempel satu sama lain. Aku tak dapat lagi menahan dorongan untuk mencium bibirnya yang ranum. Perlahan dan lembut kucium bibirnya.

Ku lumat bibirnya yang tipis. Lidahku memaksa mulutnya terbuka, memainkan lidahnya. Keysha yang belum terbiasa hanya menerima ciuman yang kuberikan bertubi-tubi pada bibirnya. Sekali-kali ia membalas walau tak ahli aku menikmati ciumannya. Ciuman itu akhirnya berubah menjadi gairah yang panas.

Aku berguling, kini tubuhku berada di atas tubuhnya. Mulutku pindah ke leher dan dadanya. Tanganku mengembara di sepanjang kaki dan pahanya. Keysha mengeluarkan suara lenguhan yang semakin membangkitkan gairahku. Tangannya meremas-remas rambutku, menikmati setiap sensasi yang kuberikan. Sementara itu dibawah sana kejantananku semakin mengeras.

Sebuah kesadaranku muncul, yang mengingatkan akan keberadaanku di rumah om Leo. Pertolongan yang diberikannya tak mungkin aku balas dengan merampas keperawanan putri cantiknya. Aku segera melepaskan diri dari tubuh Keysha. Aku berbaring di sebelahnya, menghela nafas panjang. Sementara itu nafas Keysha masih terengah-engah akibat ciuman kami yang panas. Bibir kami berdua sedikit bengkak akibat ciuman yang tadi.

"Key... Maaf atas apa yang terjadi tadi. Aku bersumpah tak akan mengulanginya," aku memiringkan tubuhku menghadap Keysha,  menyanggah kepalaku dengan salah satu tanganku. Serta menatap wajahnya yang masih merona merah.

Keysha menoleh, tangannya merengkuh wajahku. Menatapku tajam dalam diamnya. "Aku mencintaimu," pipinya makin merona saat mengatakannya.

"Tak perduli apa yang kamu rasakan. Tak perduli kamu memiliki perasaan yang sama denganku atau tidak. Aku hanya ingin mencintaimu. Melihat dan membuatmu bahagia, apapun akan aku lakukan. Dan kamu tak berkewajiban untuk membalas apapun yang aku lakukan untukmu terutama perasaanmu. Cinta tak dapat dipaksakan, hanya jangan pernah kamu membohongi hatimu. Aku percaya apapun yang kamu rasakan untukku itulah hal yang terbaik untuk kita berdua terutama aku. Aku mencintaimu tanpa pamrih, dengan seluruh jiwa ragaku. Cintaku tak kan pernah mengekang kebebasanmu. Bila perasaan ini telah mengekangmu, aku minta maaf. Aku akan menguburnya dalam-dalam, melupakannya. Aku berterimakasih karena kamu telah memberiku kesempatan untuk mencintaimu," Keysha mengungkapkan segala yang ia rasakan tanpa berkedip dan tanpa keraguan di dalamnya.

Aku masih terpaku mendengar semua perkataannya. Benar apa yang dikatakan Keysha sebelumnya, akulah yang pengecut. Aku terlalu takut untuk terikat dalam sebuah hubungan.

"Sekarang kembalilah tidur, besok pagi kamu akan lelah jika tak segera tidur," Keysha membelai pipiku lembut dan mengecup singkat keningku. Setelah itu Keysha membalikkan tubuhnya, memunggungiku. Perlindungan diri yang dibangun Keysha kokoh sekaligus rapuh.

Kurebahkan kepalaku di atas bantal. Kurengkuh tubuh Keysha dari belakang. "No matter what happens, I don't want to let you go. Coz from the deep side of my heart, I love U too," bisikku di telinganya. Seutas senyum terukir di bibirnya. Keysha tidur beralaskan lenganku. Ia menarik jari-jariku mendekatkan ke bibirnya dan mencium. Tanganku yang satu lgi melingkar di pinggangnya. Daguku berada di atas kepalanya. Kuhirup wangi yang keluar  dari rambutnya.

"Key,,,"

"Hmmm,"

"Kamu nggak takut jika tadi aku mengambil sesuatu yang sangat berharga dari dirimu?" Tanyaku sambil mencium rambutnya.

Keysha tak langsung menjawab, ia memutar tubuhnya. Membelai lembut wajahku dengan kedua tangannya. "Aku percaya kalau kamu nggak akan melakukannya," Keysha membenamkan wajahnya di dada telanjangku. Menikmati aroma yang keluar dari tubuhku. Tangannya bermain di dadaku yang tumbuh sedikit rambut. Sesekali mencium lembut rambut-rambut tersebut. Tak tahukah ia jika yang dilakukannya telah membuat kejantananku semakin mengeras di bawah sana?

"Ki..."

"Ya."

"Boleh aku tau apa mimpimu tadi?" Keysha nampak ragu dengan pertanyaannya.

"Malam dimana kak Sandra diperkosa. Aku gagal menjaganya, aku bukan adik yang-"

"Itu bukan salahmu, Ki. Hentikan perasaan bersalahmu itu. Aku juga yakin kak Sandra nggak mau kamu seperti ini," potong Keysha cepat. Jari jemarinya yang lentik menutup mulutku. Mata kami saling bertautan. Tak tahan aku ingin mengecup bibirnya lagi.

Kusingkirkan tangannya dari bibirku, mulutnya ku lumat kembali. Kali ini Keysha membuka mulutnya sendiri. Mulut kami saling berpagutan dan lidah kami bertautan. Aku tertawa dalam hati karena Keysha cepat sekali belajar, ia kini sudah pintar memilin lidahku. Gairah yang tadinya perlahan surut kini mulai merangkak naik.

“Key..” panggilku disela-sela ciuman kami.

“Hmmm...” Keysha mendesah menikmati setiap sensasi yang kuberikan. Sementara tangannya terus meremas-remas  rambutku. Tanganku asyik bermain dikedua puncak gundukannya. Tanganku yang lainnya bermain di sekitar kemaluannya mencari titik yang paling sensitif dalam dirinya.

“Aku...” Suaraku tercekat akibat dari gairah kami berdua. Keysha tak membiarkan bibir kami terlepas. Pikirannya kini dipenuhi rasa ingin terpuaskan.

Aku segera menarik bibirku menjauh darinya. Merengkuhnya dalam pelukanku untuk meredakan gairah yang telah membakar kami berdua. Debar jantung kami berdua berlomba untuk tenang. Kedua puting Keysha masih mengeras terasa di dadaku. Kejantananku juga masih mengeras, menyembul di balik celana yang ku kenakan.

Perlahan ku belai rambutnya, mencium aroma yang keluar. Tangannya lembut membelai punggungku. Aku menarik wajahnya dari dadaku. Menatapnya jauh ke dalam matanya yang hijau bening. "Ya Tuhan, kamu sungguh cantik," aku menggodanya lagi. Sungguh sangat senang melihat rona pipinya ketika ia malu.

"Sekarang tidurlah, aku akan kembali ke kamarku," jam sudah menunjukkan pukul 3.30 pagi. Aku tak ingin membuat semua orang memarahi kami berdua, terutama pada Keysha.

Aku mengambil kaos yang berada di atas bantal tempat ku berbaring. Aku berdiri di lantai dekat tempat tidur, memakai kembali kaos yang ku lepaskan. Keysha bangkit dan membantuku. Begini rasanya disayang oleh orang yang mencintai kita sepenuh hati. Hal sekecil apapun, selalu diperhatikannya. Hatiku senang menerima segala yang dilakukan Keysha.

Sebaris senyum manis kuberikan untuk orang yang paling ku cintai, Keysha. Ia membalas dengan tak kalah manisnya. Sebelum ku beranjak menjauh dari tempat tidur, aku melihat sekilas tatapan sedih di mata Keysha.

"Hei ada apa??" Aku tak ingin ia menyembunyikan sesuatu dariku. Terutama jika yang ia rasakan adalah perasaan kecewa dan kesedihan terhadap diriku. Keysha menggelengkan kepalanya.

"Key... Katakanlah," dagunya kutarik menggunakan jari-jariku. Ku kecup pinggir bibirnya.

"Besok..." Keysha ragu dengan apa yang akan dikatakannya. Aku menaikkan kedua alisku memintanya untuk melanjutkan perkataannya.

"Sudahlah, lupakan saja," Keysha menyerah tak bisa melanjutkan perkataannya.

"Mengenai kepindahanku?" Yang keluar dari mulutku bukanlah pertanyaan tapi pernyataan. Aku berkata seraya memainkan hidung kami berdua, menyentuhnya dengan ujung hidungku. Keysha mengangguk lemah.

Keysha tau cepat atau lambat, aku akan pindah dari rumah ini. Tapi ia nampaknya terkejut bila aku akan pindah secepat ini. Mungkin hitungan beberapa tahun lagi pikirnya. Ku tak kuasa melihat tatapan sedihnya.

Kudekatkan mulutku ke telinganya, "aku bercanda." Senyum kemenangan terukir di wajahku. Keysha menarik dirinya, matanya membalak tak percaya.

"Apa yang kamu katakan?" Suaranya masih menunjukkan keterkejutannya. "Ulangi," pintanya.

Aku tak mengulangi perkataanku tapi aku malah asyik tersenyum menatap wajahnya yang masih terkesima. Ku gelenggengkan kepala dan jariku tanda jika aku tak akan mengulangi perkataanku. Bibirnya dimajukan, warna wajahnya berubah merah karena menahan malu. Aku semakin tergelak menatap perubahannya.

"Aku nggak mau bicara denganmu lagi Kian. Kamu jahat, kamu sudah mempermainkan aku dan perasaanku," Keysha menarik diri dariku, membenamkan wajahnya di atas bantal.

"Key..." Panggilku di sela-sela tawaku yang masih tersisa. Aku mendekatkan tubuhku.

"Pergilah Kian... Kamu tega," usirnya Keysha penuh dengan kemanjaan.

"Key maafkan aku cuma aku pikir itulah satu-satunya cara aku bisa berbicara padamu, untuk mengetahui isi hatimu yang sebenarnya." Aku duduk di pinggir tempat tidur menunggu Keysha.

Keysha menolehkan wajahnya ke arah diriku. Dia masih menunjukkan rasa kesalnya karena telah ku bohongi.

"Untuk apa kamu berbicara seperti tadi? Tak bisakah kamu mengerti semua sikapku?" Sekarang Keysha duduk menghadapku. Duduk bersila, diatasnya sebuah bantal dipegangnya.

Aku mendekat ke tempatnya duduk. "Key... Maafkan aku tapi aku bukan orang yang mau menebak-nebak sesuatu hal. Aku ingin mendengarnya langsung darimu. Aku juga tak pernah merencanakan semua ini. Semuanya spontan karena aku tadi bingung saat tak mendengar kabar darimu," jelasku mencoba menenangkan hati Keysha.

"Tapi Key mengenai kepindahanku... Walau bukan besok, dalam waktu dekat aku akan pindah dari sini. Mengenai perasaanku, aku bersungguh-sungguh." Aku tetap melanjutkan penjelasanku padanya.

"Key... Kamu masih marah?" Aku benar-benar tak tahan dengan kebisuan yang tercipta diantara kami.

"Baiklah kalau kamu sudah nggak mau bicara denganku lagi lebih baik besok aku segera pindah dari rumah ini," aku mengangkat tubuhku, melangkah keluar. Aku menggoda Keysha dengan cara seperti ini.

Baru beberapa langkah aku menjauh dari tempat tidurnya, Keysha memeluk tubuhku dari belakang. Kakinya berada di pinggangku, tangannya melingkari leherku dan dagunya berada di bahuku, nafasnya terasa hangat menyentuh kulit leherku.

"Hanya seperti itu usahamu, Ki," Keysha menantangku di telingaku. Bibir dan hidungnya sesekali sengaja disentuhkan ke leherku. Aku memutar kepalaku, menciumnya lagi. Tanganku mengambil tubuhnya, kami saling berhadapan. Ia tak turun dari tubuhku.

"Sifat manjamu ini sangat mudah ditebak. Pantas saja Frank sangat suka menggodamu. Tapi aku suka melihatmu saat bermanja-manja denganku, hanya denganku. Kamu tak boleh bermanja-manja dengan laki-laki lain," ku menempelkan dahi kami berdua.

"Kamu pikir aku, wanita macam apa? Tentu saja hanya denganmu, aku bisa seperti sekarang," Keysha membalas perkataanku seraya mencubit hidungku.

Aku mengangkat dan membaringkan Keysha di tempat tidur. Pelukannya tak dilepaskan, aku berada di atas tubuhnya. Posisi yang bisa membuatku melihat seluruh wajahnya.

"Key tidurlah. Hari sudah hampir pagi, aku tak mau membuat semua orang bangun dan melihat kita seperti ini. Aku akan kembali ke kamarku," ku coba terlepas dari pelukannya. Keysha tersenyum dan menggelengkan kepalanya.

"Key..." sengaja aku melebarkan mataku seperti orang yang sedang marah. Keysha tak merasa takut, ia terlihat senang mimik yang kubuat. Keysha mulai belajar untuk tak lagi tertipu dengan sikapku.

"Hmmm baiklah kalau jika kamu mau seperti ini. Jangan salahkan aku jika nanti ayahmu akan menikahkan kita dalam waktu dekat," aku tersenyum saat mengucapkannya.

"Aku nggak akan menolaknya," Keysha tak mau kalah denganku. Anak ini benar-benar keras kepala.

"Kamu pikir menikah itu gampang Key," aku menarik hidungnya.

"Asal bisa terus bersamamu, melihatmu setiap hari, menghabiskan waktu denganmu, melayanimu, aku rasa akan mudah," Keysha menarik tanganku yang memainkan hidungnya. Rasanya semua begitu mudah untuknya, tak pernah ada kata susah dalam hidupnya.

"Kamu benar mau menikah denganku?" Aku mencium keningnya. Keysha mengangguk pasti.

"Aku belum punya apa-apa Key. Pekerjaan saja, aku baru merintisnya. Bagaimana kamu akan hidup nantinya? Kamu terbiasa dengan segala kekayaan yang diberikan orang tuamu," perasaan ragu menghinggapi diriku.

"Big boss... Aku bukan wanita yang lemah. Aku pernah hidup dalam serba kekurangan. Ayahku tidak langsung kaya saat itu. Jadi aku tau rasanya tidak mempunyai uang, makan hanya sekali, terkadang aku juga tidak makan. Jangan pernah meremehkan aku," Keysha mengancamku tapi tak pernah menghilangkan senyum di wajahnya. Aku semakin mencintai wanita yang sekarang berada di bawahku.

Keysha sama sekali tak mengetahui jika aku masih mempunyai beberapa persen saham di Indonesia. Ia hanya tau jika sekarang aku menjadi salah seorang pekerja ayahnya. Keysha memang tak pernah memandang berapa banyak harta yang dimiliki seseorang untuk bisa menjadi teman atau pacarnya. Ia hanya perduli dengan hati dan kejujuran seseorang dalam berhubungan.

"Okey my little lady, if you said like that. Will you marry me?" Aku tak ingin melepaskannya sekarang.

"Kamu melamarku?" Keysha tak percaya dengan permintaanku.

"Ya."

"Hmmm give me a little time to think, okey?"

"Hei kamu mau membalasku?" Aku tau Keysha ingin membalasku. "Tapi kamu gak akan berhasil karena besok kamu setuju atau tidak, aku akan menghadap ayah dan ibumu." Tekadku sudah bulat ingin melamarnya sebagai istriku. Keysha menarik kepalaku, mengecup sedikit bibirku.

"I do," singkat, jelas jawaban yang ia lontarkan. Rasa senang membuncah dalam dadaku. Ingin aku berteriak mengatakan pada seluruh dunia, Keysha milikku, selamanya. Ciumanku tak henti-hentinya mendarat di bibir manisnya.

"Love you, my little lady," ucapku ditengah-tengah ciuman kami.

"Love you too, big boss."

Aku menggeser tubuh Keysha ke tengah agar aku bisa tidur disampingnya. Tak ada yang berusaha untuk melepaskan pelukan. Menikmati sisa pagi ini dengan berpelukan dan tertidur bersamanya, saat paling indah dan menyenangkan untukku. Tak pernah ku sangka akhirnya hatiku telah jatuh di tangan seorang gadis berusia 19 tahun. Walau dengan umurnya yang masih muda, ia bisa menjadi seorang yang dewasa dan bijak dalam memandang hidup. Tujuan hidupku kini sudah jelas, membahagiakan dan menjaga dua wanita dalam hidupku, Sandra Alvaro, kakakku dan Keysha Aisyah Admira pendamping hidupku kelak.




20 komentar:

Unknown mengatakan...

romantis banget mereka berdua sukses bikin aku iri deh *nyari 2 pacar ah* makasih mb fathy & cherry, big hug & kiss ;-)

Fathy mengatakan...

@Renny : terimakasih ren, big hug & kiss 4 you too,,, btw cari pacar ngapain ayo?? :)

@Cherry : terimakasih dah di posting ya sayang.... big hug n kiss 4 u too cher...

Unknown mengatakan...

Wooooooow Mereka so sweeeeet .
Apa kah mereka besok akan nikah :o
Penasaran To the max :D
Kian Umur berapa ya :|

Unknown mengatakan...

mba fathy,so romantic oh my big boss n his little lady

Fathy mengatakan...

@ara : umur'a Kian kira2 22thn, berminat? :)... Terimakasih Ɣª dh ngikutin...

@rena : terimakasih ren2,,,, kepikiran tadi panggilan kesayangan'a, pengen bikin Чªήğ laen dr pd Чªήğ laen eh ketemu u keysha biasa aja... :)

lovelywoman1 mengatakan...

aaaaaaah... Mba thy and cherry.. Next next next....!
Suka suka suka.. *.*

Fathy mengatakan...

@sila : sabar Ɣª non,,, sedang dilanjutkan... º°˚˚°º♏:)ª:)K:)ª:)§:)Ǐ:)♓º°˚˚°º

Unknown mengatakan...

kasian si Keysha dgodain mulu ama Kian,,wkwkwkwkwkw,,
Sabar Keysha,,,giliran Legal dMata Hukum & Agama,,,kw b'hak utk m-sesuatu-kn Kian,,,lol

amanda qadira mengatakan...

seneng *sambil loncat*
mbg fathy n mbg cherry makasih y udah dpost
mbg fathy ini smpai capter brp....????
jangan lama2 y mbg next chapternya
*pleace smbil pasang muka melas*

Fathy mengatakan...

@riska : mensesuatukan apa? Keysha juga bls mgngoda Kian kok riska....

@amanda : belom tau nih non mw sampe chapt brp?? Mdh2n moodnya ƍäªk ilang :D ☺ Ђƺђƺ ☺ :D

Anonim mengatakan...

suka banget..
^_^

Marry Sanders mengatakan...

lagiiiiiiiiiiiiii *prahara french fries

Fathy mengatakan...

@anonim : º°˚˚°º♏:)ª:)K:)ª:)§:)Ǐ:)♓º°˚˚°º, muacchhh

@bunda : french kiss bunda,,, aku laper jadinya bunda bilang french fries...

Unknown mengatakan...

Mbak aku boleh repost cerita ini gak? Tapi nama pemeran nya diganti? :)

Unknown mengatakan...

Mba evi... Maaf... Repost boleh aja asal link dan nama penulisnya di cantumin... :)
Tapi maaf... Tolong jgn diganti apapunnya... :) :) demi ke originalitas-an cerita ini. Thank uu

Unknown mengatakan...

Mksih mbak :) nama pnlis psti dicantumin. Hm gak boleh ubah nama ya mbak? Panggilan nya aja ._.

Unknown mengatakan...

Hehe ga boleh mbaku sayanggg... :) :)
Ini pesenan langsung dr authornya.. :)

Unknown mengatakan...

Keren banget ceritanya. Jadi pengen punya pacar :(

obat telat bulan mengatakan...

thank you very much for the information provided

Unknown mengatakan...

Selamat Pagi kawan kawan semua
Jangan lupa mampir ke blogspot aku ya :)
Banyak artikel menarik, lucu dan bermanfaat nih bos ^^
Jangan lupa follow dan comment ya

https://tasyataipanqq.blogspot.com/2018/01/10-pemain-bola-terbaik-di-eranya.html